Eps. 5

1.3K 72 1
                                    

Boruto tengah berkumpul dengan timnya. Tanpa Sarada suasana menjadi hening. Tidak ada canda tawa atau pertengkaran kecil. Dulu, tim ini selalu ramai dengan ejekan Sarada pada Boruto, terkadang Konohamaru dan Mitsuki ikut menimpali juga. Mereka tertawa, menyusun berbagai strategi dan berlatih dengan kompak. Tapi sekarang. Semuanya sepi. Tidak ada Sarada. mereka merenung. Duduk kelelahan sehabis berlatih. Mereka semua merasa janggal tanpa rekan wanitanya, Sarada Uchiha.

"Konohamaru sensei apa kita ada misi?" Mitsuki membuka pembicaraan. Sudah lama mereka tidak melakukan misi bersama. Selama 3 tahun mereka melakukan misi tanpa Mitsuki, sekarang mereka melakukan misi tanpa Sarada. itu membuat Boruto dan konohamaru sedih,

"Seharusnya iya. Tapi hokage sedang rapat. Misi kita tertunda sampai besok." Pagi tadi konohamaru datang ke kantor Hokage. Ada tsuchikage disana. Dia terlihat cemas. Shikamaru yang melihat Konohamaru segera mendatanginya. Dia bialng ada rapat dadakan, misi akan diberikan besok pagi. Sebenarnya Konohamaru ingin bertanya lebih lanjut, tapi masalah ini terlihat serius. Dia mengurungkan niatnya dan kembali. Bersiap untuk berlatih dengan ke-2 muridnya.

"Ayolah! Kita tidak bisa murung terus dattebassa! Sarada tengah berjuang untuk pulang sebaiknya kita juga." Boruto berdiri mengepalkan tangannya. Dia kembali bersemangat setelah berbicara pada Naruto. Dia akan berjuang untuk sarada sebagaimana dia berjuang untuk dirinya, untuk mereka.

"Kenapa kau bersemangat sekali, Boruto? Kau tidak ingin mencarinya, seperti ingin mencari Mitsuki dulu, kore?" Konohamaru berbicara lalu memandang maaf pada Mitsuki. Mitsuki menggeleng tidak apa-apa. Memaklumi pertanyaan Konohamaru.

"Aku sangat ingin ttebassa! Tapi Tou-chan tidak mengijinkan. Aku tidak bisa kabur seperti dulu lagi. Penjagaan semakin ketat semenjak aku kabur. Lagi pula-" Ucapan Boruto terpotong. Dia menunduk mengumpulkan keyakianan dan keberaniannya.

"Dia Sarada Uchiha Dattebassa." Mata Mitsuki melebar. Begitu pula konohamaru. Cengiran Boruto menggambarkan kepercayaannya pada Sarada. Mitsuki tersenyum, bangaimana pun Boruto adalah mataharinya. Dia tidak pernah bisa memadamkan cahaya yang dipancarkan. Konohamaru berdiri memandang puas ke dua muridnya,

"Yosha ayo kita berlatih, Kore! Mari tunjukkan perkembangan kita pada Sarada setelah dia kembali nanti!" dia ikut bersemangat. Mereka mengangkat tangat tinggi meneriakkan semangat mereka,

"Yosha!"

Sarada POV.

Perlahan aku mulai membuka mata. Terasa berat sekali. Tubuhku terbaring lemah diatas kasur yang kutau ukuran queen size. Tunggu dimana ini? terakhir yang kuingat monster akuta menyerangku. Apa aku sudah mati? Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Yang kutau aku ada di kamar yang luas dan terlihat kuno. Di atasku ada sebuah selendang yang berfungsi menutupi seluruh kasur. Mirip kasur kerajaan negri dongeng yang dulu sering ku baca.

Kucoba bangkit dari tidur dan segera merasakan sakit luar biasa dirusukku, "Akkh.." aku merintih pelan. Ternyata aku belum mati. Ku raba dadaku mencari luka yang seharusnya ada di sana. Yang kutemukan justru perban tebal yang kutau baru saja diganti. Apa?

"Kau sebaiknya tidak banyak bergerak." Pintu kamar terbuka diikuti seorang pria yang masuk. Dia berjalan mendekatiku dan duduk di kursi dekat kasur. Ada dua anak kecil yang mengikutinya. Mereka terlihat dingin, tatapannya kosong. Semakin lama aku mengamati mereka semakin aneh wujud mereka. Ada yang janggal. Pria itu menyadari tatapanku lalu tersenyum,

"Kau menyukainya? Dia adalah peninggalan keluargaku. Boneka yang melayani penghuni kastil ini." pria itu menjelaskan. Matanya tertutup, kulitnya putih begitu juga dengan rambutnya. Sesaat aku jadi teringat Mitsuki. benar juga. Apa yang terjadi? Seharusnya aku kembali ke Konoha bukannya berada di sini. Aku bergerak, merasa aneh dengan pria itu. Diam-diam aku mencari tas kecilku yang berisi senjata. Tapi tidak ada. Aku dilucuti!.

"Tenanglah aku tidak akan melukaimu," dia berkata.

"Siapa kau?" bertanya hati-hati. Aku tidak bisa berhenti was-was. Ini aneh. Aku tidak bisa merasakan cakranya. Dan boneka itu? Ini sebenarnya dimana? Aku tidak pernah ingat Iwagakure punya boneka seperti itu. Apa dia ciptaan Toshi yang lain? sebenarnya dimana aku?

"Namaku Toneri. Toneri otsutsuki. Kau pasti mengenalku dari Hinata Hyuuga" Ucapnya tersenyum.

Jantungku terasa berhenti berdegup. Toneri? Tonerinya Hinata obaa-san. Tunggu kalau dia Toneri maka-

Segera aku bangkit dari tempat tidur mengabaikan rasa sakit yang menyerang. Aku berlari terpincang-pincang ke jendela. Ini?! Kastil terbang, pulau yang melayang, dan sesuatu yang mirip bulan hancur itu, Mirip seperti yang dikatakan hinata obaa-san. Toneri berdiri dari duduknya dan menghadapku. Merasa maklum dengan tingkahku,

"Benar. Selamat datang, Sarada. kau ada di kastilku, di bulan"

No one Pov.

Hari menjelang petang, Boruto dan timnya kembali ke tempat-masing. Begitu pula dengan Boruto, dia berjalan santai menuju rumah. Memikirkan tentang Sarada. Ada dimana dia sekarang, sedang apa, betapa dia merindukan suaranya. Dia berhenti di depan toko burger. Dulu dia sering bercengkrama dengan Sarada di sini. Lalu dia kembali berjalan dan manaiki atap kereta. Dari sana dia bisa melihat patung hokage. Matanya terhenti di patung ayahnya nanadaime Naruto Uzumaki. Dulu dia sering bertengkar dengannya di sana.

Dia masih ingat saat Sarada mencoba menghentikannya mencorat-coret patung hokage. mereka sempat bertarung sedikit dan berakhir dengan jatuhnya Boruto dari bukit karena tali yang seharusnya menopang tubuhnya dipotong Sarada. Dia kesal karena Boruto menggunakan jutsu itu. Akhirnya Boruto mendapat benjolan besar di dahi. Dia masih ingat Sarada mengejeknya dengan tajam karena benjolan itu. Entah kenapa, semakin lama dia jadi tidak mau mengingatnya, tapi..

"Aku merindukanmu, Sarada." angin menghempaskan rambutnya. Seakan menyampaikan kerinduannya pada Sarada. Jika saja bisa.

Boruto menggapai tiang dekat kereta. Ini adalah pemberhentiannya. Dia bergelantungan lalu turun ketanah dengan mulus. Dari kejauhan, dia melihat Hinata dan Himawari berjalan pulang. Segera Boruto menyusul mereka,

"Kaa-san! Himawari!" panggil Boruto.

"Hare? Boruto? Kau sudah pulang?" Hinata menatap anak lelakinya. Boruto mengangguk. Kemudian mereka berjalan bersama diselingi canda tawa. Setelah sampai. Boruto bergegas mandi, lalu berganti baju. Dia merebahkan dirinya di atas kasur. Melepas segala kepenatan. Sudah 2 minggu lebih setelah kejadian itu. Bahkan mereka sudah diijinkan melakukan misi. Tapi masih belum ada tanda-tanda Sarada.

Bagaimana jika dia pergi menyusulnya? Tapi sama saja dia tidak memercayainya. Bagaimana jika dia sedang menuju kemari dan pingsan dijalan karena lukanya? tidak, Sarada tidak bodoh. Dia tidak senekat itu. Bagaimana jika dia- Akkh! Sudahlah Boruto. Percayalah padanya ttebassa!

Boruto mengerang. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Sarada. Bagaimana dia mengomelinya, memukulnya, marah pada setiap tindakan bodohnya, dia benar-benar rindu, Senyumnya yang manis dan wajah cemberutnya yang imut, selalu berhasil membuat jantung boruto berdebar-debar. Entah kenapa...

Sarada selalu ada untuknya. Dia datang saat Boruto sedih. Dia selalu tau saat Boruto ingin melakukan sesuatu. Dia yang menghentikan dirinya saat melakukan hal bodoh. Dia juga yang menyelamatkannya setiap saat.

Boruto bangun, berjalan menuju jendela kamarnya, lalu membukanya lebar-lebar. Membiarkan angin senja masuk kedalam menerpa rambut kuningnya. Tiba-tiba dia teringat perkataan sarada, 'Janjiku ada padamu Boruto, percayalah padaku.' Boruto tersenyum. jika saja dia tidak berbicara pada ayahnya mungkin sampai sekarang dia tidak akan paham dengan perkataan Sarada.

"Kau ingin aku percaya padamu karena kau percaya padaku. Baiklah! Aku pegang janjimu dan peganglah janjiku, Sarada. Sebaiknya kau tidak mengecewakanku ttebassa. Karena aku tidak akan mengecewakanmu." Dia berbicara dengan dirinya sendiri. matanya memancarkan tekad yang kuat. Dia akan berkembang dan terus menjadi kuat untuk Sarada sehingga ia bisa melindunginya. Janji yang selalu dia banggakan, bukan hanya omong kosong. Boruto akan melindungi Sarada. Selalu dan Selamanya.

"Tunggu aku, dattebassa akan ku tunjukan betapa kuatnya aku setelah kau kembali. Akan aku buktikan bahwa aku bisa melindungi monster gila sepertimu!" dia bicara keluar jendela menatap langit. Seakan menyampaikan pesan melalui angin untuk Sarada. Entah sampai atau tidak tapi perasaannya akan selalu terhubung dengan sarada. Dia yakin itu.

Janji ShinobiWhere stories live. Discover now