Bab 9

2.8K 357 24
                                    

Kemuning hari ini punya kegiatan baru yaitu mengurus kebun bunga milik Elang. Kebun yang cukup luas namun sayang bunga mawarnya banyak yang tak terurus dan mati. Kalau saja para manusia tahu kalau mawar ini juga menangis jika tak dihiraukan dan dapat mati mengenaskan jika tak disiram.

Kemuning memegang batang mawar yang sudah layu namun karena tak hati-hati ia tertusuk durinya yang menghitam. "Sudah mati saja, kau masih menyakiti orang."

Kemuning mulai mengaduk pupuk kandang dengan air lalu dicampur sekam dan sedikit tanah hitam. Ramuan paling ampuh untuk merawat tanah serta tanaman. Bisa saja ia menggunakan kekuatannya untuk memekarkan mawar atau menyegarkan tanaman layu agar hidup kembali namun Kemuning ingat kata-kata Elang. Dia tak boleh sembarangan menggunakan kekuatannya atau menunjukkannya pada orang lain. Salah-salah kekuatannya akan dimanfaatkan. Jadi ingat nenek kan? Beliau juga selalu berpesan begitu. Apa Elang seperti neneknya, keduanya sama-sama menyayanginya?

Untuk menghalau perasaan anehnya pada Elang. Kemuning mengalihkannya dengan mengambil sekop untuk mengaduk tanah. Terik matahari mulai menyengat dan panasnya membuat dahinya berkeringat. "Semangat Kemuning, setidaknya kamu berguna. Tak hanya menumpang makan saja!!"

Seekor cacing tercukil keluar secara tak sengaja olehnya. "Eh maaf, untung tubuhmu tak terbelah." Dia kembalikan hewan menjijikan itu ke tanah.

Kemuning mulai mencabut rumput dan bunga yang mati serta tak bisa ditumbuhkan lagi. Sebenarnya ia cukup menekan tanah lalu bunga-bunga itu akan hidup kembali namun apa tidak menakutkan kebun bunga mekar dalam waktu sehari.

"Ternyata merawat tanaman secara manual itu melelahkan." Terlalu sibuk dengan pekerjaan barunya. Kemuning tak menyadari jika seekor kupu-kupu berwarna kuning hinggap di atas kepalanya.

"Hey, kawan apa yang kau lakukan?"

"Aku? Aku menanam bunga."

"Kau bisa berbicara Denganku?"

"Iya"

Kupu-kupu itu tak menyahut malah terbang lebih tinggi. Hampir saja Kemuning memukul kepalanya sendiri dengan sekop. Ia  tersadar jika sudah berjanji untuk tak menggunakan kekuatannya. Namun mulutnya reflek berucap ketika melihat hewan atau tumbuhan.Kemuning melanjutkan pekerjaannya kembali sebelum sekumpulan kupu-kupu datang lagi untuk mengelilinginya. Ia berusaha diam tak menanggapi namun beberapa kupu-kupu itu malah seakan mengejeknya. Kemuning ingat pesan Elang supaya tak mempergunakan kekuatannya namun kupu-kupu yang datang kian lama kian banyak. Mereka membentuk barikade mengelilingi Kemuning dari segala arah.

Kemuning tahu sekawanan kupu-kupu itu mengajaknya bermain. Inginnya ia abai, namun setelah melihat sekeliling, tak ada orang. Kemuning bangkit berdiri, lalu memutar tubuhnya . Para kupu-kupu mengelilinginya, membuat barikade yang indah dan berwarna-warni. Gaunnya yang juga ikut mengembang seperti dikerubungi kupu-kupu indah berwarna-warni. Pemandangan itu begitu menakjubkan hingga membuat seseorang tertarik.

Mata seseorang menatap tajam ke arah Kemuning melalui tirai jendela lantai dua. "Cantik," gumamnya lirih.
"Tapi kenapa kupu-kupu itu bertebaran mengelilinginya?" Derrick berdecak. Ia heran siapa sebenarnya gadis yang di bawa pulang Elang itu?

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Helga memotong daging di piring tanpa mau menyuapkan ke mulutnya. Ia biarkan garpu menusuk tanpa ia niatkan untuk masuk ke mulut. Helga masih memikirkan pertemuannya kemarin malam dengan pemimpin klan Montana. Anak muda itu kental dengan Aura yang ia ingat-ingat lupa warnanyam. Helga memikirkannya sampai tak bisa tidur nyenyak. Dimana ia pernah melihat warna Aura kuning kehijau-hijauan dan ada emasnya sedikit. Helga menggeleng pelan, untuk melepas pening karena memikirkannya.

Padma kemuning (healing) Where stories live. Discover now