A Good Bye

2.3K 383 81
                                    

Playlist : Above and Beyond. (di mulmed, play dulu ya kalo mau baca) 

Im not sure if we are going to see each other again on the next part atau story selanjutnya, but I sincerely want to thank each one of you who has been reading this story up till this last chapter. My stories lacks in many things, its nothing compare to other stories but still you guys being so kind and continue reading this.

terima kasih banyak, saya sayang sekali sama kalian 🙇‍♀️💕🥺

--

Tap...Tap...Tap...

Suara langkah kaki terdengar memasuki ruang kremasi disusul dengan suara roda yang didorong. Temponya lambat diciptakan oleh langkah-langkah kecil nan berat dari keluarga yang berduka. Sesekali suara langkah kaki bercampur dengan isakan-isakan kecil dari para wanita. Terdengar sangat menyakitkan.

Kun berdiri paling depan sambil memegang erat pigura yang berisi foto Revan. Pandangannya kosong seolah setengah dari dirinya ikut berada dalam peti kayu yang kini tertutup kain merah dan sedang diantarkan ke ruang kremasi. 

Langkah demi langkah Kun ambil, beberapa kali dia memantrai dirinya agar tetap kuat dan tidak hancur. Ia belum pulih dari rasa terkejut yang disebabkan oleh para wartawan dan juga pertanyaan pertanyaan sampah mereka, dan sekarang sudah harus menjadi kepala upacara kremasi putranya. 

Kun belum rela, dia masih ingin bertanya pada Revan kenapa meninggalkannya begitu saja. Kun juga masih ingin bertanya apa keinginan terakhir putranya, serta Kun ingin berdoa pada Tuhan untuk menukar nyawanya dengan Revan. Kun tidak mau melangkah agar dia tidak berpisah dengan putranya, Kun ingin berada disisi Revan lebih lama meskipun hanya badannya yang terbujur kaku. 

Jaehyun dan Aleeta menyusul dibelakangnya dan para orang tua mengekor dibelakang.

"Putramu hebat" ucap Ibu Aleeta pada wanita paruh baya disampingnya. "Putri saya sangat beruntung ditemani olehnya"

"Putra saya yang beruntung, bertemu putrimu" ujar Ibu Kun.

Jaehyun melangkah dalam diam dan kepala tertunduk. Ia tiba-tiba diselimuti rasa malu dan sedih karena tidak punya kesempatan berada disisi Revan lebih lama baik sebagai Ayah maupun dokter. Ia merasa gagal karena tidak bisa menyelamatkan putranya sendiri tapi orang lain. Gelar dan pencapaiannya sebagai dokter seolah tidak ada harganya untuk saat ini. Kalau saja Tuhan bisa diajak tawar menawar, Jaehyun sudah pasti menawarkan semua pencapaiannya pada Tuhan dan menukarnya dengan Revan. Tapi hidup tidak pernah seperti itu, dan Jaehyun memahami itu lebih baik dari siapapun. 

Langkah demi langkah menuntun mereka ke ruang kremasi. Angin hari ini terasa lebih dingin dari sebelumnya, sunyinya gedung pemakaman terasa lebih mencekam dan kehampaan yang tercipta pada hati setiap orang yang hadir terasa menyakitkan.

Perasaan Aleeta hancur melihat peti mati putranya yang tertutup kain merah. Ia paham begitu putranya masuk dalam ruang kremasi dan dibakar dengan kompor bersuhu tinggi, maka dia tidak akan bisa melihat wujud putranya lagi. 

Ada banyak penyesalan yang dia miliki, dan kesalahan yang tidak semua orang ketahui. Fakta bahwa dia tidak mempertemukan Revan dengan Jaehyun lebih awal, fakta bahwa selama ini dia egois dan tidak pernah menghargai perasaan Kun sebagai Ayah dari putranya, dan fakta bahwa selama ini dia menjalani hidupnya sebagai pecundang. Tidak bisa dihapus dan akan selamanya tetap seperti tiu 

"Silahkan beri penghormatan terakhir" ucap petugas kremasi ketika mereka sudah berada didepan ruang kremasi. 

Satu persatu mulai dari Ibu Aleeta mendekati peti Revan, mengusapnya penuh haru sambil membisikkan kata perpisahan. Giliran Jaehyun, dan Aleeta yang mengucap salam. Keduanya menunduk cukup lama, membiarkan air mata jatuh membasahi pipi keduanya sebelum beranjak memeluk peti tersebut. 

Only Then |  Kun [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang