Chapter 21 Masa Tenang ✔

337 107 25
                                    

“Napas May, napas.” Tara panik melihat Mayra tak bergerak bagaikan tidak bernyawa.

“E-eh iya. Masih napas kok gue. Rugi banget dong kejadian langka kayak gini gue malah mati mendadak.” Senyum Tara terpatri jelas di wajahnya. Ia tahu Mayra salah tingkah karena kelakuannya.

“Omongan dijaga. Kalau lo gak ada, gue kesepian dong.” Tara keceplosan.

“Ulululuuuu kamu udah nerima kehadiran aku ya sayaaang. Makin gemes deh sama kamuuu,” ucap Mayra saraya mencubit kedua pipi chubby Tara. Saking menggemaskannya Tara, Mayra sempat lupa akan ciuman tak sengaja antara Tara dan musuh bebuyutannya. Demi kerang ajaib, Mayra tak sengaja melihat bibir Tara saat ini hingga  membuat ingatannya kembali. Yang sebelumnya memberikan cubitan gemas di pipi Tara, berubah menjadi tekanan kuat di pipi Tara, hingga membuat bibir itu mengerucut ke depan.

“Tara,” ucap Mayra sungguh-sungguh. Tara sedikit takut melihat Mayra. Seakan-akan dia ingin memakan apapun di depannya. Tara hanya memberikan anggukan.

“Janji sama gue. Jaga bibir lo baik-baik, seperti tuan crab yang ngejaga formula rahasia dia.” Tara jadi kesal mendengar penuturan Mayra. Ia pun menepis kedua tangan Mayra di pipinya.

“Apaan sih lo. Udah ah, gue mau lanjutin ngerjain soal aja.” Mayra mengeluarkan kekehannya dan terus memandangi Tara yang sedang mengerjakan soal-soal itu.

*♡*


Terlihat rumah mewah dua tingkat bewarna putih yang tampak elegan. Ia membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, seakan-akan rumah itu merupakan rumahnya sendiri. Ia melangkah menuju lantai atas, tepatnya ke kamar yang berada di kanan tangga.

Cklek

“Ngapain lo?” tanyanya.

Sang empunya kamar memalingkan pandangannya dari laptop yang dipangkunya. “Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain ke rumah gue?”

Lelaki itu menggedikkan bahunya lalu berjalan duduk di sofa yang mengarah ke balkon kamar. “Gue mau nanya sesuatu.” Sosok lainnya pun meletakkan laptopnya di kasur lalu ikut duduk bersama sepupunya itu.

“Tentang?”

“Mayra.” Iya. Itu Aqim. Dia sengaja pergi menemui sepupunya yang tak lain adalah Kak Tara untuk menanyakan semua tentang Mayra yang penuh dengan rahasia.

“Lo udah kenal sama Mayra, bahkan kalian satu sekolah. Lalu apa lagi yang pengen lo tahu tentang Mayra? Gue juga gak terlalu kenal dia,” elak Kak Tara.

“Gak usah bohong. Gue tahu lo udah kenal lama sama Mayra.”

“Hahaha ... Dedek Aqim udah besar ya, gak bisa dibohongin lagi,” ledek Kak Tara. Ia mengusak rambut Aqim.

Aqim meninju pelan perut Kak Tara. “Gue lagi serius ini.”

“Iya iya. Jadi lo mau tahu soal apa?”

“Sebenarnya Mayra ada hubungan apa sama lo?”
Selama apapun ia menyembunyikannya, Kak Tara tahu bahwa  Aqim nantinya akan menanyakan perihal ini. Tapi tak disangka jika ini terjadi begitu cepat. Kak Tara menghela napas berat. “Gue sama dia temenan aja, gak lebih. Teman dari dulu."

“Serius? Tapi kok kayaknya lo dekat banget sama dia? Yakin kalian gak ada hubungan apa-apa?” selidik Aqim. Sebenarnya ia yakin Kak Tara dan Mayra tidak lebih dari sekadar teman, mengingat Mayra yang dari dulu mengejar Tara. Tapi yang ia tanyakan itu adalah perasaan kakak sepupunya. Ia tak yakin Kak Tara tidak menaruh hati pada Mayra setelah melihat bagaimana Kak Tara memperlakukan gadis itu.

“Kalau ada hubungan emangnya kenapa? Lo suka ya sama Mayra? Cieeee.” Sambil mencolek pinggang Aqim.

“Iya. Gue emang suka sama dia.”

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang