Fallen Pt.2

211 23 7
                                    

Ari

"Psst!"–Ayah merapat ke tembok dan menunduk–
"Nunduk!" perintahnya.

Kami berhasil mencapai bangunan yang dituju tanpa ditembaki polisi. Kepala kami tundukkan, berusaha lebih rendah daripada jendela. Aku tetap mengarahkan moncong senjata ke jendela sambil berjalan bungkuk, berjaga-jaga jika ada polisi yang muncul.

"Ada orang tuh di dalem... Kedengeran kan suaranya?"
kata Ayah.

"Berapa orang ya kira-kira?"
tanya Baron.

"Gimana caranya biar bisa tau? Kamu aja coba nongol di jendela,"
balas Ayah.

"Ada cara yang lebih baik buat tau... Langsung masuk ke dalam, gak pakai lama,"
sahut Arfan.

"Dan langsung disembur tembakan? Kalian aja,"
lanjut Aldi.

"Pake taktik lah,"
saranku.

"Taktik gimana? Mau adu taktik sama polisi yang beneran dilatih?"
balas Baron ragu.

"Bikin pengalihan?"
saranku.

"Bener... Kita bikin keributan dari sisi belakang,"
ujar Arfan.

"Seakan-akan mau masuk dari belakang?"
tanya Ayah.

"Iya,"
balas Arfan.

"Lalu serbu dari pintu depan,"
lanjutku,
"Kita berlima, kayanya cukup,"

"Tiga di depan, dua di belakang?"
tanya Ayah,

"Apa bisa kita serang ke dalem cuma bertiga? Kita ga tau ada berapa orang di dalam,"
tanya Baron yang skeptis.

"Empat banding satu?"
saranku.

"Siapa yang cukup berani buat ke belakang sendiri?"
tanya Ayah.

"Eh! Belakang aman. Tapi gak bisa masuk dari belakang, pintunya dijeruji."
Ujar Aldi, ia baru menghampiri kami setelah memeriksa sisi belakang bangunan.

Semua sontak menatap Aldi.
"Lah... Kenapa?" tanya Aldi.

"Lu bisa bikin keributan di belakang ga Di?"
tanya Arfan.

"Semacam?"
balas Aldi.

"Semacam kaca pecah, suara tembakan, teriakan?"
sahutku.

"Apapun lah yang berisik buat bikin orang di dalam panik! Bener aman kan di belakang?"
kata Arfan.

"Be...ner... Semoga. Tadi sih ada beberapa warga di belakang bangunan, tapi mereka mengendap-endap mau ke bangunan utama. Gak ada yang mau masuk bangunan ini,"
balas Aldi.

"Gak ada polisi di belakang?"
tanyaku.

"Ada, yang pada terluka... Digorok tapi sama warga. Baru aja tadi, pas gue cek..."
kata Aldi.

"Yaudah. Tuggu apa lagi?"
Ujar Ayah, sambil menatap Aldi.

"Bikin keributan di belakang?"
Aldi memastikan.

"Iya."

"Kasih kita... Dua menit, biar kita siap-siap di pintu depan. Lo itungin tuh. Pas masuk detik ke seratus duapuluh, mulai bikin kekacauan di pintu belakang. Kita masuk bersamaan,"
jelasku.
Aldi setuju, ia bergegas menuju sisi belakang bangunan, seraya kami menghampiri pintu masuk di sisi sebaliknya.

"Oke, Arfan kamu di belakang saya, kita dari sisi kiri pintu, Ari sama Baron dari kanan ya."
Kata Ayah saat kami bersiap dan memasang posisi di pintu masuk.
Aku bisa melihat sebagian kecil penyerang lain juga tengah bersiap menyerang masuk bangunan lain di seberang kami, dan sebagian lagi bersiap menyerang bangunan utama yang bertingkat tiga. 

Era Yang MatiWhere stories live. Discover now