7. Masuk Angin Bersama Huang (1)

4.2K 687 75
                                    

Aku selesai mengerjakan tugas, bersiap ke dapur untuk membuat camilan malam.

Tapi ternyata, nggak ada bahan makanan sama sekali.

"Muel!"

Nggak nyahut. Kemana nih anak?

"Samuel!"

Masih nggak nyahut. Ya sudah aku samperin ke kamarnya. Tapi nggak ada orang!

Kemana sih anaknya?

"Hoi, gimana mbak? Baru aja sampe rumah lo udah ribut aja."

Oh, nongol dari depan. Jadi, dia habis dari luar? Kurang ajar, pasti dia tau kalau di rumah nggak ada makanan.

"Habis dari mana lo?"

"Cari makan."

Tuh, kan.

"Kok ga ngajak gue?"

"Tadi udah, lo nya nggak nyaut yaudah gua tinggal!"

"Hadeh ga denger. Sekarang lo pulang bawa apa?"

"Bawa nyawa."

Bangsat. Kuhampiri lah si Samuel, bersiap mengusak-usak wajahnya gemas.

Tapi Samuel gercep menghindar.

Bugh

Dan bantal sofa pun melayang, sukses mengenainya.

"Strike!"

"Bodoamat ya mba, tuh Mas Renjun udah di depan bego. Denger ga?"

Hah? Wait, Renjun? Ngapain sih! Aku bergegas ngintip dari jendela.

Bener aja, Tuan Muda Huang sudah di depan rumahku, duduk di atas motor Satria merah-hitam nya sambil main ponsel.

"Dia ngapain sih dek?" tanyaku dengan nada tertekan.

Ya gimana, ini sudah malam, udaranya dingin. Mau ngajak kemana lagi dia?

"Nungguin lo."

"Nggak lo suruh masuk dulu?"

"Nggak lah, ngapain, bukan tamu gua itu."

Aduh siapa sih yang ngajarin Samuel begini? Bertentangan dengan kebiasaan orang Jogja yang ramah-tamah.

Aku menunduk untuk melihat kostumku. Tidak buruk sebenarnya, kaos putih dengan paduan celana katun hitam. Jadilah aku keluar sebentar, menghampiri Renjun.

"Hey," sapaku.

Oh, dia terkejut. "E-eh, apa?" katanya tergagap.

"Eluuu yang apa, malem-malem di depan rumah orang!"

Dia tertawa kecil. Adem Njun, cukup.

"Ayo temenin jalan bentar. Aku stress belakangan ini, butuh udara segar."

A-apa? Aku? Dia pakai aku-kamu lagi? Aduh, berkepribadian ganda apa gimana....

"Njun, dingin loh. Nggak mau main kerumah aja? Ada Samuel."

"Justru karena ada Samuel. Udah sana ambil jaket dulu."

Anehnya, aku nurut. Bego emang. Setelahnya, aku balik ke Renjun lagi.

Bentar, ini naiknya gimana....

"Ayo," Renjun menepuk jok belakang motornya.

Nungging? Ih bangsat :(

Terus aku pegangan dimana? Masa pegangan di Renjun? Tau nggak, ini jantungku udah nggak sehat!

/ayo temenin aku nostalgia tiga part ke depan/

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang