8.2

1K 43 2
                                    

"Bagus, Sarada." Sauke memuji putrinya ditengah pertarungan. Setelah sarapan dan berbincang sedikit mereka memutuskan untuk bergulat. Yah, lebih tepatnya Sasuke ingin mengetahui seberapa besar kemampuan putrinya. Dia baru menginjak 14 tahun dan sudah bisa sehebat ini? Luar biasa.

"Ini belum seberapa, Papa. Kau tidak tau apa yang kuhadapi sampai menjadi seperti ini." Sarada tersenyum. Sudah lama ia tidak mendengar pujian ayahnya. Ini adalah kesempatan emas. Sarada akan menunjukkan seberapa hebat dirinya hingga pantas dipanggil seorang Uchiha. Namun, Bukannya tersenyum Sasuke menunjukkan wajah muram. Dia tau apa yang dilalui Sarada. Latihan itu pasti sangat berat. Bekas luka disekujur tubuh putrinya tak bisa dianggap remeh. Tak masalah selama putrinya senang. Tak masalah selama Sarada 'oke' dengan itu. Tapi Sasuke malu, sedih, marah, dan kecewa tidak ada disamping Sarada dikala susah mau pun duka.

Menyadari keheningan Sasuke, Sarada cepat bertindak, "Tak apa, Papa. Aku senang kau ada disini. Itu sudah lebih dari cukup." Ujarnya tenang. Berharap dapat mengembalikan mood Sasuke yang hancur. Sasuke tersenyum ringan. Ternyata putrinya sudah tumbuh menjadi wanita yang bijak, "Terimakasih."

Sarada melempar suriken yang ditangkis Sasuke dengan mudah. Namun, suriken itu justru menempel dipedang Sasuke. Kemudian listrik menyambar secara tiba-tiba. Sontak Sasuke membuang pedangnya sebelum-

BOOMM! -meledak. Asap tebal mengepul diudara.

'Apa ledakan bisa menimbulkan asap sebesar ini?' batin Sasuke heran. Dia belum pernah melihat taktik seperti ini. Sasuke meloncat ke udara agar pandangannya lebih leluasa. Tanpa dikira Sarada datang menyerang. Memukulnya dengan keras. Dengan tenang sasuke berpindah tempat. Kemudian menggunakan taijutsu untuk melumpuhkan lawan.

Sarada mengerahkan pukulan. Sasuke menghindar. Kemudian serangan kaki kearah pinggang. Sang papa menghindar lagi. Serangan Sarada begitu cepat sampai tak terlihat. Tapi apa kata Uchiha. Tanpa melihatpun mereka dapat menghindarinya dengan mudah. Mendapat celah, Sasuke membentuk segel api, "Katon suiton no jutsu!"

Api besar menyembur menghantam tubuh Sarada yang kaku ditempat. Sasuke mendarat ditanah dengan mulus. Berjalan mendekat dengan tenang sekaligus was-was. Walau lama tak bertemu, dia tau putrinya tidak selemah itu. Taktik remeh tadi tidak cukup untuk mengalahkan Sarada.

Benar saja, tanah bergetar hebat, membuat lubang tepat dibawah Sasuke. Dia melompat mundur. Ketika diudara Sarada menyambut dengan pukulan. Walau sudah ditangkis, Sasuke terhempas mundur. Menimbulkan bekas gesek ditanah. Meski begitu dia masih berdiri.

'Seberapa hebat kekuatan papaku ini?' Batin Sarada. Dia tau Sasuke adalah ninja legenda yang sangat ia kagumi, tapi ia tidak pernah tau papanya sehebat ini. Kalau pasukan Toneri, pasti sudah tersungkur dari tadi.

Dentingan suriken bergema didalam hutan. Memercikkan api kecil. Tak jarang sarada membuat lubang di tanah. Sungguh Sasuke tidak bisa berhenti terkesima. Putrinya sudah menjadi kuat. Bahkan melebihi ekspetasi. Pertarungan terus berlanjut sampai matahari diatas kepala. Mereka berhenti untuk beristirahat. Berjalan menelusuri sungai seraya memancing untuk makan siang. Disela waktu mereka berbincang sedikit. Uchiha tak banyak bicara kau tau. Tapi keheningan yang ada terasa menyenangkan.

Sasuke melirik putrinya sesekali. Mencari waktu yang tepat untuk bertanya. Selama ini Sasuke diam. Tapi dia tahu ada yang tidak beres dari putrinya, "Ada apa?"

Sarada tersentak. Tersadar dari lamunan panjang. Memalukan, dipergoki oleh ayahnya sendiri, "Ti-tidak ada." jawabnya gugup. Sasuke menatapnya tajam. Setiap orang punya rahasia mereka sendiri. Dia tahu itu. Tapi fakta putrinya menyembunyikan sesuatu sedikit membuatnya tidak nyaman.

"Katakan saja."

Sarada terdiam, "Papa sebanarnya aku-"

"Apa yang kau lakukan."

Dheg!

Keduanya menghadap langit. Suara itu..

Mata terbuka lebar, jantung seakan berhenti berdetak. Kaget, takut, kebencian dan kemarahan.

"Kau!" Kaguya menunjuk Sarada dengan telunjuknya. Rantai aneh keluar dari tubuhnya, melilit tubuh Sarada dengan cepat.

"Arrgg!!!"

"Sarada!" Sasuke berlari berusaha menyelamatkan Sarada tapi-

"Jangan coba-coba, Uchiha! Dia milikku." Kaguya menghempas Sasuke dengan bom cakra. Sasuke mundur terhempas. Tubuhnya terbakar sedikit. Tapi dia masih bertahan. Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada melihat putrinya terluka.

"Papa!" Rintih Sarada. Tubuhnya tersayat, bahkan mengeluarkan darah. Dia mencoba bergerak tapi rantai itu melilit dengan erat. Sarada dan Sasuke tau rantai itu bukan rantai biasa. Diselimuti cakra membuat partikelnya bersinar oranye. Kemudian dengan cara yang tidak menyenangkan menghisap cakra sang pemilik tubuh. Sekali lagi Sarada mendesis kesakitan. Kaguya benar-benar marah.

"Sa-Sarada..." belum Sempat Sasuke meraih Sarada. Kaguya menarik Sarada ke atas. Leher yang terpampang dicengkram dengan kuat. Mencekik hingga dasar.

"Kau akan membayar ini, pengkhianat. Akan kupastikan itu." Urat lehernya keluar. Sasuke menyambar senjatanya. Bersiap menyerang walau dia tau mungkin tidak akan selamat. 'Maaf Sakura.'

"Jangan, Papa!" Susah payah Sarada mengambil napas untuk berbicara, "Pe-pergilah."

"Apa?"

"Memang itu yang harus kau lakukan, Uchiha." Kaguya mengacungkan jarinya ke Sasuke. Cahaya biru muncul dari sela sela jari. Kemudian menerjangnya dengan ganas. Sasuke menghindar. Melompat kesana kemari mencari jalan yang aman. Setiap jutsu yang dilewatinya meledak dan menghanguskan sekitar.

"H-hentikan! Jangan sakiti dia." Mata tajam nan dingin menatap mata onix hitam. Sarada gadis yang kuat, jarang sekali berekspresi. Tapi, kali ini matanya berkaca-kaca, "Akan kulakukan apapun. Tapi lepaskan Papaku."

....

"Kali terakhir." Kemudian dia menarik tangannya. Membuat segel kemudian menjulurkan tangan ke Sasuke yang siap menghunus pedang. Sasuke tidak bisa mengelak. Besamaan dengan terangnya cahaya, Sasuke panik. Kali terakhir yang ia lihat adalah Sarada. Air matanya menetes seraya tersenyum sedih,

"Sayonara, Papa."

.

.

.

.

.

Hallo!!

Maaf jarang update karena kesibukan yang tiada tara. Jadi saya harus off dalam waktu yang So long! tapi saya usahakan untuk melanjutkan cerita.

Thank you for reading my story. Even i know it's not really good. I will try my best.

Janji ShinobiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang