[Raindrops]

9.4K 994 48
                                    

[]

Beberapa tahun silam ketika hujan turun cukup deras, butuh suara yang keras untuk kami bisa saling mendengar celotehan orang-orang disekitar kami. 

Aku ingat bagaimana suasana malam itu ketika aku akhirnya dapat giliran untuk jatuh ke Bumi, kalau tidak salah saat musim hujan di awal bulan November? Ah aku lupa. Intinya, malam itu aku berkesempatan untuk jatuh ke bumi setelah sekian lama dan berdiam diri diri disalah satu kaca restoran yang ada di daerah Gangnam

Dinginnya udara dan derasnya hujan yang turun membuat suasana restoran malam itu terdengar sunyi, suara alat makan yang beradu diatas piring serta alunan lagu klasik yang biasa terdengar kini teredam. 

Beberap rekanku jatuh langsung menghantam kerasnya permukaan aspal dengan cepat, memberi kami sedikit kesempatan untuk saling menyapa atau bahkan sekedar berpamitan. Aku hanya bisa menatap kepergian mereka dengan sedih. Siklus hidup kami sebentar dan cukup menyedihkan. 

"Bagaimana jika aku tidak mengijinkanmu pergi?"

Perhatianku teralih ketika mendengar pertanyaan seornag wanita yang duduk dihadapanku, dia tampak pucat dan kedinginan dan...emosional ketika bicara dengan pria dihadapannya.

"Sayang..." ucapan laki-laki yang membelakangi jendela seolah memberitahu semua orang kalau mereka adalah sepasang kekasih.  

Si lelaki nampak bersemangat menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah kedokteran, berbeda dengan wajah si gadis yang  menunjukkan kalau sedang ada aksi demo di kepalanya. Makanan yang terjadi dihadapan mereka tidak tersentuh pun asapnya sudah hilang entah kemana, menandakan kalau mereka cukup lama di acuhkan. 

"Jaehyun..Aku mencintaimu, kamu tahu itu, tapi aku juga punya harapan untuk hubungan kita" 

Ah, laki-laki itu Jaehyun namanya. 

"Maksudmu Aleeta?" Jaehyun bertanya dengan nada tak senang.

Oh wow, menonton kehidupan manusia di bumi ternyata cukup menyenangkan, mereka menjawab semua pertanyaanmu dengan sendirinya asalkan kamu memberi waktu untuk mendengar. 

Gadis-yang bernama Aleeta nampak terkejut melihat reaksi Jaehyun yang jauh dari dugaannya. Tangan kanannya merogoh saku jaket yang ia kenakan, mencari-cari sesuatu yang hanya di aketahui seorang. 

"Jaehyun, kamu nggak lupa kalau...." Tangan kanan gadis itu masih sibuk merogoh saku jaketnya. 

Aku jadi penasaran kira-kira benda apa yang ada-oh! tunggu! aku sepertinya melihat sesuatu. Ada benda putih yang terlihat, bentuknya panjang dan pipih seperti termometer. Kanan! eh bukan! kiri sedikit! nah! iya itu pas! Aku bergumam layaknya komentator bola saat melihat gadi situ masih saja merogoh sakunya hingga tangannya berhasil menggenggam erat benda pipih disakunya. 

"Aleeta?" Jaehyun memanggil kekasihnya yang melamun. .

Aleeta memebarnikan diri untuk menatap Jaehyun tepat dimatanya. "Aku ingin kamu tetap disini, bersamaku dan si—"

Eh kenapa berhenti ? bukannya kamu mau mengeluarkan benda itu ? Aku bertanya pada Aleeta. 

"What the, Aleeta kamu nggak serius kan ?" Jaehyun bangkit dari tempatnya. "Kupikir kamu mendukungku selama ini?" 

"Aku mendukungmu!" seru Aleeta cukup keras untuk menarik perhatian pengunjung lain, ia tanpa sadar melepas genggamannya pada benda pipih itu. "Hanya saja ada hal lain--" 

"Hal apa ? katakan padaku sekarang!" Jaehyun membentak gadisnya cukup kasar. 

Kenapa Jaehyun tersinggung ? gadis itu hanya memintanya tinggal, maaf, maksudku bertanya apakah dia bisa tinggal lebih lama disisinya. Kenapa dia harus semarah itu ? 

"Semuanya sudah diurus, tidak ada yang bisa dibatalkan. Kamu harusnya bicara lebih awal" ujar Jaehyun. "Aku harus pulang, pesawatku besok jam 1 siang, kuharap kamu masih bersedia mengantarku untuk yang terakhir."

Lah? Jaehyun mau kemana ? Kenapa dia membereskan ponsel dan dompetnya ? Eh kok Aleeta ditinggal!

Aku melirik Aleeta  yang ditinggal sendirian. Kepala gadis itu tertunduk, nampak sangat sedih dengan perubahan sikap lelakinya yang tak ia sangka akan separah itu. Dia tampak putus asa. 

Aku mengerang ditempatku lantaran gemas karena si wanita nampak tak punya niat untuk memanggil kekasihnya, atau sekedar meminta tinggal dan mendengarkan kabar baik yang belum sempat ia sampaikan. Kalau saja suaraku bisa didengar, dia pasti sudah mendengarku yang berteriak memintanya mengejar Jaehyun. 

Tangan kanan Aleeta  yang sejak awal berada disaku jaket bergerak mengeluarkan bendah pipih-yang ternyata adalah alat test kehamilan. Ibu jarinya mengusap dua garis yang tampak dilayar kecil benda itu. 

"Kupikir kau mau menunggu hingga dia lahir." ujar gadis itu lirih, nyaris terdengar.

HAH? Hamil?! 

Aleeta menunduk, menyembunyikan wajahnya kemudian menangis terisak. Menyesali hidupnya yang hancur. 

tik...tik...tik
Ah! sial! kenapa sih harus turun hujan?! aku belum selesai menonton opera sabun direstoran ini.

Tubuhku perlahan merosot turun karena tertampar oleh teman-teman yang baru turun dari langit, mereka berebut saling menjatuhkan demi mendapat tempat mendarat yang 'enak'. 

Beruntung tempatku aman dari pertikaian jadi masih bisa fokus memperhatikan Aleeta. Lagipula, aku tidak mau meninggalkannya seorang diri. Aku tak tega.

eh siapa dia?

Seorang lelaki lain masuk kedalam restoran dengan tergesa-gesa. Tubuhnya basah kuyup akibat berlari menerjang hujan dan nafasnya terengah. Dia masih bisa tersenyum saat matanya berhasil menemukan sosok Aleeta yang terduduk lemas dan menjadi bahan cemohan pengunjung restoran. 

Kedua kakinya melangkah dengan lebar menuju gadis itu sementara tangan kanannya membuka satu persatu kancing blazer yang ia kenakan. Matanya menatap Aleeta yang sedang terisak itu dengan iba, jelas terlihat kalau dia hanya ingin melindungi gadis itu sekarang. 

Detik berikutnya dia melakukan hal yang tak terduga. Dia memayungi wajah Aleeta dengan blazernya kemudian membantu gadis itu untuk bangkit dari tempatnya. 

"Ayo kita pergi dari sini" ucapnya pelan namun terdengar sangat meyakinkan.

Aleeta sempat menatap laki-laki yang ada dihadapannya dengan terkejut tapi kemudian dia tersenyum pedih dan bangkit dari tempat duduknya. Tangan laki-laki itu dengan cepat merengkuh pundak Aleeta, menariknya agar lebih dekat sehingga dia bisa menutupi wajah gadis malang itu sambil membawanya keluar dari restoran.  

Keduanya kemudian berjalan beringan menuju tempat parkir dimana mobil SUV berwarna hitam milik laki-laki itu berada. Dengan sopan, ia membuka pintu untuk gadis itu, membantunya masuk sebelum lanjut berjalan mengitari mobil menuju pintu kemudi dan menyalakan mesin. 

Tuhan, baik sekali pria itu. Aku ingin tinggal lebih lama dan memperhatian kelanjutan dari opera sabun si gadis yang tampaknya akan memiliki pemeran pengganti, namun apa daya? aku hanya butiran air hujan yang kebetulan mampir dikaca jendela restoran. Aku tentu harus segera turun dan berganti tempat dengan teman-teman yang lain karena begitulah siklus hidupku.

Tapi setidaknya aku lega karena gadis itu tidak sendirian. Dan kalaupun aku diberi kesempatan untuk turun ke bumi kembali, aku ingin bertemu si gadis ini lagi dan melihat sejauh mana operas sabun kehidupannya.  

Sudah ya, aku pamit! sampai ketemu lagi! Semoga ketika aku kembali, Aleeta lebih bahagia kelak.  

[]

Only Then |  Kun [Complete]Where stories live. Discover now