34. Putus

241 10 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Bukannya tak mau berjuang. Hati ini sudah terlalu banyak disakiti. Banyak sekali luka yang belum terobati. Tapi percaya lah, Tuhan selalu membolak-balikkan hati seseorang. Semoga saja orang yang paling penting di kehidupanmu bisa menerima keadaanmu nanti."

***

"Kamu jangan pernah deketin cucu saya lagi!"

"Kamu itu gak pantes sama cucu saya. Saya sudah menjodohkan cucu saya sama Naomi."

Aku memukul kepalaku cukup keras, semoga dengan ini semua ucapan Oma Ani kemarin hilang.

"Saya gak pernah merestui hubungan kamu sama cucu saya. Lebih baik kalian putus!"

Namun, sialnya ucapan Oma Ani semakin jelas di dalam pikiranku. Ingin rasanya aku hilang ingatan sekarang juga.

Sial... Sial... Sial!

"Kamu ke mana aja disaat Arnold lagi terpuruk-puruknya kamu malah gak ada? Kamu itu sebenarnya sayang gak sama cucu saya?"

"Seharusnya kamu itu selalu ada buat cucu saya disaat suka maupun duka."

Apa benar kata Oma Ani? Aku hanya hadir saat Arnold bahagia saja, pada saat Arnold sedang terpuruk-puruknya aku malah nggak ada di sampingnya. Jadi di sini aku yang salah?

Dan sekarang lihatlah! Arnold sampai saat ini tidak menghubungiku, bahkan dia tak mengirim pesan satu pun. Aku benar-benar ragu dengan semua perasaan Arnold sekarang. Apa dia benar-benar mencintaiku?

"Cowok itu kalo benar-benar sayang, dia bakalan ngasih kabar meskipun dia sibuk sekali pun."

Aku masih ingat ucapan Alshaf kemarin. Oh ya kemarin dia benar-benar mengantarkan aku pulang. Malah dia membopongku sampai ke dalam kamar.

Apalagi ketika Papa melihatku digendong oleh Alshaf, Papa langsung panik melihat wajahku pucat - kayak vampire. Bahkan Tyra juga saking paniknya dia bawa minyak goreng sambil membawa spatula.

Emangnya gue ikan yang siap digoreng?

Eh bukan begitu, maksudnya kemarin memang pas banget Tyra lagi di dapur, katanya dia mau belajar masak sama Bi Iyem. Gitu ceritanya.

Kita balik ke mantan lagi ok! Eh maksudnya balik lagi ke laptop. Papa panik banget. Setelah Alshaf menidurkan aku, Alshaf menyuruhku untuk istirahat apalagi aku sudah minum obat. Aku pun menangguk saja. Aku tak tahu Alshaf berbicara apa saja sama Papa. Aku nggak mau dibilang kepo oleh Ice Bon Cabe.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari kamarku berbunyi. Aku tak tahu siapa orang yang dibalik pintu kamar. Jadi aku memilih diam saja.

"Sayang ini Papa. Ini ada Alshaf mau jenguk kamu. Papa buka ya!" ucap Papa lembut.

Alshaf lagi?

Pintu kamarku terbuka, menampilkan dua sosok cowok. Sayangnya cowok yang lebih kerennya tuh pakai baju kemeja lengan pendek berwarna biru air dengan celana panjang warna hitam. Siapa lagi kalau bukan Papaku. Pangeranku selamanya.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang