Selena's Effect - Satu

27.9K 2.3K 48
                                    

August 14, 2023

Selena's Effect

Satu

***

Selena menopang tubuhnya pada lengan sofa ruang kerja Bryant

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selena menopang tubuhnya pada lengan sofa ruang kerja Bryant. Saat ini, dirinya tengah berada di kantor Bryant, menunggu pria itu agar bisa pergi mengurus keperluan pernikahan mereka yang sudah tinggal hitungan hari. Sebenarnya, Selena bisa melakukan semuanya sendiri, tetapi ia tetap ingin menarik Bryant untuk ikut dengannya. Paling tidak, pria itu harus hadir.

Supaya Selena bisa merasa sedikit adil.

"Nona Selena."

Suara berat yang terdengar seiring dengan pintu ruangan Bryant yang terbuka, berhasil menarik perhatian Selena. Ia sudah mengenal suara itu, tanpa perlu melihat siapa pemiliknya. Tony, sekretaris Bryant.

Ketika ia mendapati kehadiran Tony sendirian, tanpa Bryant di depannya, Selena sudah mengerti. "Si sibuk itu, tidak bisa ikut lagi, bukan? Dan kamu diutus untuk menemaniku," tebak Selena. Sudah bukan satu atau dua kali Bryant mendahulukan pekerjaannya dibandingkan Selena dan persiapan pernikahan mereka.

Jujur saja, sedikit banyak, Selena sudah terbiasa.

Hatinya tidak sakit lagi. Dirinya tidak tersinggung lagi.

Tapi, ia masih mengeluh dan masih melakukan hal yang sama berulang kali, yaitu tetap mengajak Bryant bersamanya. Entah apa yang ia inginkan sebenarnya. Apakah ia suka menyakiti dirinya sendiri? Bukankah ini adalah penyakit?

Tony hanya diam mendengar sindiran yang dilontarkan oleh Selena.

Wanita cantik berambut merah di depannya ini, yang merupakan calon istri dari Bryant, atasannya, tengah menatapnya dengan tajam. Seolah-olah Tony yang harus bertanggung jawab atas segalanya.

"Mari kita turun ke bawah. Saya akan menemani Anda," kata Tony. Ia berjalan mendahului Selena untuk membukakan pintu, namun sekali lagi, wanita cantik berambut merah itu tidak kunjung berjalan mendahuluinya. Melainkan tengah melipat kedua tangan putihnya di depan dada.

"No need. I can do everything, by myself," ketus Selena. Ia menutup matanya sambil berdecak kecil. Kemudian menendang kecil sambil berjalan keluar melalui pintu yang sudah dibukakan lebar oleh Tony.

"Don't you dare to follow me," ancam Selena sambil memutar badannya ke belakang dan mendapati Tony hanya berjarak beberapa sentimeter dari dirinya.

Tony tidak menjawabnya, hanya diam.

Selena juga sudah lelah.

Tony terlalu keras kepada dalam diamnya. Ia tidak pernah mendengar perkataan Selena, selalu ada pada pendiriannya sendiri. Tunggu, mungkin lebih tepatnya bukan pada pendiriannya sendiri, melainkan mengikuti perintah dari atasannya.

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now