[Final Chapter]

805 101 10
                                    

Playlist : Solji (EXID) - One Day // sondia - dear my star // 

Juli, 2023

Tiin!! tin!!!

Suara klakson mobil terdengar saling bersahutan terkesan menuntut satu sama lain untuk melaju lebih cepat-atau setidaknya bergerak. Dasar manusia, pikirku santai. Setiap kali aku menjalankan misi selalu saja ada perilaku mereka yang tak pernah bisa aku pahami. Aku mengintip  sejenak untuk melihat apa yang terjadi. 

Macet, kalau kata manusia-manusia dibawah sana dan tentu saja kedatangan kami ini selalu dijadikan kambing hitam, seolah mereka nggak pernah belajar tentang siklus alam. Sebagian orang merasa senang bahkan bermain bersama kami,tapi tak jarang kalau ada juga yang bersedih bahkan menangis atau kaya orang-orang dibawah tadi, mengumpat. 

Aku kembali memejamkan mata menikmati semilir angin yang mendorongku kesana kemari  sambil mendengar percakapan anak-anak baru disampingku yang antusias dengan misi pertama mereka. Kalau aku sih sudah biasa, ini kali kedua aku menjalankan misi dan meskipun antusias, aku tak mungkin menunjukkannya seperti mereka sebab aku adalah senior dalam misi ini, harus jaga martabat dikitlah walaupun cuma sebulir air hujan. 

"Kami duluan ya, kak" 
ha ha ha, kak. 

"Kak sampai ketemu lagi!"
Iya semoga kita ketemu lagi dimisi yang sama. 

"Terima kasih untuk ilmunya, sampai ketemu lagi" 
Ilmu apaan, aku cuma ajari mereka supaya ga langsung masuk selokan atau menabrak-ADUH! 

Aku tersadar sepenuhnya saat bagian diriku yang lain menghantam permukaan keras dan dingin, dari sekian banyak permukaan benda, entah ini yang keberapa kali aku mendarat dikaca jendela. Segala upaya sudah kulalukan, mulai dari memperhitungkan arah angin, teori gravitasi dan yang lainnya-tapi tetap saja tempat mendaratku seperti ini.

Aroma daging sapi yang baru matang tercium, dentingan alat makan yang menari diatas piring terdengar bercampur percakapan hangat yang memenuhi ruangan dibalik kaca. Walau samar, aku bisa mendengar hiruk pikuk dapur dibalik pintu besi besar disudut ruangan, dan teriakan kecil dari orang-orang sana. Restoran yang cukup populer, pikirku. 

Hembusan angin kencang menerbangkan diriku menjauhi jendela dan jatuh pada tas tangan seorang wanita yang baru keluar dari restoran. Kalau boleh jujur, permukaaan tas ini terasa seperti permukaan tas mahal miliki desainer terkemuka, soalnya aku nggak merasakan guncangan ketika tasnya terayun. Saking seringnya dikasih misi seperti ini aku sampai bisa mengenali permukaan tas kulis, ada yang tahan air, ada yang langsung menyerap, dan kalau modelan tas high-end begini biasanya aku tahan diatas mereka.  

"thankyou ya traktirannya" 

"no problem, kan sudah janji sama Revan" 

Percakapan antara dua orang laki-laki di lobi menyambut kedatangan kami. Kuperhatikan wajah mereka dengan seksama, entah kenapa aku merasa familiar dengan mereka bertiga. Aku yakin kita pernah bertemu sebelumnya dimisi yang entah keberapa kali. 

"Yaudah, Gue duluan ya ada panggilan UGD" salah seorang laki-laki menyudahi percakapan mereka, memeluk keduanya secara bergantian sebelum beranjak dari lobi menuju mobilnya yang ada dilapangan parkir. 

UGD... hm, pasti seorang dokter. 

"Hati-hati Jaehyun" Wanita si pemilik tas berkata dengan spontan. 

eh? Suara dan nama Jaehyun terdengar familiar.  

"Thankyou, Aleeta you better balik sama Kun deh ya" pesan dokter tadi sebelum berjalan. 

OH AKU INGAT SEKARANG. Wanita sipemilik tas birkin ini adalah  Aleeta, laki-laki yang pakai blazer hitam  dengan perawakan tinggi dan barusan lari keparkiran itu Jaehyun. Laki-laki yang sejak tadi menatap Aleeta ini adalah Kun.  Mereka orang yang sama dengan yang kutemui dulu di sebuah restoran malam itu. Wah, mereka sudah dewasa tapi wajahnya ngga banyak berubah-mungkin karna nggak punya uang untuk operasi plastik? 

Only Then |  Kun [Complete]Where stories live. Discover now