39. Ujung Masa SMA

1.2K 225 36
                                    

2020

Satu tahun berlalu tanpamu, Huang Renjun. Yogyakarta terasa begitu sepi, meski seramai ini.

Sekarang sudah Januari lagi, dan aku akan disibukkan oleh try out dan ujian.

Kabarku baik, sangat baik. Tapi bagian yang kosong ini masih belum terisi. Karena, bagian itu hanya dimiliki olehmu, Renjun..

-jhnrsln

Lagi-lagi aku terbangun dini hari. Bukan tanpa alasan, Samuelku kembali. Dia menembakkan confetti di ulang tahunku yang ke delapan belas.

"Mbak," panggil Samuel dengan ekspresi terkejutnya. "Lo yakin Mas Renjun udah pergi?"

Hah, apaan sih? Aku cuma melongo menanggapi pertanyaan Samuel. Dia nggak sabar, lalu menunjukkan ponselku-

Eh, tunggu.

WOW? ARE YOU FREAKING KIDDING ME RIGHT NOW? BILANGLAH KALO INI DIBAJAK

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WOW? ARE YOU FREAKING KIDDING ME RIGHT NOW? BILANGLAH KALO INI DIBAJAK.

Typing.

Beneran, rasanya kaya mau nangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beneran, rasanya kaya mau nangis. Renjun selama ini masih hidup? Aku langsung bergegas saat itu juga. Mandi, ganti baju, nyuruh Samuel nganter ke rumah Renjun.

Sampai di rumahnya, aku disambut hangat sama mamanya di depan yang sedang berkebun. Oh ya, rumah Renjun masih tetap, alias tidak pindah.

"Uh menantu Momsky makin cantik aja," beliau berdiri, lalu menghampiriku.

Biasalah ritual perempuan, cipika cipiki. Aku memanggil mama Renjun dengan sebutan Momsky, beliau yang suruh.

"Han, Momsky mau ngasih tau kamu sesuatu. Duduk dulu sini," katanya, lalu menepuk kursi di teras rumah.

Aku menurut.

"Momsky gimana kabar? Sehat-sehat aja kan? Jihan sehat kok, nih tumbuh dengan baik hehe. Bentar lagi musim ujian, pasti capek."

Aku menyerocos ketika beliau tanya kabarku. Biasalah, basa-basi. Ah, setelah diberitahu sedikit tentang Renjun, aku sedikit shock, tapi,

Aku tidak sabar menemuinya.

"Yaudah, masuk aja. Momsky lanjut berkebun dulu ya. Oh, nanti kalo haus ambil minum di dapur, oke?" beliau mengedipkan mata, lalu melanjutkan kegiatannya.

Astaga, hatiku udah dag dig dug ser. Aku melangkah masuk. Masuk kamar Renjun maksudnya. Pintunya nggak ditutup kok, nggakpapa.

Oh, orangnya lagi dengerin lagu, tatapannya kosong. Mataku mulai berkeringat, serius. Banjir. Kakiku lemas.

Renjun melepas sebelah earphonenya. Seolah menyadari sesuatu, dia akhirnya melepas kedua earphonenya.

"Jihan," panggilnya, lalu berdiri. "Jihan, kamu disini?"

Matanya mulai berkaca-kaca. Hei, kita berdua haruskah bertemu dengan mata yang berkeringat?

Aku teringat kata Tante-Mama tadi.

"Renjun selamat, tapi dia buta."

Aku berlari ke arahnya, menghambur ke arah Renjun, berharap rasa rinduku tuntas saat itu juga.

"Iya Renjun, ini aku. Makasih karena kamu baik-baik saja. Makasih. Makasih Renjun, karena kamu selamat."

Aku nggak berhenti bilang makasih. Dia tetap Renjunku yang sempurna.

"Momsky titip Renjun ya sayang, kamu bisa jaga dia, kan?"

Iya tante, semoga aku bisa menjaganya, bahkan melindunginya.

"Jihan, aku rindu kamu. Maaf karena menemui kamu dalam keadaan begini. Maaf, karena janjiku terlambat. Maaf-"

"Nggak Jun, jangan minta maaf," aku menggeleng, lalu menangkup kedua pipinya. "Aku yang harus minta maaf karena lepasin kamu. Jangan pergi lagi, ya, aku mohon."

Dia mengangguk, lalu muncul seberkas senyum yang selama ini hanya muncul dalam bayanganku.

Senyumannya yang manis.

"Jihan pasti tambah cantik," katanya tersenyum. "Aku pengen lihat Jihan yang cantik, tapi mungkin lain waktu."

Renjun...

"Kamu kangen aku, ya?" godaku.

Dia mengangguk lagi. Menggemaskan. Lantas, aku mengambil tangannya, kuletakkan pada kedua pipiku.

"Kamu boleh raba wajah aku. Setelah itu, kamu baru bisa tau kalo aku makin cantik."

Renjun tersenyum, wajahnya memerah malu. Dia mulai menyentuh mataku, hidung, dan terakhir-

bibir.

Aku menahan tangannya, dan mulai memangkas jarak. Dia kado terindahku tahun ini.

/GILA GILA GILA AKU NGETIK GINIAN EMOSIONAL SENDIRI/

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunWhere stories live. Discover now