enam belas

59K 5.2K 149
                                    

"Sudah kukatakan tadi, sekarang terserah bagimu untuk percaya atau tidak," kata Wanda. Emosinya berubah-ubah seiring dengan perkataan Bryant yang menyakiti hatinya secara tidak langsung.

"Aku tidak pernah berniat menutupinya darimu secara khusus dengan maksud buruk. Ini semua hanya karena aku belum bisa menerima diriku sendiri," jelas Wanda lagi. "Bukannya kamu sama saja? Kamu juga tidak menjelaskan dengan jelas identitas dan pekerjaanmu!"

Bryant meraih tangan kiri Wanda lalu menggenggamnya erat. "Aku pemilik gedung serta pengelola utama bank swasta ini. Tower A beroperasi sebagai kantor pusat bank yang kami kelola."

"Wartawan yang menunggu di depan kantormu adalah wartawan yang ingin mengetahui informasi keluarga kami. Wartawan yang paling mencolok adalah Jeremi. Dia selalu menjadi yang terdepan di antara yang lain dan tindakannya selalu tidak menyenangkan. Dia juga yang mengikutimu di hari pernikahan kita," jelas Bryant lebih rinci mengenai Jeremi.

Wanda mendengarkannya dengan seksama hingga keningnya berkerut. Jadi, intinya adalah para wartawan itu tidak penasaran akan dirinya karena pekerjaannya sebagai penulis. Tetapi karena ia adalah istri Bryant?

"Keluarga kami selalu tertutup dan bergerak dengan hati-hati agar tidak menarik perhatian umum. Tidak ada yang berhasil meliput kami kecuali kami perbolehkan."

"Bagaimana dengan pernikahan kita?"

"Mereka hanya tahu aku tetap menikah meskipun pasanganku bukanlah Selena. Kami menutup semua gerbang informasi bagi wartawan, sehingga ketika ada sedikit saja celah, mereka langsung mengerubunimu."

Wanda menatap Bryant dengan mata bulatnya. "Sebesar itukah pengaruhmu di kota ini?"

Bryant tertawa ringan, tawa yang membuat Wanda bagaikan kembali melihat matahari. "Sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya karena akan terdengar sombong. Tapi bagaimanapun kita harus terbuka." Bryant diam sesaat, mengamati ekspresi Wanda yang penuh dengan rasa ingin tahu. "Aku adalah pria lajang terkaya ke lima di negara kita."

"Lajang?" Wanda meninju perut keras Bryant. "Kamu tidak lajang lagi!"

Kalimat protes itu kembali menimbulkan tawa Bryant. "Iya, sayang sekali. Karena aku kehilangan gelar lajang itu, sekarang aku menjadi pria terkaya ke tujuh. Aku baru sadar jika gelar lajang itu memberi pengaruh besar."

"Jika kamu sekaya itu, kenapa aku tidak pernah tahu informasimu? Kamu tidak sedang membohongiku, kan?" Wanda memicingkan kedua bola matanya.

Bryant membetulkan letak anak rambut Wanda yang keluar dari belakang telinga. "Sudah kukatakan padamu, sulit mendapat informasi mengenai kami. Tapi untuk soal kekayaan, kamu bisa mencarinya di internet, perlu kucarikan?"

Bryant sedang mengeluarkan ponsel dari saku celana ketika sesuatu tercetus dalam benaknya. Bryant mengerutkan kening sambil menatap Wanda. "Jika kamu tidak kenal aku sama sekali, kenapa kamu bisa masuk ke pesta pernikahan?"

Wanda berkedip. "Memangnya kenapa? Aku hanya masuk dengan percaya diri saja. Tunggu, bukannya kamu sudah tahu aku menyusup masuk?"

Bryant meraih Wanda ke dalam pelukan sambil tertawa keras. "Aku hanya menuduhmu secara sembarangan saja. Tidak menyangka jika itu benar." Setelah tawa Bryant mereda, ia melanjutkan perkataannya. "Pegawai hotel yang membiarkanmu masuk harus mendapat bonus besar dariku."

"Ada apa?"

"Pesta pernikahanku tidak bisa dimasuki sembarang orang, mereka harus membawa pin berbentuk Tower A yang di dalamnya terdapat kode unik sebagai tanda pengenal. Kode unik dalam pin itu akan dipindai, setelah cocok dengan daftar yang ada tamu yang bersangkutan baru bisa masuk."

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now