32. What Happen?

1K 211 22
                                    

"Muel?" aku mengetuk pintu kamarnya.

Gaada jawaban.

Nggak mendesak sih, masalahnya ini udah jam sepuluh siang! Kebo mana yang betah tidur hampir 12 jam? Anjir.

Btw, kangen Renjun....

Dia nggak ada kabar—

"HAN, KELUAR HAN KEBAKARAN!"

Tiba-tiba aja udah ada asap, tapi barusan ini suara Haechan. Lah, woy?

Berulah lagi ni anak satu.

Dia bawa mercon yang asap doang tuh tau nggak? Diarahin ke kamar Samuel.

"Ap–"

"Sstt, cara ini lebih efektif buat bangunin kebo," katanya.

Bener aja, nggak lama, keluarlah si kecil dengan sempoyongan dan panik. Aku ikut panik.

"CHAN MERCONNYA MATIIN ANJIR CHAN!"

Lalu aku menghampiri Samuel. Apa yang terjadi? Dia demam.

Iya, demam tinggi.

Oh, pasti mimpi itu lagi. Kok bisa tau? Ya udah hapal. Tapi, tumben banget dia nggak langsung lari ke kamarku ya. Kan biasanya minta diceritakan kisah nabi-nabi.

Haechan langsung keluar, ngebuka pintu dan jendela rumah, setelahnya nyalain semua kipas angin.

LISTRIK SIAPA YANG BAYAR WOY.

"Makanya, maneh kalo dibangunin jangan susah amat. Baru simulasi kebakaran udah panik kan lo?" omel Haechan.

Kok dia yang ngomel? Iya, aku stres karena Samuel di kamar dari semalem dan nggak keluar sampe hampir tengah hari. Yang kuhubungi pertama tentulah Haechan.

"Diem intan payung," ucapku tajam.

Iya, dia diem, tapi matanya nggak lepas dari aku. Tatapan membunuh karena dia kesel dipanggil intan payung.

Aku mendekat ke arah Samuel, dia cuma diem di tempat lagian.

Pucet banget.

"Lo manusia apa mayat hidup hah? Makan," perintahku.

Tapi dia tetep diem.

"Lo nggak denger ya Jihan bilang apa? Sana gih makan, Mama udah balik sama Papa ke Semarang. Lo mau dipamitin malah ngunci kamar."

Haechan ngomel lagi dong gais.

"Intan payung gausah ikut-ikut," sarkasku.

Samuel cuma nonton, tapi habis itu dia mau balik ke kamar.

"Makan dulu," aku menahan tangannya. "Lo sakit."

"Nggak, cuma pusing," dia akhirnya buka mulut. "Gue tidur bentar juga sembuh."

Haduh, kaya ngadepin anak puber kalo kata Mama.

Ditepisnya tanganku, lalu dia balik ke kasurnya. Pintu kamar ditutup lagi sih, tapi nggak dikunci.

Aku mendengus pasrah. Haechan narik tanganku ke ruang tengah.

Dia tau apa yabg terjadi, karena aku cerita.

"Han," panggilnya. "Renjun balik ke China, peringatan kematian adiknya."

/yang baca Yogyakarta dari ini debut sampe sekarang direvisi, pasti tau bedanya

Menurut kalian gimana gaes, mending yang sebelum apa sesudah revisi?

Wkwkwk/

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunWo Geschichten leben. Entdecke jetzt