empat belas

61.2K 5.2K 128
                                    

"Bukankah aku sudah menjadi istrimu?" tanya Wanda kembali. Ia malu untuk menjawab Bryant sehingga ia memilih untuk membalas dengan pertanyaan.

"Kamu memang sudah menjadi istriku, tapi aku ingin mendengarnya dari bibirmu sendiri," kata Bryant sambil mengusap bibir merah Wanda.

Pandangan mata yang terlihat tulus, membuat Wanda tenggelam ke dalamnya. Dalam bola mata Bryant, Wanda dapat melihat dirinya sendiri dengan jelas. "I'm yours."

Detik itu juga Bryant merengkuh Wanda ke dalam pelukannya. Ia mengecup perpotongan leher Wanda, kemudian menghirup segala udara yang ada. "Aku resmi beristri sekarang," kata Bryant. Kata sederhana namun tetap membuat Wanda bersemu.

"Aku juga resmi bersuami sekarang." Wanda melepas pelukan Bryant, "Apa kamu memintaku ulang menjadi istrimu karena telah meniduriku?"

Bryant mencubit ujung hidung Wanda gemas, "Apa tidak terlambat menanyakan hal itu sekarang?"

"Jadi, benar?" Wanda mendorong dada Bryant agar menjauh. Ia terlihat kecewa bercampur kesal.

Bryant tertawa keras hingga dadanya bergerak naik-turun. "Bukan karena telah menidurimu hingga aku harus memintamu ulang menjadi istriku. Tapi, karena aku tidak sanggup membayangkan diriku kehilanganmu hanya karena keraguan dan ketidak pastian yang bisa tercipta karena hal tadi."

Wanda terdiam.

"Ternyata benar adanya kata Mom dan Dad tentang diskusi setelah melakukan hubungan suami-istri. Kita lebih terbuka satu sama lain," kata Bryant takjub. "Terima kasih," tambah Bryant di dekat telinga Wanda, "karena sudah bersedia menjadi istriku."

"Apa kamu bisa mengulanginya lagi?" tanya Wanda di tengah-tengah kebisuan mereka setelah bisikan mesra Bryant pada telinganya.

"Mengulangi apa?"

"Seperti yang tadi kamu lakukan," jawab Wanda malu-malu. Bola matanya tidak terfokus pada Bryant melainkan langit-langit kamar.

"Pengakuan cinta?"

"Bukan," Wanda terdiam cukup lama sebelum melanjutkan kalimatnya dengan suara yang lebih kecil lagi, hampir saja tidak terdengar oleh Bryant, "tapi yang sebelumnya."

"Kamu ingin lagi?"

"Paling tidak, harapan Mom mungkin akan segera terkabul," kata Wanda malu-malu lalu memunggungi Bryant.

"Kamu ingin? Sungguh?"

"Tentu tidak," jawab Wanda sambil memunggungi Bryant. Ia berubah pikiran. Ia malu. Bagaimana dirinya yang seorang wanita malah meminta hal itu setelah melakukannya satu kali?

***

"Kenapa sepagi ini sudah rapi?" tanya Bryant selagi menuruni tangga. Ia mendapati Wanda yang biasanya masih dengan baju tidur, telah rapi dengan setelan formal sama sepertinya yang hendak berangkat kerja.

Wanda mengelap tangannya pada celemek yang tergantung di leher, bertugas sebagai prajurit perang untuk melindungi pakaian Wanda dari serangan minyak goreng. "Aku harus keluar sampai sore nanti, ada yang harus kukerjakan."

"Pekerjaan zaman now-mu?" tanya Bryant. Sedetik kemudian ia telah mencuri kecupan dari bibir Wanda yang sudah menjadi ritual wajib mereka setiap pagi.

"Iya, pekerjaan zaman now-ku," jawab Wanda sambil kembali membalikkan badannya menghadap kompor untuk membalik telur. Telur yang sedang digorengnya sekarang tidak boleh matang karena Bryant suka dengan telur setengah matang. Suaminya ini memang tidak menuntut agar telurnya setengah matang sempurna, tapi tetap saja gengsi Wanda lebih tinggi. Telur pertama boleh gagal dan menjadi santap paginya, tapi telur kedua ini tidak boleh.

Weddings' SmugglerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang