empat

123K 7.4K 72
                                    

"Perlu saya ceritakan saat ini juga?" tanya Bryant kepada Wanda, ia tidak terlihat serius ingin bercerita, namun lebih seperti ingin menggoda Wanda.

"Besok pagi saja," Wanda bergumam sesaat sebelum melanjutkan kalimatnya, "setelah Anda siap. Hari ini sudah banyak sekali hal yang terjadi."

"Oh, great. Anda benar-benar penuh pengertian," puji Bryant, "sepertinya Anda benar-benar ringan tangan. Anda sudah dua kali membantu saya hari ini."

"Iya, tentu, tangan saya terlalu ringan," jawab Wanda acuh sambil memperhatikan telapak tangan hingga lengannya yang ramping. "Bisakah saya menjemput laptop sekarang? Dan biarkan saya menghabiskan satu malam di kamar hotel seberang sana dengan perasaan yang aman dan nyaman?" lanjut Wanda.

Demi Tuhan! Ia benar-benar harus menyelesaikan naskahnya malam ini juga. Perasaannya sudah mulai tidak nyaman karena tas tangannya terus bergetar sedari tadi. Wanda yakin itu bukanlah hal yang baik seperti alarm ataupun notifikasi video YouTube dari YouTuber favoritnya.

"Tentu, silakan."

Baru saja Wanda hendak berjalan keluar dari kamar Bryant, pria itu kembali menghentikan langkahnya, "Tentunya setelah Anda berganti pakaian dan saya yang akan menemani Anda."

Wanda hampir melongo. Penolakan ingin Wanda lontarkan saat itu juga, namun Bryant kembali bicara, "Itu keputusan terbaik bagi kita berdua saat ini. Terlihat berpergian berdua tentu jauh lebih baik daripada sendirian, bukan? Dan tetap ingat, prasangka buruk bisa muncul dari mana saja."

Wanda hanya bisa mengangguk pasrah. Mungkin ini perasaan tokoh utama wanita di setiap novel yang ia baca. Bukannya bodoh dan pasrah, namun benar-benar tidak bisa membantah apa pun yang dikatakan oleh tokoh utama pria. Sekarang ia benar-benar seperti berada dalam dunia novel yang sering ia baca. Wanda harap, ia akan memiliki akhir yang sempurna.

Ternyata benar kalimat yang pernah ia baca selama ini.

You will never understand until it happens to you.

***

"Tadi adalah tempat tinggal Anda?" tanya Bryant saat mobil melaju meninggalkan lingkungan apartemen Wanda yang cenderung remang dan terlihat tidak aman.

"Iya, saya tinggal di sana," jawab Wanda singkat karena ia sedang sibuk mengecek pesan yang ternyata benar berasal dari penyunting naskah! Benar-benar mimpi buruk. Apa jawaban yang bisa ia berikan? Atau lebih baik ia hanya membacanya saja? Paling tidak Wanda bisa merasa sedikit lega sekarang karena laptop sudah berada di atas pangkuannya.

"Bersama siapa? Apakah aman? Gedungnya sendiri memang terang tapi lingkungan di sekitarnya tidak," kata Bryant. Ia sibuk mengamati lingkungan di sekitar mereka yang masih belum menunjukkan adanya keramaian lalu lintas. Lingkungan ini benar-benar sepi. Wajar mengingat daerah ini adalah daerah yang baru dibangun dan mungkin memerlukan waktu beberapa tahun lagi untuk mulai ramai dan ditempati.

"Aman, setiap tiga puluh menit dua satpam yang berjaga di sana akan berkeliling. Mereka juga bersedia menemani pejalan kaki sampai ke depan gedung apartemen," jelas Wanda. Matanya sedikit silau karena cahaya dari ponsel yang begitu terang di dalam mobil yang gelap.

"Ada satpam seperti itu?"

"Tentu ada," jawab Wanda singkat, tidak berusaha menjelaskan lebih lanjut untuk memenuhi rasa penasaran Bryant. Tiba-tiba masalah mengenai pernikahan palsu mereka melewati pikiran Wanda membuatnya segera menatap Bryant.

Bryant mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya apa yang diinginkan oleh Wanda.

"Saya tahu apa yang harus kita lakukan terhadap pesta pernikahan palsu tadi," kata Wanda, mencoba untuk sedikit terdengar tidak terlalu bersemangat.

Weddings' SmugglerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang