[The Doubts]

3.3K 655 100
                                    

sekiranya ada yg gabut boleh komen sama vote habis baca hihi 💞

[...]

Aleeta mengintip ruang kerja Kun melalui celah pintu. Ia penasaran karena waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun anak maupun suaminya belum juga keluar dari ruangan sejak selesai makan malam. Tanpa sadar ia tersenyum saat melihat kedua orang yang paling dia sayangi tengah tertidur pulas dilantai yang beralaskan karpet.

Aleeta bergegas kekamarnya untuk mengambil bantal dan juga selimut, ia berjalan mengendap-endap kedalam ruangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala Kun. Hampir lima tahun tinggal bersama membuatnya hafal akan kebiasaan buruk suaminya jika tidur tak beralaskan bantal,yaitu sakit leher.

Setelah menyelimuti keduanya, Aleeta merapikan kertas-kertas yang berserakan dilantai sebelum merebahkan tubuhnya disamping Revan. Ia tak tega kalau harus membangunkan Kun yang nampak kelelahan setelah bekerja seharian, ditambah lagi membangunkan Revan ditengah kegiatan tidur pulasnya hanya akan membuatnya rewel. Aleeta tidak mau mengambil resiko.

"Aleeta" Kun yang terbangun dari tidurnya menatap Aleeta dengan lembut.

"Hm...?"

"Mau pindahin Revan kekamar ?" tawar Kun.

"Nggak usah, Revan nyaman tidur disini sama kamu dan lagi disini juga hangat jadi gausah khawatir" Jawab Aleeta sambil memposisikan tubuhnya menghadap Revan, membuat Kun melakukan hal yang sama.

"Kamu mikirin apa ?" Aleeta akhirnya bersuara karena merasa tidak nyaman dengan Kun yang menatapnya sejak tadi tanpa mengucap apapun dan dia lelah menghindari suaminya sejak kejadian di lobby hotel beberapa hari lalu.

Kun terdiam mengabaikan pertanyaan istrinya, tangan kanannya justru bergerak untuk membelai kepala putranya dengan lembut. Dan Aleeta berani bersumpah, jantungnya berdegup kencang dan dadanya sesak. Dia benci berada disituasi seperti ini. Dia benci menyembunyikan sesuatu dari suaminya.

"Apa aku bisa jadi Ayah yang baik buat Revan?"

"Kok kamu ngomong gitu?"

Kun tersenyum getir, kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. "Aku nggak bisa ngelakuin kewajiban seorang ayah yang paling sederhana buat anaknya. Aku cuma takut kalau suatu saat Revan akan jauh dari aku"

"Revan sayang sama kamu, bagi dia kamu adalah Ayah terbaik yang dia punya"

"Disaat Revan sakit dan harus menahan sakitnya jarum suntik, aku nggak bisa ada disampingnya. Aku nggak pernah bisa ada disisi kamu untuk dengerin hasil diagnosis dokter."

Dan kemudian air mata yang sejak awal menggenang dipelupuk mata Kun terjatuh begitu saja dihadapan Aleeta. Hatinya sakit menyaksikan suaminya yang terisak dengan tak berdaya. Rasa bersalah didadanya semakin berkecamuk ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Maaf kalau papa gagal jadi ayah yang baik buat kamu,Van"

Aleeta beranjak mendekati Kun, menggiring kepala suaminya agar beristirahat dalam pangkuannya. Dalam tangis, wanita itu merengkuh wajah suaminya untuk ia kecup sambil berharap kalau rasa bersalah didadanya akan menghilang.

"Kamu hal terbaik yang aku punya" ujar Aleeta lirih.

Dan kamu layak bahagia.

[--]

J-Star Holding Company.

Apguejong.

Kun membubuhkan tanda tangannya pada map terakhir yang berada disampingnya dengan berat hati sebelum meletakkannya diatas tumpukan berkas lainnya di ujung meja. Sudah hampir seminggu Kun merasa dirinya berubah menjadi sangat tidak produktif. Hari terasa berlalu begitu lama, dan dia menjadi lebih sensitif terhadap banyak hal.

Only Then |  Kun [Complete]Where stories live. Discover now