36. Ano Kembali

263 8 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

Andaikan hati ini bisa menyimpan seribu luka
Mungkin aku akan menyimpannya setiap saat
Tapi hati ini bukanlah seperti tabungan,
yang bisa disimpan dan diambil kapan saja
Hati ini hanya bisa menyimpan sejuta rasa bukan seribu luka
Hati ini hancur
Bagaikan gelas pecah,
yang tidak bisa dipungut kembali seperti semula
Andaikan rasa ini hilang begitu saja,
seperti debu yang bertaburan di suatu tempat
Tapi ternyata...
Rasa itu tidak hilang, meskipun seiring berjalannya waktu
Semoga aku bisa menghapus pikiranku,
dari bayanganmu itu.

Aku membuang napas pelan dari hidung. Aku menatap langit yang gelap. Melihat bintang yang berkerlap-kerlip dan cahaya bulan yang menderang.

Jariku terus saja bertautan. Sekarang sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tetapi aku tidak bisa tidur. Sekarang aku sedang duduk di luar rumah. Entah kenapa aku tak bisa tidur, padahal Aurel sudah masuk ke alam mimpinya.

Ya aku memang menginap di rumah Alshaf karena Aurel terus saja memaksaku. Bahkan waktu aku menelepon Papa, Aurel minta izin langsung lewat telepon. Untungnya Papa mengizinkanku menginap di rumah Alshaf, meskipun awalnya Papa ragu mengizinkanku. Tapi saat Aurel menelepon Papa, membujuk beliau, akhirnya Papa pun mengizinkan aku.

Kalian pasti menganggap bahwa angin di malam hari ini dingin kan? menurutku, "nggak." Malahan suhu malam ini sangat panas, bikin gerah. Mungkin karena suasana hatiku-tak mendukung kali ya?

"Gak baik cewek tengah malem ada di luar rumah."

Aku menoleh ke belakang, ternyata ada Alshaf. Aku mengerut kening bingung, aku kira dia sudah tertidur. Padahal ini sudah malam.

Alshaf berjalan menghampiriku, dia duduk di sampingku. "Gak bisa tidur?"

Aku menggeleng. "Belum ngantuk. Lo juga kenapa belum tidur?"

"Insomnia."

Aku menatap Alshaf tak percaya. "Serius?" aku mengerjapkan mata pelan. "Berarti lo kalo malem gak pernah tidur?"

"Gue bisa tidur jam tiga, jam lima bangun shalat subuh," jelasnya.

"Berarti lo cuma bisa tidur satu jam?"

Alshaf mengangguk.

"Lo gak pernah ngantuk pas kuliah?"

Alshaf menggeleng.

"Kok bisa?"

"Gue suka ngopi dulu."

Aku geleng-geleng kepala. "Jangan kebiasaan, gak baik buat kesehatan lo."

Aku masih menatap Alshaf. "Lo harus paksain tidur. Badan lo itu butuh istirahat."

"Lo putus ya sama Arnold?" tanya Alshaf mencoba mengalihkan pembicaraannya.

Aku memukul lengan Alshaf cukup keras, sepertinya Alshaf tak merasa kesakitan. "Kebiasaan deh lo suka ngalihin pembicaraan orang."

"Bener lo putus?"

Aku menghembuskan napas kasar, mengangguk pelan. "Ya."

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Where stories live. Discover now