Bisakah Aku Bertahan?

4.5K 365 12
                                    

“Yah, Park Jimin!”

Jimin menghentikan langkahnya saat suara mengintimidasi itu mengalun. Tiga orang siswa sudah berdiri di sudut lorong taman belakang sekolah.

Ketiganya menatap sinis, remeh, sekaligus kesal. Seorang dari mereka berjalan mendekat. Jimin bergeming, manik matanya hanya tertuju pada nametag siswa berambut merah itu, Han Jungwoo.

“Kau mau mati?” Jungwoo berdesis sembari menunjuk-nunjuk dada Jimin dengan kasar.

“Apa yang kau lakukan pada tugas kami eoh?”

“Kalian menyuruhku mengerjakannya.”

“Mengerjakan?” decak Jungwoo, “Mengerjakan hal gila yang membuat kami lari keliling lapangan?!”

Ingatan Jimin beralih pada tugas ketiga siswa yang terpaksa dikerjakannya pekan lalu. Tugas ekonomi, hal sepele. Namun saat itu, Jimin tidak berada pada kondisi baik membuatnya mengerjakan tugas secara asal. Hal itu tentu berdampak buruk pada Jungwoo dan kedua temannya, Taeseok dan Daehan.

Bukan hal aneh, kalo ketiga anak tersebut senang membuat hari-hari Jimin di sekolah menjadi seperti di neraka. Jika ingin tenang, Jimin harus melakukan apapun yang ketiganya inginnya.

“Hei babi, kau tidak mendengarku?!”

Jimin tersentak saat Jungwoo membentaknya. Hanya bisa menunduk dan mencicit, “Maaf.”

“Maaf? Gampang sekali bicara maaf,” desis Jungwoo

“Saat itu aku sakit jadi tugas kalian… Maafkan aku.”

“Kau kira kami peduli?”

“Sudah Jungwoo-ya, anak itu sepertinya rindu pukulan manis kita.”

Daehan dan Jaesuk tertawa meremehkan lalu ikut mendekati Jungwoo. Tubuh Jimin terlihat sedikit bergetar. Dia tak mampu mengangkat wajahnya sedikitpun, suarapun tak mampu keluar. Dia takut.

Pukulan tiga anak itu tidak main-main. Jimin memang sudah sering merasakannya, seharusnya sudah terbiasa tapi… tetap saja itu sakit.

Tak menunggu waktu lama, tentu tiga orang itu langsung melingkari Jimin. Dimulai dari Jungwoo yang menendang dada Jimin yang membuatnya jatuh tersungkur, injakan di perut oleh Jaesuk, dan bogeman bertubi di wajahnya oleh Daehan. Jimin hanya mampu meringkuk ditanah.

Seragam kusamnya semakin terlihat dekil dengan debu tanah yang menempel. Sebisa mungkin Jimin melindungi wajahnya dari pukulan yang diterima, dia masih harus masuk kelas dan bekerja nanti.

“Jungwoo hyung.”

Panggilan itu menghentikan pukulan Jungwoo. Siswa tegap berambut merah itu menoleh dan mendapati junior kesayangannya berdiri di dekat pohon.

Wae?” Jungwoo bertanya dengan nada tidak suka sembari mengatur napas terengahnya.

“Kang ssaem menuju kemari. Hentikan.”

Ucapan itu otomatis membuat Jaesuk dan Daehan berhenti memukuli Jimin. Ketiganya saling melirik lalu mendengus sebal.

“Ayo pergi.”

Daehan berjalan lebih dulu diikuti oleh Jaesuk. Sedangkan Jungwoo memilih berjongkok sesaat. Menarik rambut Jimin membuat pemuda tak berdaya itu terpaksa mendongak.

“Sudah sering kuperingatkan. Jangan cari masalah denganku, Jimin-ah. Kalau kau masih mau sekolah di sini, patuhi perintahku. Mengerti?”

Jungwoo bangkit berdiri, menghempaskan debu tanah dari celananya dan melangkah pergi. Sebelum menghilang di balik lorong, dia menoleh. Junior kesayangannya itu masih disana. Bersandar pada pohon dan menatap datar Jimin yang terbatuk-batuk.

Bittersweet TreasuresWhere stories live. Discover now