Chapter 14 Tidak Lebih ✔

402 144 36
                                    

“Terserah lo deh mau ngomong apa. Yang penting sekarang lo harus cepat sembuh, karena gue gak suka gak ada pangeran gue di kelas,” ucap Mayra dengan senyumannya.

Untuk kesekian kalinya Tara blushing akibat perkataan Mayra. Sebenarnya dari dulu Mayra sudah sering berkata seperti, namun tidak berefek kepadanya. Tapi kenapa sekarang setiap kata yang diucapkan oleh Mayra sangat berpengaruh padanya?

“May … gue bingung. Kenapa lo suka sama gue? Banyak cowok lain yang suka sama lo. Bahkan aqim jelas-jelas suka sama lo.” Sungguh Tara sangat penasaran dengan semua ini.

“Gak ada jawaban spesial dari pertanyaan lo itu, Ra. Itu semua hanya karena seorang Mahendra Regantara yang dapat membuat jantung Mayra Cassandra berdetak begitu kencang. Disaat itulah gue memutuskan untuk setia mencintai lo sampai kapanpun.” 

Tara tertegun mendengar jawaban itu. Bahkan hatinya kini menghangat. Tak bisa berkata apa-apa, hanya dapat menatap sendu mata gadis di depannya.

Tok tok tok

Pintu terbuka dan menampilkan sosok ibunda Tara yang membawa kue dan dua gelas cokelat panas.

“Aduh, Mama gak ganggu kalian ‘kan? Ini Mama ada bawa minum sama kue.”

“Makasih, Bunda.” Mayra menghabiskan minumannya hingga tandas seakan-akan minuman itu tidak panas sama sekali. “Mayra pamit pulang ya, Bunda,” ucapnya buru-buru. Ia hanya tak bisa lagi ditatap seperti itu oleh Tara. Sangat sulit menahan hasratnya untuk memeluk Tara.

“Kok cepat banget? Kamu makan malam di sini aja. Jarang-jarang lho ketemu sama Bunda.”

“Tap—”

Tiba-tiba ponsel Mayra berdering menandakan ada panggilan masuk. Mayra merogoh tasnya dan mendapati Kak Tara yang sedang menelponnya.

“Bentar ya Bun …” Ia berjalan ke arah balkon dan segera menggeser tombol hijau.

Samar-samar Tara dapat mendengar perkataan Mayra yang menyebutkan Kak Tara. Rasa cemburu mulai menyerangnya dan wajah datarnya kembali terlihat. Sedangkan Lily hanya tersenyum melihat tingkah lucu anaknya yang tengah cemburu.

“Bunda, Mayra pamit pulang ya. Teman Mayra lagi nunggu Mayra, jadi harus cepat-cepat pulang.” Mayra pamit dan langsung buru-buru keluar kamar tanpa menoleh pada Tara.

Tara sudah tak habis pikir dengan sikap Mayra. Di satu sisi Mayra seperti sangat mencintainya, namun di sisi lainnya Mayra sangat dekat dengan laki-laki lain.

“Loh ... ini dompet Mayra ya? Aduh Dra. Cepat kamu susul Mayra, balikin dompetnya.” Tara sebenarnya sangat malas untuk bergerak dari tempat tidurnya, apalagi teringat dengan Mayra yang nantinya akan bertemu Kak Tara. Tapi apa boleh buat, mamanya sudah memaksa. Ia pun mengambil dompet lipat bewarna pink tersebut, lalu mengambil jaket dan pergi menyusul Mayra walaupun ia masih sedikit merasa pusing.

*♡*


Tara memilih untuk mengendarai mobilnya dan  tengah melaju membelah jalan ibukota mengejar Mayra. Ditemukannya mobil Mayra dan diikutinya. Hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan Mayra dan juga Kak Tara. Sudah 1 jam lebih Tara mengikuti Mayra dan sekarang Tara sudah tak tahu lagi ia sedang dimana. Pepohonan yang rindang dan jalan yang tidak terlalu mulus sedang dilewatinya.

Tak lama kemudian, Mayra menepikan mobilnya di tepi jalan dan berjalan memasuki gang kecil. Tara diam-diam mengikuti Mayra. Hingga tibalah mereka di tepi danau yang sangat indah. Pohon-pohon mengelilingi danau itu dan terdapat satu kursi panjang yang menghadap ke danau. Ada sesosok laki-laki yang tengah duduk di bangku itu.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now