The Fact

3.8K 232 55
                                    

Whatever how sad the fact are
It will be still better revealed than covered

🌫🌫🌫

Apa yang ditakutkan Taehyung seharian ini terjadi juga. Kondisi buruk sang kakak. Sore tadi, situasi rumah yang sepi dan tegang tiba-tiba berubah heboh saat Hoseok datang sambil membopong kakaknya yang sudah minim kesadarannya.

“Jin hyung memaksaku membawanya pulang!”

Itu teriakan panik Hoseok saat ditanya apa yang terjadi pada Jin dan kenapa tidak dibawa ke rumah sakit. Karena itulah, Namjoon mengambil alih tubuh Jin, menggendongnya di punggung kemudian berlari menuju kamar sang kakak, sedangkan Taehyung langsung menelepon dokter pribadi keluarga Kim dan Minho yang kebetulan berada di luar rumah.

Setelah Namjoon dibantu Jimin mengganti pakaian Seokjin yang terkena muntahan itu, tak berapa lama dokter Han datang. Taehyung memutuskan berdiri di ambang pintu sembari menggigiti jari tangannya, menyalurkan kegugupannya.

“Jin hyung baik-baik saja ‘kan dok?” tanya Namjoon penuh kekhawatiran.

Dokter Han tersenyum lalu mengangguk, “Dia hanya kelelahan dan asam lambungnya juga naik karena belum diisi apapun. Aku akan berikan dia infus, biarkan dia istirahat sampai cairan infusnya habis.”

“Baik, terimakasih.”

Taehyung menoleh saat Jimin menepuk pundaknya. Jimin tersenyum kecil, “Ayo ikut aku.”

Merasa tak berguna hanya berdiri di sana, Taehyung akhirnya melangkah mengikuti Jimin. Mereka tiba di pantry. Hoseok sudah duduk di sana, sepertinya Jimin juga yang meminta remaja itu ke sana.

Taehyung mendudukan dirinya di kursi sebelah Hoseok, remaja Jung itu hanya menyapa dengan senyuman. Sedangkan Jimin berjalan menuju lemari pendingin, mengambil tiga kaleng cola dan setoples cookies dari lemari.

“Sekarang kalian berdua tenangkan diri dulu di sini, gak perlu panik lagi,” ujar Jimin sembari menyodorkan cola dan cookies ke hadapan dua temannya itu. Dua orang itu memang terlihat panik, apalagi Hoseok.

“Aku hanya terkejut,” balas Hoseok tersenyum kecut, “Aku tidak pernah melihat Jin hyung seperti itu.”

Taehyung menegak colanya sebelum menghela napas lega, “Jin hyung memang jarang sakit, tapi sekalinya sakit pasti bikin heboh satu rumah.”

Eoh. Wajahnya benar-benar pucat dan dia keras kepala sekali, menolak ke rumah sakit.”

“Sejak ibu meninggal, kami semua memang anti rumah sakit,” cerita Taehyung sebelum meringis, “Kami punya trauma sendiri di sana.”

“Benarkah?” ucap Jimin tak percaya, “Tapi waktu aku…”

Taehyung meliriknya dengan sebal, “Makanya aku sebal sekali padamu Jim, kau ini suka sekali masuk rumah sakit waktu itu. Hal berat buat kami menungguimu di sana, arro?”

Jimin meringis merasa bersalah sebelum mencicit, “Maaf, aku tidak tahu.”

Sadar atau tidak, Taehyung mengulas senyum kemenangan saat melihat Jimin merunduk begitu.

“Makanya awas saja kalau kau sampai masuk rumah sakit lagi,” ancam Taehyung dengan nada serius walaupun sebenarnya dia hanya ingin Jimin menjaga dirinya lebih baik. Taehyung bosan melihat anak itu sakit.

Hoseok yang menyadari ucapan dan ekspresi aneh Taehyung hanya bisa menggulum senyum geli. Barulah dia meraih kaleng colanya dan mendesah lega. Namun ingatan akan kotak menjijikan tadi membuat rasa mual itu kembali hadir.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Dec 31, 2019 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Bittersweet TreasuresOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz