Love Yourself

2.7K 280 33
                                    

"Accept yourself, love yourself, and keep moving forward."

― Roy Bennett

{Kindly listen to : RM - Forever Rain}

️♣️♣️

SUV berwarna putih itu baru memasuki gerbang utama mansion Kim sekitar jam 8 malam. Tanpa membalas sapaan dari satpam, mobil itu langsung melaju menuju pintu utama rumah.

Namjoon keluar dari mobil dengan lesu. Terlihat begitu lelah, matanya sayu dan dia melangkah satu-satu dengan sangat perlahan. Seorang pelayan datang memberi salam namun tak ada balasan, pandangan Namjoon lurus saja ke depan. Pelayan itu mengernyit namun tak berani bertanya dan memilih menuntaskan tugasnya untuk memarkirkan mobil tuan mudanya.

Kondisi rumah sepi seperti biasanya. Beberapa pelayan yang dilewati Namjoon membungkuk kecil untuk memberi salam tapi lagi, semua tak dihiraukan.

"Tuan muda?"

Suara yang sangat familiar itu terdengar membuat langkah Namjoon otomatis terhenti. Dia menoleh dan kepala Choi sudah berdiri di sana, bersama beberapa pajangan marmer yang tengah di bersihkannya.

Kepala Choi memberi salam dan melempar senyuman tipis. Namjoon diam, ekspresi datar tanpa senyum ditambah mata sayu itu membuat kepala Choi heran.

Sebenarnya kepala Choi ingin bertanya darimana saja tuan mudanya satu itu yang keluar sejak sore tetapi yang keluar dari mulutnya justru, "Anda baik-baik saja?"

Dilihat dari sudut manapun, kondisi Namjoon terlihat tidak baik. Tentu saja kepala Choi menyadari hal itu. Namjoon menggeleng namun tak mampu menghilangkan rasa khawatir kepala Choi pada pemuda itu.

"Aku hanya perlu tidur," balas Namjoon dengan suara agak seraknya.

"Apa anda memerlukan sesuatu?" tanya kepala Choi saat Namjoon akan melaluinya.

Gelengan kepala kembali menjadi respon sebelum Namjoon benar-benar membawa langkahnya menapaki anak tangga. Kepala Choi diam, memperhatikan gerak gerik pemuda itu sebelum menghela napasnya. Malam ini, dia harus berjaga. Ya, jaga-jaga jika anak kedua keluarga Kim itu jatuh sakit atau memerlukan sesuatu.

Masih dengan langkah gontai, Namjoon tiba di lantai dua. Berdiri depan pintu kamarnya sebentar namun pandangannya beralih menuju pintu kamar kakak dan adiknya yang tertutup rapat. Jujur, Namjoon ingin bertemu dua orang itu tapi dia mengenyahkan niatnya, takut jika dia hanya akan menjadi pengganggu.

Kamar gelap itu menyapanya saat pintu pertama kali terbuka. Namjoon masuk tanpa niat menekan saklar untuk menyalakan lampu. Dia berjalan pelan, seperti tak terganggu dengan kegelapan yang mengukung.

Korden berwarna biru dongker itu disibak sedikit keras. Sinar rembulan langsung menyerbak masuk lewat jendela, memberi secercah cahaya dalam kamar gelap itu. Untungnya, rembulan sedang bulat-bulatnya sehingga sinarnya lebih terang dari biasanya.

Kaki Namjoon seolah tak mampu lagi menopang beban tubuhnya, dia langsung terduduk. Menyandarkan punggungnya di dinding dan kepalanya bertumpu pada kaca jendela panjang di samping kanannya.

Entah apa yang ada dalam kepala Kim Namjoon. Ekspresi sedih langsung mengambil alih dan selang berapa detik, air mata itu sudah meleleh membasahi kedua pipinya, kemudian jatuh ke rahang tegas yang bergetar itu.

Bittersweet TreasuresWhere stories live. Discover now