Chapter 16 Pengakuan dan Kebimbangan ✔

374 137 40
                                    

Oksigen lenyap di sekitar Mayra, ia seakan-akan tak bisa bernapas. Matanya sibuk memandangi wajah lelaki dihadapannya. Berharap adanya kalimat yang dapat melegakan hatinya. Namun Tara hanya bisa menunduk dan menghela napas. Situasi ini tak terduga sebelumnya. Banyak hal yang ada dipikirannya. Hal apapun yang akan dia lakukan selanjutnya, semoga menjadi jalan yang terbaik baginya.

Setelah adanya perang batin, Tara sudah memutuskan. Ia pun memandang Mayra dengan lekat dan Mayra merasakan bahunya dicengkram erat oleh Tara.

"Tapi hati gue udah sejatuh-jatuhnya ke dia."

Mayra terkesiap dan tangan mungil itupun luruh seakan-akan kehilangan tenaga. Dia tak percaya. Iya yakin Tara sudah berbohong.

"Lo jangan bohongin gue deh, Ra. Ini semua pasti akal-akalan lo biar gue ngejauhin lo, iya 'kan?" Dipandanginya wajah Tara yang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tidak diketahui oleh Mayra, bahwa Tara sudah mati-matian menahan rasa untuk memeluk dirinya. Sungguh, Tara tak tega melihat Mayra yang seperti kehilangan akal, tapi ini semua adalah keputusannya.

"Nggak, ini pasti gue lagi mimpi." Mayra tiba-tiba menampar kuat pipinya sendiri. "Ayo bangun ... BANGUUUUUN!" Mayra benar-benar kehilangan akalnya. Tara pun dengan refleks langsung menahan kedua tangan Mayra.

"Ini semua nyata, May. Lo harus menghargai perasaan gue." Tara memandang cemas Mayra.

Mayra menggelengkan kepala tak percaya dan seketika menghempaskan tangan Tara. Ia mundur secara perlahan hingga terciptalah jarak diantara mereka berdua.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang disaat lo udah melabuhkan cinta lo ke orang lain?" lirih Mayra yang masih terdengar oleh Tara. Ia lalu berjalan melewati Tara begitu saja menuju pintu rooftop.

Tara tak mencegah kepergian Mayra, bahkan menoleh pun tidak. Setelah suara langkah Mayra tak terdengar lagi olehnya, Tara membalikkan badannya menghadap ke pintu.

'Buktikan. Buktikan bahwa lo benar-benar cinta sama gue, May. Dan setelah gue tahu kalau lo memang cinta sama gue, maka gue janji lo akan menjadi bagian dari hidup gue selamanya. Seperti yang lo inginkan selama ini.'

*♡*

Pukul 17.48 PM. Tara sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ia memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna abu-abu itu. Terbayang olehnya kejadian yang terjadi di sekolah tadi. Setelah pertengkaran mereka, Tara mengikuti pelajaran selanjutnya tanpa adanya Mayra di bangku sebelahnya. Ia tak tahu Mayra dimana.

Tara sebenarnya cemas, sungguh ia takut suatu hal buruk terjadi pada Mayra. Tapi tentu rasa cemas itu tidak terlihat oleh orang lain, karena ia sudah memutuskan untuk menguji seberapa besar cinta Mayra kepadanya. Apakah Mayra cinta padanya ataupun kepada Kak Tara?

Sepulang dari mengikuti Mayra kemarin, Tara kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Ia membanting benda apapun di sekitarnya. Untung saat itu dia hanya sendirian di rumah. Kemarahannya semakin menjadi-jadi setelah mengingat kebersamaan Mayra dan Kak Tara.

Cukup lama untuk meredakan emosinya yang bergejolak. Dan saat iu juga, Tara tahu. Tahu bahwa ia sudah jatuh cinta pada Mayra. Pada gadis yang selalu mengejar cintanya, yang selalu membuat onar dan merupakan gadis yang dibencinya. Siapa yang menyangka ia jatuh cinta pada gadis yang jauh dari kriteria wanita idamannya? Tentu tak ada yang menyangka. Memang begitulah cinta, tanpa mengenal siapa dan bagaimana orang itu.

"Lo berhasil May. Usaha lo selama ini gak sia-sia," ujarnya sendiri seraya memandang senja dengan senyuman tipis.

Disaat itulah ia bingung. Apa yang harus dilakukannya? Menyatakan cintanya pada Mayra? Itu bukanlah pilihan yang bagus, mengingat Mayra yang akhir-akhir ini dekat dengan Kak Tara. Lalu apakah ia harus menyerah dan melupakan rasa cintanya yang baru saja disadarinya itu? Itu juga bukanlah pilihan yang tepat, karena tidak ada dalam kamusnya untuk menyerah mengejar sesuatu yang harus dimilikinya.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now