Eps. 10

1.2K 59 4
                                    

Sasuke POV

Pedang ini menyimpan cakra yang kurasakan kemarin. Cakra kaguya. Mungkin ini ada hubungannya dengan kasus yang Naruto kirimkan kepadaku. Sarada, apa ini ada hubungannya denganmu? Kau sebenarnya dimana?

Aku berlari secepat mungkin. Tak sabar bertemu sakura dan dobe itu. Dari tempat aku bertemu Boruto setidaknya butuh 1 hari untuk sampai. Tapi aku ingin kurang dari itu. Sudah 2 hari aku berlari tanpa henti, kenapa aku seantusias itu? Tentu saja karena Bedebah itu. Dia memberikan laporan mengenai Sarada yang mana mungkin aku percayai. Sarada hilang, aku percaya karena cakranya terputus beberapa minggu yang lalu. Aku pikir karena dia terluka atau apa, tenyata lebih dari itu. Namun, tentang cakra Kaguya... aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri.

Aku berhenti di depan gerbang, melihat sakura yang menunggu dengan jaket merahnya. Ini sudah malam dan dia menungguku. Entah bagaimana dia bisa tau aku akan sampai atau dia menunggu seharian? Mungkin keduanya. Aku memeluk Sakura dan dia balas memelukku. Matanya sembab, dia habis menangis. Aku tau betapa dia mengkhawatirkan Sarada. begitu pula aku.

"Sasuke... maafkan aku-" aku mendekapnya lebih erat. Mencium keningnya. Betapa aku merindukannya, suaranya, aromanya, tawanya. Bukan pertemuan seperti ini yang kuinginkan. Seharusnya Sakura tersenyum dengan air mata kebahagiaan, bukan tangisan penyesalan. Rasanya hampa tanpa Sarada disini. Biasanya dia akan memanggilku 'Papa' dengan senyuman mirip sakura. Mendekapku dengan kekuatan monsternya. Seharusnya ini menjadi momen keluarga mengharukan.

"Kau tidak perlu minta maaf, Sakura. Kita harus ke Naruto." Ujarku. Wajahnya sempat memerah, lalu menunduk lesu. Sakura menjelaskan kejadian di Iwagakure selama perjalanan. aku hanya menjawab sekedarnya dan bertanya sesekali.

Naruto terlihat muram saat kami sampai. Dia duduk diantara tumpukan kertas dan dokumen. Setelah melihatku dan Sakura dia berdiri dan menyerahkanku laporan dari kurotsuchi. Kami membacanya selama dia mengoceh tentang analisisnya.

"Apa ada tanda-tanda dari Sarada?" ujarku. Yang kulihat hanya darah dan laporan tentang kaguya. Tapi tak ada kabar lebih lanjut tentang Sarada.

"Belum. Kami sudah mencarinya ke segala penjuru. Tapi tak ada kemajuan." Naruto berkata serius. Sakura menegang lalu, ekspresinya kembali tenang. Dia menahan tangis sedari tadi.

"nee, apa kalian merasakan cakra aneh 2 hari yang lalu?" Shikamaru keluar dari bangkunya. Kurasa dia habis tertidur. Kami semua mengangguk. Semuanya tau jika itu adalah cakra kaguya.

"Ku pikir cakra itu ada hubungannya dengan Sarada." dia melanjutkan dengan malas. Aku mengangguk. Jika Sarada hilang dengan cakra kaguya maka sensasi cakra 2 hari yang lalu kemungkinan menjadi tanda keberadaan Sarada sekarang. Tapi cakra itu hanya muncul sebentar lalu terputus. Menghilang tanpa jejak sebelum aku mencari sumbernya. Orang ini lihai bersembunyi.

"Kami sudah menganalisisnya. Tapi letaknya masih belum diketahui. Jika dugaanku benar, Sarada dibawa oleh klan Otsutsuki."

"kami tau itu Naruto. Kaguya-" Sakura maju selangkah. Suaranya bergetar. Dia benar-benar berusaha.

"Kaguya sudah tersegel. Segel itu tak mungkin terbuka begitu saja. Kaguya berasal dari klan Otsutsuki, cakranya hanya bisa dikendalikan oleh sesama Otsutsuki. Jadi, kemungkinan besar yang menculik Sarada adalah anggota klan itu, bukan Kaguya." Naruto menopang dagunya dengan tangan. Dia terlihat lelah dan tua dengan kantung mata yang besar. Walau aku tidak ingin mengakuinya aku berterimakasih dia turut membantu mencari Sarada.

Suasana menjadi hening. Tidak ada yang bisa berkomentar atau sekadar hipotesis belaka. Ini terlalu membingungkan. Bahkan untuk Shikamaru,

"Sebelum kemari, aku pergi ke tempat sarada menghilang. Dengan rinenggan aku pergi mengikuti jejak itu. Sarada dipindahkan ke 3 dimensi berbeda. Lalu, pintu yang terakhir tak bisa ku lewati. Pintu itu tertutup kemudian menghilang. Aku kehilangan jejak." Aku menggapai tangan Sakura. Merasakan suhu tubuhnya yang merambat dikulitku.

Janji ShinobiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon