Sharing

2.6K 260 98
                                    

Jimin menyedot susu kotak ketiganya dalam diam. Jujur, dia merasa kembung dengan susu coklat itu tapi mau bagaimana lagi, hanya susu ini yang bisa menemani kebosanannya sekarang.

Mata Jimin melirik ke kanan dan ke kiri, memperhatikan dua orang yang sudah terlihat setengah sadar. Reflek, Jimin menarik gelas kecil berisi soju yang ingin diambil Jin lagi.

"Cukup, hyung!" dengus Jimin sebal.

Wajah Jin maupun Yoongi sudah memerah sempurna dengan kedua mata sayu dan racauan tidak jelas. Wajar saja, mereka mabuk setelah menghabiskan sekitar 8 botol soju.

"Ahjumma! Satu botol lagi-hikh."

Jimin melotot saat Yoongi berseru keras sambil melambai-lambaikan botol soju kosong di tanganya. Langsung menoleh, Jimin menggelengkan kepalanya pada bibi kedai soju itu. Sang bibi hanya tersenyum, mengerti ekspresi memelas yang Jimin berikan.

"Ahjumma!"

"Hyung, geumanhae. Jebal, eoh?"

Jimin menatap Yoongi dengan frustasi yang kentara. Pemuda Min itu balas menatap lalu tertawa disertai cegukan.

"Neoya..." seru Yoongi geli, "Bocah gembil ini... Neon nuguya?!"

"Yak! Jangan berteriak pada adikku, i saekki ah!"

Bukannya tersanjung, Jimin justru memutar bola matanya malas. Lagi-lagi, dua orang itu berdebat tidak jelas.

Sudah hampir 1 jam mereka ada di kedai jajanan malam pinggir jalan taman kota. Jimin benar-benar mengikuti kedua orang itu, takut mereka berkelahi lebih hebat. Tapi ternyata, Jin justru menggiring mereka ke tempat ini. Memesan botol-botol soju dan langsung meminumnya.

Bibi pemilik kedai merasa kasihan saat melihat Jimin hanya diam di tengah-tengah dua orang mabuk itu pun akhirnya memberikan beberapa kotak susu coklat, tahu jika anak itu masih di bawah umur untuk ikut menikmati soju.

Tteokbeokki yang disediakan sudah habis, Jimin juga yang menghabiskan seorang diri. Jin maupun Yoongi tak menyentuh apapun selain minuman alkohol di depannya.

Keduanya terus minum dan menghabiskan beberapa botol tanpa berbicara membuat Jimin kebingungan sendiri. Dia ingin bertanya tapi suasana tegang di sana seolah mencekik dan menyuruhnya diam saja.

"Min Yoongi saekki. Berani-beraninya menyembunyikan hal seperti ini dariku," desis Jin sambil menatap Yoongi sebal.

Yoongi yang ditatap hanya memandang kosong botol ditangannya, "Harusnya aku tidak pernah percaya padamu. Kim Seokjin, Aku ingin menghajarmu."

"Yak! Ini salahmu! Tiba-tiba kau datang, tiba-tiba kabur, sembunyi dan menyalahkanku..." ujar Jin dengan nada yang tiba-tiba berubah sedih, "Seenaknya saja bilang tidak mau jadi temanku. Aku tidak sembarang berteman, kau tahu?!"

"Harusnya kau bersyukur, aku memperbolehkanmu menjadi temanku!" racau Jin lalu tiba-tiba terisak.

Jimin menghela napasnya, tidak tahu apa yang terjadi tapi cukup sedih mendengar racauan Jin sejak tadi. Yang Jimin tangkap dari racauan dua orang itu, mereka berteman lalu ada salah paham dan kini bertengkar hebat, itu kesimpulannya.

"Gara-gara kau, aku membuangnya. Kau tahu hyung, itu menyakitkan. Ucapan mereka menyakitkan."

Kali ini gantian Yoongi yang terisak. Beberapa kali menggigit bibir bawahnya dan mengusap air matanya dengan kasar, Yoongi mengambil botol soju yang masih tersisa sedikit dan langsung menenggaknya habis. Jimin tak bisa menahannya.

"Aku membuangnya! Harusnya sejak awal aku memang harus menguburnya. Kenapa aku harus percaya kata-katamu, hm? Kenapa kau membuatku percaya pada mimpiku?!"

Bittersweet TreasuresWhere stories live. Discover now