04

9.2K 814 20
                                    

;-kumohon jangan membenciku tataplah disini bersamaku dan penaku.

🍁🍁🍁

"Pergilah, aku tak mau tanganku lelah dan kotor hanya untuk memegangmu, Oh ya, satu lagi jangan menampakan dirimu lagi didepanku kasihan mataku tak pantas ia melihat pemandangan yang menjijikan hanya karena melihat mu" ucap Taehyung datar.

Disinilah Jimin, ditaman dekat dengan gedung Bighit Jimin menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, menangis dalam diam. Dia sangat sakit hati atas perkataan hyungnya dan sahabatnya sendiri. Jimin merasa apakah dia tak pantas lagi hidup, apa dia sudah tak diinginkan lagi oleh bumi sampai sampai para sahabatnya sendiri tak sudi menganggapnya lagi.

Tak lama hujan turun membuat Jimin menggigil kedinginan dan penyakitnya menjadi kambuh kembali.

"Ahh sa--kit sekali, to--long ini benar benar ssa--kit" lirih Jimin. Detik selanjutnya, semuanya menjadi gelap.

Cahaya masuk kedalam ruangan yang bernuansa putih itulah yang Jimin lihat sekarang. Disinilah Jimin, dirumah sakit tempat ia dirawat.

"Kau sudah sadar rupanya, baiklah aku akan memanggil dokter "

"Siapa dia, dan kenapa aku disini dengan seluruh tubuhku dililit selang dan jarum, yang aku ingat aku kehujanan dan penyakitku kambuh setelah itu gelap" batin Jimin

Tak lama dokter pun datang
"Bagaimana Dok keadaannya?"

"Sepertinya dia sudah agak membaik dari sebelumnya tapi tetap saja dia harus dirawat, baiklah kalau begitu saya pergi dulu. Jimin jaga kesehatanmu"

"Ah baik dokter, terimakasih"
Jimin melengkungkan sedikit bibirnya yang pucat pasi pada dokter yang menanganinya.

"Ah, ya kau siapa? Kenapa aku bisa disini? Apakah kau yang membawaku kesini?" Tanya Jimin yang bertubi-tubi

"Ahaha kau ini lucu sekali bisakah kau bertanya satu- satu kepadaku, kau membuatku bingung mana yang harus kujawab terlebih dulu"

"Mianhae aku tak bermaksud membuatmu bingung"

"Baiklah perkenalkan namaku Kim Jong In kau bisa memanggilku Hyung karna aku 1 tahun lebih tua dari kau, dan benar katamu aku yang membawamu kesini" jelas Jong-In sambil mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan namaku Park Jimin " sambil membalas uluran tangan Jong-in

"Aku sudah tau namamu Park Jimin"

"Dari mana kau tau namaku?" mata Jimin membulat sempurna, ia sangat kaget pasalnya Jimin tak mengenali pria yang membawa nya kerumah sakit.

"Aku melihat identitasmu, karna aku perlu mendaftarkan namamu sebagai pasien dirumah sakit ini, mianhae aku lancang"

"Ah tidak apa apa, aku berterimakasih karena kau telah membawaku ke rumah sakit jika tidak ada kau bagaimana nasibku sekarang dan maaf aku merepotkanmu"

"Aku senang bertemu denganmu. Oh ya Jimin boleh aku meminta nomor telpon kerabat atau keluargamu agar aku bisa memberi tahu keadaan mu sekarang"

Seketika raut wajah Jimin menjadi muram dan perlahan air mata Jimin dengan bebas meluncur ke pipinya yang sekarang tak lagi chubby, Jimin merasa ada rasa sakit yang mengganjal saat Jong-In mengatakan kata 'teman' Jimin sendiri masih menganggap mereka bagian dari hidupnya, tapi apalah daya Jimin mereka tak mau mengakui nya lagi.

Jimin tak mungkin memberi nomor orang tuanya, memangnya mereka masih ada? dan Jimin juga tak mungkin memberi nomor Hyungnya Sungwoon, karna Jimin tak mau membuatnya kerepotan karena keadaannya apalagi sekarang Hyungnya itu sedang ada tour bersama Wanna One, jadi siapa yang harus Jimin hubungi?

Jong-In yang merasa bersalah mencoba menenangkan Jimin dan meminta maaf.

"Eh Jimin kau kenapa menangis? Apa aku telah menyakitimu?"

Jimin hanya menggeleng dan tersenyum tipis seakan ia berkata "aku baik-baik saja"

"Benarkah? Tapi kau tidak kelihatan baik-baik saja. Kau bisa cerita padaku kalau ada masalah" Jong-In bertanya terkesan memaksa

Jimin mengangkat kepalanya dan menatap Jong-In. Ia ragu untuk menceritakan masalahnya tapi ia juga tak bisa memendamnya sendiri rasa  sakitnya. Jimin tidak ada pilihan lain, akhirnya Jimin menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutupi sedikit pun.

Jong-In POV

Aku sangat terkejut dengan apa yang Jimin ceritakan padaku. Bohong jika aku tidak sedih, aku merasa kasihan padanya, aku percaya kepada Jimin dan apa yang di katakannya, dan aku juga tau tentang penyakit yang di derita olehnya , aku mencoba menenangkan Jimin agar dia tak terus menerus terbebani pikirannya.

Kalau boleh jujur Jimin ini mirip sekali dengan sahabatku dulu yang sekarang sudah meninggal dunia. Makannya aku sangat senang bertemu dan ingin berteman dengannya, yang membuatku lebih kaget lagi Jimin sekarang tak punya tempat tinggal dan semua barangnya termasuk uangnya ada di dorm, dia tak mungkin mengambil nya karena sepertinya teman-temannya akan menyiksa Jimin lagi.

"Jimin kau tidak perlu memikirkan apa-apa kau sekarang temanku. Masalah kau tinggal dimana, kau tidak perlu pikirkan kau bisa tinggal bersamaku untuk sementara"

"Tapi aku sudah banyak merepotkanmu, aku tidak bisa" katanya sambil menunduk.

"Ayolah Jimin, aku tidak merasa direpotkan oleh mu. Lagi pula, aku tinggal sendiri dan aku butuh teman bercerita"

"Baiklah jika itu tak merepotkanmu, terimakasih hyung"

"Kau itu memang lucu ya hahaha, sudah sudah lebih baik kau istirahat "

"Hyung, emmm kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?"

"Kau harus dirawat disini Jimin"

"Tak bisakah kita pulang sekarang aku harus menengok hyungku dan adiku aku sangat merindukan mereka, ku mohon "

"Aishh kau ini. Baiklah aku akan minta dokter mengecek keadaanmu dan jika dokter mengijinkan, kita akan pulang"

"Terimakasih hyung"

"Kau ini seperti anak kecil saja, yasudah sekarang kau tidur aku akan keluar sebentar "










TBC.



Let's play with me jie.

My Last Letter [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum