14. Tukang Ngadu

2.1K 390 47
                                    

Percuma banget tuh bocah ditaruh di ruang vvip rumah sakit, belum ada setengah hari juga udah minta pulang.

Haechan manja banget. Ya iya sih, secara tangannya patah sebelah. Yang kanan pula.

"Han, bukain botolnya."

"Han, ambilin baju."

YANG SAKIT TANGANNYA, BUKAN KAKI. JALAN SENDIRI KEK HFT.

"Han, mau mandi."

"Han—"


Ting~

Aduh kenapasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduh kenapasih!

Mana jadi keterusan, takut salting ih....

Mana jadi keterusan, takut salting ih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plis ini gimana, aku takut baper!!!

Plis ini gimana, aku takut baper!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibajak Evilchan. Baru juga sampai di tanganku, direbut lagi sama dia. Ya udah biarin.

Biar Renjun juga nggak sambat kangen mulu. Ih, pipiku pasti udah merah, malu.

Bentar, kok Haechan ketawa-tawa sih.....

Jadi curiga nih.

MALAH DIADUIN!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAH DIADUIN!!!

"Bodo amat Chan, kita kemusuhan."

Lalu kutinggal pulang dia, malah ngikut di belakang.

"Han, nggak berani di rumah sendiri ih...."

Nah, mulai. Males banget sih.

Haechan sibuk minta maaf sama ngebujuk diriku yang sudah terlanjur marah ini. Nggak mempan tau gak, udah malu duluan aku.

Besok kalo ketemu mau gimana....

"Han, gue kan pengen dimanjain juga," katanya.

"Gue yang gamau."

"Red velvet cake? Atau yang tiramisu?"

Emosiku meletup-letup. Dia tuh pinter banget kalo nyogok pake makanan manis. Jengkel setengah modar.

Bukannya kicep, dia justru makin menjadi buat ngegoda imanku.

Bodoamat sumpah.

Aku masuk ke rumahku, lalu menutup jendela. Samuel menghampiri.

"Mbak Jihan, Mas Renjun nelpon di nomer gue tadi."

Aku terdiam, tapi malah Haechan yang tanya-tanya.

"Katanya, suruh ganti nama kontak dia jadi Pangeranku."

GUMOH.

UDAHLAH BESOK KUGANTI JADI HUANG SEENAKNYA RENJUN AJA LAH!

Yang namanya Haechan tuh ya, emang selalu ngeselin dimanapun dan kapanpun....

Dia barusan malah ngakak.

"Pulang kek lo," usirku.

"Gue masih pengen dimanja— woy lu mau kemana?!"

Aku menghidupkan televisi untuk mengabaikan ocehan Haechan yang duduk di sampingku.

Tapi tetap aja kedengeran.

"Han, mau makan nggak? Gue masakin ramen-"

"JANGAN! Lo mau dapur gue kebakaran?"

Kicep, kasian.

"Han."

"Diem intan payung," putusku sebelum Haechan melanjutkan ucapannya.

Ih ngambek.

Pemuda bertubuh bongsor itu bangkit dari duduknya, masih dengan menggendong tangan kanannya, menuju ke kamar tamu. Iya, kamar tidur yang khusus untuk tamu.

Tapi, baru juga sampai pintu, dia balik lagi. Kutanyain kenapa, jawabnya,

"Belum lo pasang sprei deh tuh," ketus.

Oh iya, baru mau kuganti tapi kelupaan.

"Yamaap. Udah deh sini gue pasangin."

Protes mulu nih intan payung, berujung dengan perdebatan antara dokter kecil dengan pasien besarnya.

"Yaudah ah gue di kamar Samuel aja, serah si Samuel mau seranjang apa engga, pokoknya gue tidur di sebelah kanan."

T-E-R-S-E-R-A-H!

Endingnya, Samuel yang tidur di kamar tamu. Dia habis main sama Jisung, Chenle, dan kawan-kawan, langsung aja rebahan di kamar tamu tanpa lepas jaket.

Tabah-tabahin ngurus dua curut. Okd.

"Mbak Jihan," panggil si Muel pelan. Ngigo kayanya.

Posisiku masih di kamar tamu, ngerapiin kaus kaki, sepatu, sabuk Samuel yang dilempar asal-asalan.

"Mbak Jihan," panggilnya lagi. "Ngantuk."

Y, YA ITU KAN LO TIDUR MALIH! Aish bikin naik darah aja.

"Daripada lo bikin gue marah, mending lo diem, tidur. Kalo takut naik ke kamar gue," kataku.

Persetan dia dengar apa enggak, yang penting aku sudah bilang.

Setelah mengurus Samuel, aku naik ke kamarku. Ah, kamar Samuel yang ditempati Haechan masih terang.

Tok Tok

"Oi, Fullsun!" panggilku agak pelan.

Tak ada jawaban. Jadi, aku masuk saja karena kamarnya pun tidak dikunci. Terlihatlah seongok manusia persis seperti bayi bajang yang di bawah tadi.

Mau kesel tapi gimana....

"Chan," kugoncangkan pelan tubuhnya, tak ada reaksi.

Tenang gais, dia nggak mati, masih nafas. Emang orangnya yang kebo. Dia nggak bisa diganggu gugat dua jam pertama matanya terpejam.

Human Verified ✔

Jadilah aku mengurusnya. Mulai dari memakaikan kaus kaki, membenarkan posisi kepalanya, hingga memakaikan selimut. Terakhir, mematikan lampu.

Enak banget jadi mereka ya gusti....

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang