Fallen Pt.1

299 34 15
                                    

Ari

Semua orang bersiap di tempat mereka masing-masing, wajah setiap orang yang dapat kulihat menunjukan tekad, ketakutan, dan kegeraman bercampur menjadi satu. Orang-orang tampak begitu termotivasi untuk melawan, meski sadar kematian ada di depan mata mereka.

Waktunya telah tiba, kepulan api dan asap tebal menjulang tinggi, menerangi langit dari tiga titik yang berbeda. Massa mengumpulkan kayu, dan apapun yang mudah dibakar lalu membakarnya di atas mobil. Alarm mobil menyala terus menerus hingga api ikut membakar seluruh mobil, menghasilkan api yang besar. Hal yang sama dilakukan di tiga lokasi berbeda, langit malam Jatiluhur menyalak. Kelompok pemberontak telah membuat skenario, ratusan massa dikoordinasikan untuk berkumpul di depan benteng polisi, membuat keramaian, lalu ketika api dikobarkan, mereka akan berpura-pura api itu menyita perhatian massa dan selanjutnya bubar untuk menghampiri tiga titik api besar itu.

Rencana mereka rupanya berhasil, kelompok yang memantau aktivitas gerbang benteng melihat pintu gerbang dibuka dan puluhan polisi keluar untuk berjaga di depan sebuah deretan kendaraan. Polisi mengeluarkan unit penanggulangan huru-hara beserta enam mobil dan enam truk dalam merespon keadaan. Kedua belas mobil polisi dibagi menuju titik kericuhan buatan, 4 diantaranya saat ini tengah mendekati titik pengepungan yang dekat dari posisi mobil kami terparkir.

(deru mesin mobil)
Cahaya lampu sorot mobil dari arah barat, tepatnya dari benteng polisi, membutakan mataku sekejap.

Dua mobil taktis beserta 2 truk berisi puluhan polisi bertameng menghampiri. Puluhan hingga ratusan orang berkerumun, membuat lingkaran besar mengelilingi tumpukan barang yang menghidupkan api besar ini. Beberapa orang terlihat bergerak perlahan di antara kerumunan, seraya mobil-mobil polisi kian mendekat.

Dar! Dar! Da-da-da-da-dar!
Letusan suara tembakan mengagetkan hampir semua orang, lingkaran massa yang sengaja dibentuk ini hampir buyar. Polisi memuntahkan peluru ke udara berkali-kali, kerumunan orang di depan mobil-mobil polisi hampir buyar tak teratur, namun pemberontak berhasil menenangkan dan tetap menggerakan kerumunan di depan mobil polisi secara teratur. Mereka membuka jalan perlahan untuk iringan mobil polisi, mobil-mobil itu segera mendekati kobaran api besar, sambil menurunkan puluhan pasukan bertameng dan senapan mesin siap tembak untuk mengamankan area sekitar iringan mobil, termasuk menahan massa di belakang mereka untuk tetap membuka jalan bagi mereka.

Aku melihat beberapa orang mulai bergerak dengan panik di antara kerumunan, polisi menjaga jalan keluar mereka tak pernah termasuk dalam bagian rencana pemberontak.

"Oh sialan,"
gumamku.

Aku di sini bersama Ayah, Baron, Reka, Sely, dan Arfan, berdiri di sebelah parit, di antara ratusan orang tanpa ada jalan keluar. Jika ini tak berjalan sesuai rencana, kami akan terjebak dalam pembantaian, dan parit selokan menjijikan di depan kami hanya satu-satunya tempat bernaung.

Kisruh di sini semakin riuh, polisi mulai menancap cakram mereka, mengamankan posisi mereka dari ancaman massa. Mereka membentuk barisan dengan tameng di kedua sisi mobil taktis, beberapa polisi bersenapan mulai membidik massa. Aku melihat anggota pemberontak tengah mempersiapkan serangan pertama di antara kerumunan.

Whuuuzh!
Sebuah molotov meledak di atas truk kedua yang berhenti di depan truk pertama yang sudah menurunkan pasukan.

"AAAH!"
"HUAAH!!"
"AIR! AIR!"
Jerit para polisi yang hendak melompat dari truk itu namun lebih dulu terbakar molotov,
Api membakar rompi mereka.

"Oke... Oke..."
ujar Baron.
"Parit! Parit! Masuk!"
perintahnya, merespon kekacauan yang segera menghampiri kami.

Letusan suara tembakan berdering ratusan kali dalam beberapa detik, teriakan entah semangat tempur atau tangis kematian bersemarak di sekitar kami.

Era Yang MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang