Chapter 27 Kebahagiaan✔

308 80 49
                                    

“Apaan sih? Santai aja kali.” Tara sedikit kesal dengan Mayra yang meneriakinya tengah kesurupan.

“Lagian lo ngapain nyium lutut gue? Gak elit banget sih tempat ciumnya.”

“Terserah gue dong, ‘kan mulut gue.” Tara mengacak-ngacak rambut gadisnya.

Disaat ia ingin menaruh kembali kotak P3Knya, tangannya tertahan oleh Mayra. Tara tersenyum lalu duduk di samping Mayra.

“Kenapa lo akhir-akhir ini suka bikin gue baper? Lo tau ‘kan perasaan gue ke lo itu gak main-main. Jadi gue harap lo gak jadiin gue sebagai mainan lo.” Akhirnya Mayra mengungkapkan perasaannya selama ini. Ia hanya ingin memastikan. Tak ingin jatuh ke kebahagiaan yang semu.

Tara membalas erat genggaman Mayra ditangannya. “Lo baper?” Mayra mengangguk mengiyakan.

“Bagus deh.”

“Bagus kenapa?”

“Lo peka.”

“Gue selalu peka sama lo. Lo ngupil diem-diem aja gue tahu, Ra.” Gelak tawa Mayra tak tertahankan. Bahkan, Lily yang sedang menguping juga menahan tawanya.

“Anjir, lo kok tahu?”

“Ya taulah. Mata gue ‘kan selalu ke elo. Nih kayak gini.” Mayra memajukan wajahnya hingga beberapa senti jaraknya dengan Tara. Tak lupa dia juga membuka matanya lebar-lebar.

“May ...” bisik Tara dengan menatap lekat mata yang memandanginya dari dekat.

“Kenapa? Cantik ya?” Mayra menaik turunkan alisnya.

“MAY! BERHENTI … MANG SIOMAY.” Refleks Mayra merapatkan mata dan telinganya disaat Tara berteriak nyaring di depan wajahnya.

“Tunggu ya, May. Gue beli siomay dulu, laper nih.” Tara bergegas keluar memesan siomay.

“Untung gue cinta. Kalau enggak, udah gue siram tuh anak pakai cuka apel.”

Tak berapa lama kemudian, Tara menenteng tiga kantong yang berisi siomay. Ia beranjak ke dapur memberikan satu kantong kepada ibunya, lalu kembali membawa dua piring.

“Bunda mana?”

“Lagi ngegosip sama tetangga sebelah.”

Mayra mengangguk. Mereka berdua makan bersama, namun diganggu oleh deringan ponsel Mayra. Tara sempat meilirik nama Aqim tertera di sana. Ia mendengus kesal.

“Halo. Kenapa Yon?”
...
Mayra terlihat cemas. “Lo gpp ‘kan?”
...
“Iya, makanya hati-hati. Ntar gue jenguk deh.”
...
“Bye. Muacch juga.”

Byuuur

Kalimat tak terduga terlontar dari mulut Mayra berhasil membuat Tara menyemburkan air minumnya.

“APA-APAAN MUACH MUACH GITU?”

Mayra sampai terlonjak kaget mendengar teriakan Tara. “Lo ngapa ngegas? Biasa aja kali. Jorok banget sih lo.”

“Yon  itu siapa?! Kok namanya Aqim? Aqim mana? Kenapa pake muach gitu? Apa jangan-jangan lo kayak gitu ke semua cowok?”

“Tara sayang. Dengerin yah, Yon itu Dion. Dion itu Aqim. Aqim itu teman lo. Temen lo itu temen lama gue yang baru ketemu. Muach itu gak ada maksud apapun. Dan terakhir, gue gak segenit itu ke cowok lain,” jawab Mayra dengan cepat.

“Bomatlah denger penjelasan lo yang ribet. Sebenarnya hubungan lo sama Aqim itu apa?”

“Dulu ...”

Flashback On

Mayra remaja menangis sendirian setelah Kak Tara meninggalkannya di taman. Ia terus menangis tanpa henti hingga sosok lelaki seumuran dengannya duduk di sampingnya.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora