sepuluh

65.4K 5.4K 125
                                    

Wanda menerima uluran tangan Bryant dari pintu mobil yang terbuka, menyambutnya turun dari mobil. Bryant benar-benar berbuat lebih dari yang Wanda inginkan. Pria itu benar-benar berubah menjadi pria pemaksa, pemaksa akut, yang tidak menerima masukan sama sekali dari Wanda.

Dimulai dari Wanda yang mengenakan gaun halter-neck putih dan high-heels cokelat sewarna kulit tubuhnya. Wanda juga mengenakan anting rantai kecil sepanjang bahu serta rambutnya yang disisir rapi ke belakang lalu diikat tepat di tengkuk, menunjukkan bahunya yang lebar dan bertulang.

Kebetulan saat itu Bryant masuk ke kamar, memanggil Wanda untuk kesekian kalinya, memberi tahunya agar tidak menghabiskan waktu terlalu lama lagi jika masih ingin menghadiri pesta pernikahan. Pria itu langsung berdecak kemudian berjalan masuk ke dalam walk in closet tanpa berkata apa-apa. Bryant berjalan keluar sambil membawa gaun pesta yang lebih kerlap-kerlip namun tertutup—lengan panjang brukat hingga telapak tangan dan di bawah lutut. Gaun yang dipilih oleh Bryant jugalah gaun berpotongan A, membuat Wanda memicingkan matanya kesal.

"Pakai ini," kata Bryant singkat. Wanda hanya menggelengkan kepala dengan kedua tangan bersidekap di depan dada.

"Pakai," Bryant mengangkat gaun itu tepat di depan wajah Wanda, "kamu bukan wanita lajang lagi yang bisa mengenakan pakaian seterbuka itu. Gaunmu juga tidak cocok dengan setelanku. Kutunggu di mobil lima menit lagi, jangan membantah."

"Pakaian ini tidak terbuka seperti apa yang ada dalam pikiranmu," protes Wanda tidak terima. Bagaimana bisa pakaiannya dibilang terbuka? Hanya bahunya saja yang terlihat. Jangan-jangan pikiran Bryant yang memang sudah dari sananya yang mesum. "Hilangkan pikiran mesum itu dari otakmu."

"Aku tidak mesum. Aku hanya tidak ingin orang-orang memperhatikan istriku dan membayangkan yang tidak-tidak. Kecuali kamu lebih dulu membiarkanku merealisasikan pikiran tidak-tidaknya mereka, apa kamu setuju?"

"Tidak! Dasar mesum! Berani-beraninya kamu mengorbankan aku untuk jadi objek seksual. Tidak ada yang menguntungkan diriku sama sekali dari pilihanmu."

"Kalau kamu sadar, cepat pakai pakaian ini, dan hanya jadilah milikku, karena aku tidak suka berbagi."

Dengan wajah cemberut, Wanda mengenakan apa yang disuruh oleh Bryant. Selera pria itu tidak buruk memang, tapi pakaian ini membuat Wanda terlihat sedikit lebih gemuk dari biasanya, dan sebagai wanita sejati, Wanda tidak suka terlihat gemuk sedikit pun. Dan jujur saja, karakter yang paling Wanda benci dari dirinya sendiri adalah suka menghabiskan waktu untuk membantah namun pada akhirnya tetap menurut.

Wanda berjalan menuruni tangga dengan sangat amat berhati-hati, tersisa dua anak tangga lagi maka ia akan aman, namun ia malah terpeleset karena hak sepatunya yang ternyata belum turun sempurna dari tangga sebelumnya. Wanda sudah menutup matanya erat-erat, siap merasakan sakit pada pergelangan kaki atau bagian tubuhnya yang lain, namun yang ia dapatkan adalah pelukan dan omelan dari Bryant. "Dasar ceroboh."

Wanda semakin mengerucutkan bibirnya kemudian mendorong Bryant agar ia bisa kembali berdiri di atas kakinya sendiri. "Terima kasih."

Bryant hanya bergumam lalu berjalan keluar dari rumah. Wanda mengikuti langkah kaki Bryant dengan patuh sampai di dalam mobil dan tiba di hotel di mana pesta pernikahan diadakan.

Bryant mengulurkan tangan, menyambut Wanda keluar dari mobil. Wanda segera menyambut tangan pria itu sehingga mereka berjalan beriringan masuk menuju ruang pesta, meninggalkan mobil bersama dengan sopir.

"Kenapa kamu ingin sekali datang ke pesta pernikahan?" tanya Bryant dengan tangan yang melingkupi pinggang Wanda.

"Hanya ingin saja," jawab Wanda singkat, tidak ingin menjelaskan lebih lanjut.

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now