11. It's Okay

2.3K 404 13
                                    

Aku menemukan Samuel yang meringkuk di sofa kamarnya. Iya, lampu emergency mati dan Samuel benci sendirian di kegelapan.

Kuhampiri dirinya terlebih dahulu sebelum mencari lilin. Renjun sudah pulang dan sekarang saatnya untuk Samuel.

Benar-benar seperti bayi.

"Muel," kupanggil pelan namanya.

Dia mendongak, lalu menatapku dengan sorot ketakutan.

"Ngakpapa, ada aku sekarang," kataku, menenangkan dirinya yang nyaris menangis.

"Mbak-"

Tanpa menunggu lama, langsung kupeluk tubuh bongsornya yang gemetaran. Aku mencoba lebih lembut untuknya disaat seperti ini.

"Utukutukutuk bayiku," kuhibur ia sedikit. "Yuk bantu cari lilin."

Samuel hanya mengangguk pasrah. Gemasss maksimal!

Dia punya trauma, yang- entahlah. Aku juga nggak tau, tapi mungkin karena kata papa,

"Dulu pernah ada gempa."

Cuma gitu kata papa. Ah nggak tau ah, nggak jelas.

Setelah lilinnya ketemu dan dinyalakan, lampunya malah nyala. Ya sudah, kusuruh Samuel memadamkan apinya. Ketika apinya sudah padam, lampunya padam lagi :)

Bangsat.

Ini dipermainkan mas-mas PLN?

"Gimana, sih," sungut Samuel, sudah mau nangis lagi.

Uwu, gemay. Kuusel-usel pipinya deh, jadi kangen masa kecil.

Tiap Samuel selesai mandi, aku langsung mainin pipinya dengan berakhir dia cemberut. Haha.

Habis gemes-gemesan sama Samuel, baru bener-bener nyala lampunya.

Ting~

Renjun doang emang ya?Belum aja masuk angin beneran sampe gabisa kentut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun doang emang ya?
Belum aja masuk angin beneran sampe gabisa kentut. Ketahuan banget jarang main malem kalo langsung masuk angin gini haha.

Aku juga, masuk angin....

"Muel?" panggilku.

"Ya Mbak?"

"Termometer simpen dimana?"

Dia inisiatif ngambil termometer tanpa kuminta. Mungkin juga karena wajahku yang-

pucat udah kaya mayat hidup.

"Mbak Jihan, sakit?" dia tanya.

"Ah engga, cuma capek aja sih. Kenapa emang?"

"Badannya anget. Masuk angin, kan? Siapa sih yang merekomendasikan main malem?"

Yah, sewot.

"Mas Renjun minta dimarahi," katanya lalu pasang muka jutek.

"Hei, jangan dong. Nanti nggak jadi taken...."

Aku bertaruh, dia memutar bola matanya malas sambil mengguman,

"Bucin."

Tuh, kan.

Btw, tenggorokanku sakit.

Samuel pergi dari kamarku setelah aku selesai mengukur suhu tubuhku.

Oalah pantes.

Aku bersiap tidur, berharap besok pagi sudah membaik. Aku tidak ingin melewatkan jam biologi Bu Irene.

Lama aku terlelap, aku merasakan ada yang menimpa dahiku. Oh, kompres. Sejak kapan? Mungkin satu jam yang lalu? Entahlah.

Kompresnya sudah mulai dingin, dan kulihat Samuel tertidur di sisi ranjangku.

"Muel? Hey?" aku menepuk pipinya pelan.

"Hng, eh apa mbak? Mau minum?" tanyanya langsung terjaga.

"Nggak. Pindah kamar sana, di lantai emang nggak dingin?"

"Bentar, cek lagi dulu suhu tubuhnya."

Kelar, turun 1°C

Ya lumayanlah. Thanks to my cuttie baby uwu.






















 Thanks to my cuttie baby uwu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang