Part 2

795 77 22
                                    

Mata ku terbelalak tat kala Andini memperkenalkan pacarnya kepadaku.

“O-o-h,, pacarnya ya… Aku varo” Jawabku dengan sedikit terbata.

“Daniel” Balasnya sambil mengangguk dan terlihat sedikit keheranan.

“Kenapa var?” Tanya Andini.

Aku berusaha menyembunyikan rasa sakit hati ku. Aku tidak tahu, kenapa cinta yang baru saja aku rasakan bisa sesakit ini.

“Gak apa-apa kok din, sudah berapa lama pacaran?” Tanya ku mengalihkan pembicaraan yang tadi.

Karena sudah tahu pria tersebut adalah pacaranya, membuatku rasanya ingin cepat-cepat pulang saja.

“Baru 3 bulan varo, hehehe..” Senyum bahagia di pancarkan olehnya.

Semua harapan yang sudah ku susun di dalam memori otak ku, rasanya harus kandas secepat ini. Daniel tidak banyak bicara. Sepertinya ia orang yang dingin. Mungkinkah adanya aku di lingkungan mereka membuat daniel merasa terganggu? Pertanyaan-pertanyaan itu langsung menghantui otak ku. Aku tidak mau berlama-lama bersama mereka, aku yakin seorang cowok tidak ingin melihat pacarnya berhubungan lebih dekat dengan cowok lain.

“Oh, semoga langgeng ya… Ehmm kayaknya aku juga gak bisa lama-lama deh din, soalnya ada urusan di rumah.”

Alasan yang tepat untuk pergi adalah berbohong. Entah kenapa semakin lama di situ malah membuat hati ku semakin sakit.

”Mereka memang pasangan yang serasi, lebih baik aku tak turut campur tangan dalam hubungan ini.” Kataku dalam hati.

“Eh, kenapa cepat sekali? Yasudah hati-hati ya…”

Aku pun segera pergi meninggalkan mereka. Menurutku Andini sudah tepat memiliki Daniel, Walau pun aku belum tahu banyak tentang dia.

***

Besok adalah hari minggu, dimana hari untuk melunturkan lemak di badanku. Olahraga lari 7 putaran di sekeliling komplek tidak masalah untuk ku. Menurutku, punya penampilan yang lebih bagus lagi mungkin dapat melunturkan hati Andini. khayalku.

Pukul 06:00, Minggu.

Seperti biasanya aku berlari dari komplek melati A menuju Komplek melati G. Saat itu matahari tidak begitu terik, sehingga udara di luar masih sangatlah segar. Aku berlari santai sambil memperhatikan sekeliling jalanan, tak  lupa sesekali menghirup udara segar hanya untuk sekedar menenangkan pikiranku. Tak lama kemudian, aku melewati Komplek Melati C dan baru beberapa langkah dari situ aku melihat Daniel dengan seorang wanita. Tapi, dia bukan Andini. Rasa penasaran ku pun muncul begitu saja. Daniel dan wanita itu sedang lari pagi bersama. Aku yang melihat mereka, berusaha membuntutinnya dari belakang.

“Yang, haus ya?” Ujar wanita itu kepada Daniel.

“Mau beli minum dulu?” tanya daniel.

Kemudian wanita itu mengangguk dan mereka kembali berlari mencari warung untuk beristirahat.

Aku yang mendengar percakapan mereka, langsung berasumsi bahwa Daniel telah pacaran juga dengan wanita itu.

“Dasar playboy, kayaknya aku harus kasih tahu andini besok!” Ucapku dalam hati.

Entah kenapa aku malah menjadi kesal melihat tingkah Daniel kala itu. Awalnya ku kira dia adalah pria baik-baik, Namun, semenjak tahu seperti itu. Aku malah ingin mengancurkan hubungan dia dengan andini. Aku kasihan sama andini kalau harus di duain. Jadi untuk kali ini, aku pun berusaha untuk masuk dalam urusan percintaan mereka. Disini lah awal mula aku mulai akrab dengannya dan akan terus ikut campur dalam hubungannya....

To be Continued...

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang