Chapter 44 Keputusan ✔

350 37 13
                                    

Semua bergeming pada tempat masing-masing. Raut khawatir terpampang jelas pada wajah Aqim seraya melihat keterkejutan Kak Tara. Lain halnya dengan Mayra dan Tara yang seperti biasa saja, hanya sedikit terkejut dengan kedatangan lelaki itu.

“Kapan Kakak datang? Kok gak kabarin aku?” tanya Mayra seraya menarik lelaki bersamanya untuk masuk. Sosoknya lalu menghilang ke dapur, berniat membuat minuman untuk mereka semua.

“Barusan,” jawab Kak Tara sembari melototi Aqim yang menyiratkan untuk meminta penjelasan. Namun ia hanya menerima cengiran menyebalkan Aqim.

“Seharusnya bilang kalau mau datang ... Jadi Kakak ngapain datang ke sini?” tanya Mayra lagi sambil menyuguhkan tiga gelas air jeruk.

Kak Tara melihat Aqim yang menggeleng kepala dengan raut memohon, namun tak berpengaruh padanya. “Gue pengen kasih selamat sama kalian. Selamat atas pertunangan kalian,” ungkap Kak Tara sembari mengulas senyum.

Sontak lelaki yang tidak tahu apa-apa itu terkejut. Apa maksudnya? Pertunangan siapa? Mayra gelagapan, bagaimana ia harus menjelaskan semuanya? Sedangkan Aqim memilih untuk menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Ka-kak ...”

“Beberapa hari yang lalu, Om bilang lo terima rencana pertunangan lo sama Aqim.” Ia berbicara pada Mayra, namun matanya lekat melihat Tara. Ingin melihat reaksi dari lelaki yang menjadi saingannya dulu.

“Ta-tapi ...” Omongan Mayra tertahan karena Tara.

“Lo bakal tunangan sama Aqim?”

Mayra memalingkan wajahnya cepat pada Tara. “Gak, Ra.”

“May! ingat Aqim ... Dia yang akan jadi calon tunangan lo! Jangan pernah lo sama laki-laki lain. Apalagi sama dia yang udah sering nyakitin lo. Pikirkan perasaan Aqim,” kata Tara yang terdengar seperti bentakan.

“JAGA NADA BICARA LO!” Aqim menatap nyalang pada Kak Tara. Ia sangat tidak suka ada seseorang yang membentak Mayra, apalagi sampai menyakiti hati wanita itu.

“LO SADAR DONG!!! Calon tunangan lo gandengan sama cowok lain, kenapa lo diam aja?!” teriak Kak Tara. Kini ia sudah berdiri dan berusaha menahan emosinya yang siap membeludak kapan saja.

“DIA PACAR GUE!” teriak Tara membuat semua mata tertuju padanya.

BUGH.

BUGH.

BUGH.

Pukulan demi pukulan dilayangkan oleh Kak Tara hingga membuat beberapa darah menetes dari sudut bibir Tara. Tidak ada perlawanan dan Tara terbaring pasrah menerima pukulan bertubi-tubi. Aqim masih duduk diam pada tempatnya. Lain halnya dengan Mayra yang berteriak histeris sambil terisak meminta Kak Tara menghentikan aksinya.

“Hiks ... hentikan Kak!” Mayra menahan tangan Kak Tara dan usahanya berhasil. Jika tidak dihentikan, mungkin Tara akan jatuh pingsan.

“Lebih baik lo pergi! Jangan ganggu hubungan mereka,” gumam Kak Tara.

- - - - - - - - - -
SETENGAH PART INI DIHAPUS KARENA SUDAH TERBIT

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang