[Numb]

2.6K 558 53
                                    


[...]

Pukul dua dini hari, mobil Kun terhenti didepan rumah keluarga Aleeta. Ditatapnya bangunan besar rumah Aleeta melalui kaca mobil untuk beberapa saat. Sejenak batinnya bertanya apa yang membuatnya rela menyetir belasan kilometer mendatangi kediaman Ibu Aleeta yang jelas tidak ada sangkut pautnya akan perdebatan malam ini.

Pikirannya kembali pada kejadian-kejadian sederhana yang terjadi beberapa tahun lalu, ketika Kun berusaha membujuk Aleeta untuk melanjutkan hidupnya. Hampir setiap hari ia bertandang, menghibur Aleeta dengan segala cara yang ia mampu, meyakinkan wanita itu kalau dia berhak untuk bahagia dan melanjutkan hidupnya bersama dengan bayi kecil-yang saat itu belum diberi nama dan bahkan diterima keberadaannya.

"Gimana kalau nanti anak ini nanya soal bapaknya ?"

"Sebut namaku. Aku akan jadi ayahnya dan kamu nggak perlu ungkap nama laki-laki itu lagi sampai nanti kamu siap."

Sekarang jawaban Kun terdengar sangat naif, seolah yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kenyataannya ? ia hidup dalam ketakutan.

Kun memutuskan untuk turun dan beristirahat sejenak dipekarangan rumah mertuanya. ia memasuki pekarangan rumah dengan mengendap-endap, sebisa mungkin tak menimbulkan suara yang akan membangunkan Ibu mertuanya yang pasti sedang tertidur pulas.

Kun tidak tahu apakah yang dia lakukan benar atau salah tapi sesuatu dalam dirinya mengatakan kalau Ibu Aleeta berhak tahu apa yang akan ia lakukan pada putrinya dan mungkin itulah yang mendorong Kun sampai kesini.

"Revan, Papa ijin istirahat sebentar ya, nak" ucap Kun sembari menyandarkan tubuhnya dengan nyaman pada ayunan disudut halaman.

Kun mengingat kembali apa yang dia lalui hari ini, dan sadar bahwa tidak ada yang terlalu istimewa. Pergi kekantor, menjemput Revan, bertemu Jaehyun dan bertengkar dengan aleeta.

Kenapa bagi Jaehyun semuanya terasa biasa saja ? Karena dalam alam bawah sadarnya dia tahu hari ini akan tiba. Bertemu Jaehyun hanyalah satu dari sekian banyak skenario gila yang selama ini menghantuinya, dan entah kenapa dia merasa lega karena salah satunya terwujud.

Ponselnya berdering, membuat Kun buru-buru merogoh saku jaketnya untuk mengecek. Tanpa sengaja gantungan kunci boneka bikinan Revan ikut tertarik keluar, seolah mengingatkan Kun bahwa putranya mungkin masih menghargainya sebagai Ayah.

Aleeta Choi:

"Aku nggak akan maksa kamu pulang, tapi tolong jaga diri. Kami menunggumu dirumah."

Kebahagiaan bagi Kun sangatlah sederhana. Pulang kerumah disambut Aleeta dan Revan, makan masakan Aleeta atau sekedar tidur dilantai ruang kerja beralaskan karpet sudah membuat Kun senang asalkan ada Revan dan Aleeta disisnya. Kun tidak pernah menuntut, begitupun Aleeta tapi ternyata sikap seperti itu justru membuat ruang hampa dalam hubungan mereka berdua.

Sekarang ? Sebutan kami terdengar sangat asing baginya.

Tanpa membalas pesan istrinya, Kun menyimpan ponselnya kedalam saku. Malam ini, hanya untuk sejenak saja Kun ingin memejamkan matanya dan istirahat. Dia butuh waktu untuk memahami apa yang terjadi belakangan ini sehingga bisa memutuskan apa yang harus dia lakukan. Kun lelah.

[- -]

Aleeta menatap ponselnya yang tergeletak di meja makan selama hampir satu jam. Ia mengigit kuku jemarinya dengan cemas. Kun sama sekali tidak menanggapi panggilan maupun pesan singkat yang dia kirimkan sejak suaminya pergi dari rumah.

Apa yang bisa Kun lakukan disaat emosi ? Sebersit pikiran itu seolah menyadarkan dirinya kalau dia belum mengenal sosok Kun sepenuhnya dan sebaik yang dia lakukan pada Jaehyun dulu. Aleeta menyesali, seandainya dia berusaha untuk sedikit lebih peduli mungkin saat ini dia tidak perlu cemas dan bisa menunggu Kun sedikit lebih tenang.

Only Then |  Kun [Complete]Where stories live. Discover now