9.2

1.2K 41 6
                                    

Cahaya terang muncul ditengah hutan. Menampik kegelapan yang menyelimuti bumi kala itu. Seterang cahaya bulan namun lebih kecil dan redup. Cahaya itu makin mengecil, mengecil, kemudian mati. Meninggalkan jejak yang tidak biasa. Lelaki dengan jubah hitam tergeletak tak sadarkan diri. Tubuhnya lemas seperti habis melakukan pekerjaan berat, tangannya berlumuran darah, dan terdapat luka bakar di sekujur tubuhnya. Siapapun tau siapa dia. Dia adalah ninja legenda dari Konoha. Sasuke Uchiha

Sasuke POV

Kehangatan dari matahari menampar wajahku lembut. membakar setiap luka yang ada ditubuhku. Perlahan kubuka mataku. Menyipit kemudian melebar. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah sadar, aku mencoba bergerak yang mana dihentikan oleh seseorang.

"Kau sudah sadar? Jangan bergerak dulu. Lukamu belum sembuh total."

Siapa?

"Jarang sekali kau terluka begini. Apa yang sebenarnya kau hadapi, hm?"

Suara ini...

"Kau harus menjelaskan semuanya padaku, dattebayo."

"Na... ruto..?" Suara ini, logat itu, tidak salah lagi dia..

"Ya, ini aku. Apa ada yang sakit?" ujarnya seraya membolak balikkan perapian. Ternyata benar. Dengan paksa kuangkat tubuhku untuk duduk. Naruto membantuku kemudian menyandarkanku dipohon. Dia menyodorkan segelas air hangat yang mana kuminum perlahan. Itu menjelaskan kenapa tubuhku penuh perban dan pakaianku yang hilang. Dia dalangnya.

"Pakaianmu terbakar jadi kubuang. Sementara pakai bajuku dulu." Ujarnya. Dia kembali keperapian kemudian mengambil satu tangkai dengan ikan matang diatasnya, "Ini makanlah, dattebayo."

Aku menerimanya dengan gemetar. Lukaku belum sepenuhnya pulih dan sepertinya lebih parah dari yang kuduga. Perlahan kumakan dengan lahap. Belum habis aku bertanya kepadanya, "Sedang apa kau disini?"

"Apa itu yang kau katakan pertama kali pada penyelamat hidupmu?"

"Hn."

"Jika aku tidak menutup lukamu, kau sudah mati kehabisan darah, Dattebayo!"

"Jawab saja pertanyaanku."

"Teme!"

"Usuratonkachi!" kami berdepat sampai beberapa menit mendatang. Jujur saja ini sedikit meringankan bebanku.

"Aku perjalanan pulang dari misi. Seperti biasa." Ujarnya dengan wajah cemberut. Sungguh dia tidak sadar umur.

"Misi?"

"Rapat antar hokage. Karena cakra yang Kurama rasakan kemarin lebih besar kali ini. Kami harus waspada, dattebayo."

Aku mengangguk. Sebagai seorang hokage sudah seharusnya melindungi desa dengan segenap jiwa. Kasus ini tidak bisa diremehkan. Hilangnya Sarada, cakra aneh, munculnya Momosiki, belum lagi kabar serangan beruntun yang etah dari mana asalnya. Baru kali ini kau merasa gagal dalam misi. Apalagi dalam misi penyelamatan Sarada. Tunggu... sarada? misi? Misi apa?

"Ukkkhh..." Kepalau tiba-tiba saja pening. Seperti ada yang menghalangi jalan pikiranku. Misi apa yang kulakukan? Kenapa aku ada disini?

"Sasuke?!" naruto menopangku sebelum benar-benar jatuh ketanah. Raut wajahnya khawatir. Dengan sigap dia menggendongku lalu berlari ke konoha, "Kita harus cepat membawamu ke rumah sakit."

Sakura POV

Sudah 2 minggu tak ada kabar tentang Sasuke. Aku belum bisa merasakan cakranya. Sebenarnya apa yang terjadi? Dimana dia? Bagaimana kabarnya? Pertanyaan simple yang terus membuatku murung. Beberapa junior bahkan tsunade-sama sempat menegurku karena kegalauan ini. Pekerjaanku tidak selesai, wajahku kusut, kehilangan focus, bahkan jatuh sakit. Entah apa yang merasukiku. Aku tidak menyukainya. Tapi aku tidak bisa menghindarinya. 'Aku benci ini.'

"Sakura!" pintu klinik dibuka dengan paksa. Suaranya mengagetkan banyak orang. Tanpa melihatpun aku tau siapa itu. Siapa lagi jika bukan hokage bodoh bak bocah 5 tahun naruto Uzumaki-sama. Ah, apa aku harus bilang 'baka'?

"Sudah berkali-kali kuingatkan. Harap tenang di-"

"Tidak ada waktu, dattebayo! Sasuke-" Aku mendongak. Melihat wajahnya penuh keringat. Dibelakangnya, seorang pria berabut hitam, bernapas dengan tidak wajar. Wajahnya pucat dan badannya berkeringat dingin. Dia... alasan karena Aku begini. Dia yang selalu membuatku khawatir.

"Anata!" kaki berlari cepat menghampiri suamiku, "Bawa dia keruang oprasi!!" ujarku cepat. Lukanya sangat parah. Dia kehilangan banyak darah. Walau sudah diperban lukanya masih terbuka dan harus cepat dioprasi. Beruntung ninja medis bergerak cepat. Segera Naruto meletakkannya dalam tandu. Kemudian masuk ke ruang oprasi. Selama Sasuke diberi pertolongan pertama, aku menuju ke ruang ganti. Bersiap dengan alat-alat yang ada. Jantungku tak berhenti berdebar. Rasa senang, takut, sedih, marah, bercampur jadi satu.

"Tenangkan dirimu Sakura. Dia membutuhkanmu." Ujarku menenangkan diri, "semua akan baik-baik saja." diluar ruang oprasi Naruto duduk dikursi yang telah disediakan. Dibalik wajah tenangnya, aku tau dia khawatir.

"Sakura.."

"Kita urus setelah oprasi."

"Baiklah. Aku serahkan padamu, dattebayo!"

"Serahkan padaku." Ujarku tenang.

Sebelum benar-benar menutup pintu, kukatakan sekali lagi pada Naruto, "Naruto." Dia menoleh. "Terimakasih." Ujarku tulus. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi... jika dia tidak disana mungkin Sasuke sudah mati. Karena itu aku berterimakasih. Naruto ternyum lalu mengangguk spontan. Dibalik masker yang menutupi wajahku. Kami tahu sama-sama tersenyum. Pintu ruang oprasi ditutup. Tanda oprasi sudah menyala. Kali ini biar aku yang berjuang, Sasuke, Sarada.


Janji ShinobiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang