비밀?

2.4K 214 62
                                    

"Bagaimana keadaannya?"

Choi Minho menoleh saat Taehyung masuk ke dalam kamar Jimin dengan raut cemas yang masih kentara. Kepala Choi hanya tersenyum lalu beranjak berdiri. Mendekati Jimin dan mengganti handuk kompresnya.

Masih mengenakan seragam lengkap dengan sepatu dan ranselnya, sepulang sekolah Taehyung langsung menerobos ke kamar itu.

"Dia masih belum sadarkan diri dari semalam, hyung?" tanya Taehyung tak percaya.

"Tenanglah," sahut Minho, "Jimin sempat bangun tadi, sudah makan bubur juga."

"Tapi kenapa masih begini?"

Kepala Choi diam, tak bisa menjawab lebih tepatnya. Keduanya memandang Jimin dalam diam dan ekspresi sendu. Kemarin malam, rumah kembali dibuat heboh saat Namjoon menemukan Jimin tak sadarkan diri dekat pintu masuk.

Anak itu demam tinggi. Namun ditengah kesadarannya yang sangat tipis itu, Jimin masih bisa menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Pada dasarnya Jimin keras kepala, dibujuk bagaimanapun tetap tidak mau. Akhirnya mereka mengalah dan meminta uisa-nim datang untuk memberikan obat.

Jimin memang sudah tidak enak badan sejak beberapa hari lalu, flu dan kelelahan hebat membuat tubuhnya tumbang juga.

"Demamnya sudah tidak setinggi semalam," ucap Minho berniat menenangkan Taehyung.

"Tetap saja. Dia tak berbeda dari tadi pagi sepertinya," gumam Taehyung sedih.

Kepala Choi menghadap Taehyung lalu menepuk pundaknya sekali, "Ganti pakaian dulu. Kau bisa menungguinya setelah itu."

Taehyung cemberut. Dia terlalu malas naik ke lantai atas dan berganti baju sebenarnya. Sebuah ide membuatnya tersenyum sebelum mendudukan diri di kursi kayu sebelah kasur Jimin.

"Aku pinjam kaus Jimin saja. Nanti aku naik sebelum mandi."

Kepala Choi geleng-geleng sendiri melihat kelakuan tuan mudanya yang tak ayal seperti anak kecil. Dengan sabar, dia ambil sepatu dan ransel milik Taehyung, berniat merapikannya ke kamar tuan mudanya.

"Terimakasih, hyung," cengir bodoh Taehyung.

"Panggil aku kalau air kompresnya sudah dingin ya, biar ku ganti nanti."

"Tidak usah, biar aku saja. Hyung bisa lakukan pekerjaan lainnya."

"Kau butuh sesuatu?"

Taehyung menggeleng. Terkadang dia merasa memilikki satu kakak lagi setiap berhadapan dengan Minho. Pemuda itu hanya berbeda setahun dari Jin hyungnya dan yang paling Taehyung suka yaitu Minho terkadang lebih memanjakannya dibanding kedua kakaknya sendiri.

"Minho hyung, hyungdeul neun?" tanya Taehyung sebelum Minho keluar dari kamar itu.

"Namjoon baru saja pergi terapi. Jin harus ke agensi untuk mengurus sesuatu."

Taehyung tersenyum saat kepala Choi yang terkadang kaku itu bisa menurunkan formalitasannya saat mereka sedang berdua, seperti keinginan Taehyung. Setelah melihat anggukan dari tuan kecilnya itu, Minho balas tersenyum sebelum pamit pergi dari kamar.

Mengambil sebuah kaos berwarna hitam polos dari lemari kecil Jimin, memakainya sebelum kembali mendudukan diri di kursi. Helaan napas itu terdengar saat Taehyung melihat Jimin yang masih tertidur dengan ekspresi tegang, sesekali dahinya berkerut entah menahan sakit atau apa.

"Hei Park, apa yang sedang kau mimpikan sih?" gumam Taehyung pelan, "Kenapa senang sekali membuat orang lain khawatir?"

"Sudah ku bilang, istirahat dulu. Salah kau sendiri memaksakan diri sampai tumbang begini, aish Park Jimin."

Bittersweet TreasuresWhere stories live. Discover now