Chapter 39 Detik-Detik Takdir✔

272 51 23
                                    

Pagi hari yang cerah untuk Tara memulai aktivitasnya mengurus perusahaan. Dua jam sudah ia terpaku pada laptopnya. Melihat laporan-laporan yang telah dikirimkan oleh Selly padanya tadi malam. Walaupun dengan kantung mata yang semakin tebal, namun Tara tetap berkonsentrasi dalam bekerja. Bahkan kian lama wajah itu semakin tirus tapi tidak mengurangi ketampanannya dan semakin lama semakin banyak wanita yang mengejar perhatiannya. Tampan, muda, dan kaya. Itulah hal yang melekat pada diri Tara.

Tok tok tok

“Masuk."

“Permisi, Pak. Em ... a-anu Pak ...” Selly merasa telapak tangannya mendingin akibat terlalu gugup untuk menyampaikan pesan kepada bosnya.

“Anu apa? Ngomong yang jelas, Selly!” geram Tara pada sekretarisnya, pasalnya dia sedang berkonsentrasi.

“K-kekasih Bapak sedang menunggu di bawah,” ujar Selly dengan gugup.

“Kekasihku? Suruh dia kemari.”

'Seriusan bos ganteng gue itu gay? Gilaaaa ... gak rela banget gue. Pokoknya gue harus bisa dapetin nih bos.'

Selly kemudian kembali ke mejanya dan tak lama kemudian seorang lelaki dengan kaos polos bewarna porpoise dan celana jeans bewarna charcoal muncul dihadapannya. Dengan cermat Selly memandangi lelaki yang tak lain adalah Aqim.

'Apa gue harus pindah hati ke pacarnya bos, ya?' Batin Selly setelah melihat bagaimana wajah Claudion Haqim yang sudah terkenal seantoro perusahaan sebagai kekasih CEO mereka.

“Selamat siang, Pak.”

“Gue masih muda, panggil aja Aqim. Oke?” ucap Aqim dengan mengedipkan matanya. Dia pun melangkah masuk meninggalkan Selly yang melongo menahan debaran jantungnya.

'Fix! Gue mendingan ngincar si pacar bos.'

Selly mendekati pintu, ia sangat penasaran apa yang akan terjadi di dalam sana. Dan Dewi Fortuna memang sedang berpihak padanya. Pintu itu tidak tertutup sempurna hingga ia masih bisa mengintip dari celah pintu itu.

“Sayaaaaaaaaang~~~~”

Tidak ada balasan untuk panggilan Aqim dari Tara.

“Tara sayaaaaaang~~ 7 tahun gak ketemu lo gak kangen gitu sama gue?”

Tara menghentikan kegiatannya seketika, lalu memandang Aqim yang masih berdiri di depan pintu. Cukup lama Tara memandang Aqim hingga senyuman pun akhirnya terbit di bibirnya. Kemudian dia melangkah lalu memeluk Aqim selayaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

“Apa kabar?” tanya Tara lebih dulu.

“Gue baik-baik aja. Dan lo ... kayak mayat hidup. Muka-muka orang kangen sama pacar ya gini.” Aqim mendudukan dirinya di sofa.

Tara tersenyum, namun dengan raut wajah yang terlihat sendu. “Iya, gue kangen.”

Selly menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. 'Fix! Homo!'

“Qim, lo—”

“Tunggu dulu.” Aqim berdiri dari duduknya dan mendekati pintu.

“Aduh …” Selly terhuyung ke depan setelah Aqim membuka pintu lebar-lebar.

“Sayang, sekretaris kamu hobinya nguping ya?”

“Selly! Kamu sangat tidak sopan.”

“M-maafkan saya Pak. Saya permisi.” Dengan terburu-buru Selly berdiri dan keluar dengan menahan rasa malu.

Aqim kembali menutup pintunya. "Gue tau dia bakalan nguping setelah dia ngeliat pintu yang gak gue tutup rapat. Lo dapat dari mana sih sekretaris yang begituan? Gak lo gaji ya, sampai gak punya duit beli baju panjang.” Aqim lalu duduk kembali.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now