Chapter 5 Hanya Penyesalan Semata ✔

564 259 116
                                    

"Kok ada ... Um ... Siapa ya namanya?"gumam Tara yang merasa pernah melihat gadis yang ada di depannya kini.

"Aku Rena, Kak," ucap Rena yang ternyata mendengar gumaman Tara.

"Oh iya. Gue baru ingat. Lo 'kan yang tadi-" Tara tak melanjutkan ucapannya ketika melihat raut kalut yang tergambar di wajah Rena.

"Iya kak. Aku yang tadi gak sengaja nabrak Kakak di sekolah," katanya bohong Rena.

"Jadi kalian udah saling kenal ya?" girang Syana sebagai ibu Rena. Ia sangat senang anaknya dan anak Lily -ibunya Tara, ternyata saling mengenal.

"Hehe iya Tante."

*♡*

Semua makanan sudah terhidang di atas meja. Tuna steak, penne mariscos, chicken gordon blue, chicken curry, dan dessert berupa yoghurt dream yang berupa potongan berbagai macam buah dengan yoghurt dan madu.

"Rena kok mandang Hendra segitunya? Hendra gak kemana-mana, Nak," ucap mama Rena kepada sang anak. Melihat pandangan Rena yang sangat memuja, bisa disimpulkan bahwa anaknya menyukai Tara.

"E-eh Mama. Jangan ngomong gitu dong, Ma. Aku 'kan jadi malu."

Sementara Tara hanya tersenyum tanpa berniat untuk membalas omongan ibu dan anak di depannya.

'Jadi dia lawannya Mayra yang katanya suka sama gue? Hmm cantik, anggun, sopan juga. Ini sih udah pasti Mayra yang salah. Rena orangnya baik kayak gini kok.'

Satu jam kemudian, mereka sudah menyelesaikan makan malam mereka. Masing-masing dari mereka sudah berniat untuk pulang ke rumah. Ketika Tara dan keluarga sudah ingin masuk ke mobil, Rena dengan sedikit gugup memanggil Tara. Ia pun sedikit berlari ke arah kakak kelasnya itu.

"Kak, aku boleh minta nomor Kakak, gak?" pinta Rena seraya menyodorkan ponsel miliknya.

"Boleh kok, Ren." Tara mengambil ponsel itu dan tak lama diberikannya kembali.

"Makasih ya Kak."

"Btw, kamu gak kenapa-kenapa 'kan? Mayra memang udah keterlaluan, tapi gue harap lo mau maafin dia."

"Iya Kak. Aku udah maafin Kak May kok, Kak."

"Ya udah, gue pulang dulu ya. Bye."

Rena tersenyum melihat kepergian Tara. Tidak salah lagi, ia memang benar-benar menyukai kakak kelasnya itu.

Setelah ia sampai di rumahnya, Tara pamit untuk masuk ke kamar. Ia sudah sangat lelah, tapi terlalu awal untuk masuk ke alam mimpi. Tara melihat jam di nakas samping tempat tidurnya.

Pukul 9.30 pm

'Hm ... gak terasa udah jam segini. Bentar lagi pasti si benalu nge-chat gue.'

5 menit.

10 menit.

20 menit.

...

Jam telah menunjukkan pukul 10.30 pm. Walaupun kantuk telah menyerang Tara, namun ia masih menunggu chat yang biasanya selalu menghantuinya sebelum tidur.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now