BADAI

3.2K 309 36
                                    


Selalu ada cara untuk mengubahnya walau semua sudah terasa dingin seperti es, terasa hancur seolah dihantam badai.

❄❄❄

"Apa ini karena Taehyung?"

Seokjin menatap Jimin dengan serius. Permintaan anak itu cukup membuatnya terkejut terlebih setelah kejadian tak terduga yang baru saja terjadi. Jimin meminta untuk kembali ke rumahnya, meninggalkan rumah ini. Jin akan merasa sangat tidak enak jika itu dikarenakan anak itu tersinggung karena perkataan Taehyung.

Mendengar pertanyaan Jin, sontak Jimin langsung menggelengkan kepala dan menggoyangkan kedua tangannya bersamaan.

"Tidak, tidak. Bukan karena itu," Jimin meyakinkan, "Aku sudah berniat sejak kemarin, hyung."

"Tapi kau belum sehat Jim."

"Aku sudah sehat, hyung. Memang belum total tapi aku sudah bisa beraktivitas seperti biasa."

"Tinggallah beberapa hari lagi ya?"

"Aku sudah terlalu lama tidak pulang ke rumah. Aku juga harus kembali sekolah dan kerja, hyung."

"Kau belum boleh beraktivitas berat, ingat?"

Jimin meringis saat Jin mengingatkan ucapan yang sering dokter katakan padanya, "Akan kuusahakan."

Pada akhirnya Jin mengalah dan hanya bisa menghela napasnya. Jimin bukan anak yang mudah dibujuk, anak itu cukup keras. Jin tahu cepat atau lambat Jimin akan meminta keluar dari rumah ini dan kembali pada kehidupannya. Tapi melihat kondisi Jimin yang sepertinya masih terlihat lemas, Jin berharap anak itu bisa tinggal di sini lebih lama.

"Baiklah. Aku tidak bisa memaksamu tinggal. Tapi ingat, kau tetap harus kontrol dokter tepat waktu dan rajin minum obatmu. Aku akan meminta kepala Choi untuk mengantarmu setiap kontrol. Ok?"

Jimin terkekeh setelah mendengar ucapan panjang Jin, membuat pemuda yang lebih tua darinya mengerutkan dahi.

"Ada yang salah dari kata-kataku?"

Jimin menggeleng lalu mengulas senyum tulusnya, "Bukan begitu. Hanya saja kau seperti menasehati anak umur 5 tahun, hyung. Aku sudah 17 jika kau lupa."

"Eoh. Tapi kelakuanmu kadang tak beda dari anak 5 tahun."

Jimin cemberut tapi setelahnya kedua orang itu justru saling tertawa geli. Rasanya sudah lama Jimin bisa tertawa senang seperti ini.

"Gomawo Jin hyung," ujar Jimin penuh ketulusan.

"Cih, kau sudah terlalu sering bilang makasih. Cukup oke?"

"Sudah lama aku tidak tinggal dan banyak berbincang dengan orang lain. Selama hampir seminggu ini tinggal bersamamu, rasanya senang sekali. Karena itu, terimakasih."

Jin membalas ucapan Jimin dengan tepukan di bahu anak itu dan seulas senyuman. Setelahnya ia berdiri dari kursi dekat nakas, merenggangkan tubuhnya kemudian berjalan mendekati jendela besar kamar itu.

"Sudah dicek, barang-barangmu tidak ada yang hilang 'kan?" tanya Jin sambil menunjuk tas ransel yang tergeletak di sebelah Jimin yang tengah berbaring di ranjangnya.

"Tidak ada kok."

Ya, baru saja Jin menyerahkan barang-barang yang dibawa Jimin saat kecelakaan waktu itu. Dia lupa jadi baru memberikannya sekarang. Ransel dan barang-barangnya di dalamnya utuh, sama seperti sebelum kecelakaan. Yang hilang hanya pakaian dan jaket limited edition yang dulu diberikan Jin. Jimin dengar pakaian dan jaket itu sudah dirobek paksa saat Jimin mendapat pertolongan pertama. Sayang sekali.

Bittersweet TreasuresWhere stories live. Discover now