sebelas

64K 5.6K 149
                                    


"Kalau tidak bisa jemput, tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri," kata Wanda cepat. Sepertinya Bryant tidak benar-benar ingin menjemputnya.

"Bisa," Bryant berjalan menuju lift setelah memberitahu Tony bahwa dia bisa pulang lebih awal hari ini, "hanya tanya saja."

"Tentu kamu harus. Bisa atau tidak. Sesuai perjanjian kita, kamu akan mengabulkan semua permintaanku." Wanda mulai memancing Bryant agar menjemputnya, ia ingin tahu apakah pria itu bisa memegang omongannya sendiri.

"Permintaan apa?" goda Bryant, ia tahu dengan jelas apa maksud Wanda. Namun ia sungguh ingin menggodanya. Ia bersyukur jika saat ini dirinya dan Wanda sedang tidak berhadapan, jika iya, mereka hanya akan menampilkan ekspresi datar untuk menjaga harga diri masing-masing.

"Aku pulang sendiri saja."

"Jangan," cegah Bryant cepat. "Janji adalah janji."

"Baguslah jika kamu sadar."

***

"Bagaimana rasanya dijemput pulang?" tanya Bryant begitu saja saat Wanda masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.

Wanda tampak berpikir lama, lalu menghadap ke arah Bryant. "Ternyata biasa saja. Tidak ada yang special. Kenapa wanita lain suka sekali dijemput pasangannya? Bukannya itu boros waktu berdua? Lebih baik dia pulang sendiri dan tidak merugikan waktu orang lain."

Bryant menghela napas. "Kamu yang terlalu mandiri."

"Begitu? Sepertinya bukan aku yang terlalu mandiri, tapi mereka yang terlalu manja."

"Bukan, kamu yang terlalu mandiri. Seharusnya kamu turunkan sedikit kadar kemandirianmu, lalu tambahkan kadar manja dalam dirimu, itu baru pas," kata Bryant sambil mengemudikan mobil dengan tenang.

"Begitukah? Apa tidak menjijikkan? Apalagi saat mereka berbicara dengan bibir yang maju dan suara yang tinggi." Wanda mengerutkan keningnya lalu bergidik ngeri saat membayangkan apa yang baru saja keluar dari bibirnya mengenai pengertian wanita manja.

"Tidak ada yang memintamu untuk berbicara seperti itu," jawab Bryant acuh sambil mengemudikan mobil dengan satu tangan.

"Kalau begitu, aku harus bagaimana?" tanya Wanda masih dengan posisi yang menghadap ke arah Bryant.

"Lebih mengandalkan orang lain." Bryant menatap Wanda saat mengucapkan kalimat itu, dan mendapati wajah bosan Wanda.

"Merepotkan," keluh Wanda.

"Pria akan jatuh dalam genggamanmu kalau kamu lebih mengandalkan mereka di atas segala hal," ucap Bryant dengan pandangan tetap lurus ke depan.

"Itu yang kamu inginkan?" Senyum mulai terbit di wajah Wanda, membuat Bryant sadar bahwa dirinya sudah kembali terbuka.

Bryant berdeham kemudian menjawab dengan wajah datar, "Tidak."

"Nah, kenapa tidak?" Wanda memukul lengan Bryant. Membuat Bryant mulai tertawa terbahak-bahak, tidak bisa menahannya lagi. Bagaimanapun juga, ketika bersama Wanda, ia tidak bisa menjadi cuek dan pendiam seperti di kantor.

"Tidak saja, tidak perlu penjelasan apa pun," kata Bryant sambil tertawa.

Wanda ikut tertawa, "Kamu hanya tidak ingin menyenangkanku. Dasar brengsek."

***

Michail memukul meja kafe di tengah-tengah keramaian, menarik perhatian beberapa orang asing menuju mereka berdua.

Weddings' SmugglerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang