Part 8

360 42 18
                                    

Mataku masih tertuju padanya.

“Hallo, aku Cayla. Senang bertemu dengan kalian…” Sambut dirinya.

Aku memalingkan bola mataku, mencoba sedikit berpikir dan merencanakan apa yang akan aku lakukan padanya nanti.

“Cayla, kamu duduk samping Via ya” Seru pak Adi, selaku sebagai wali kelas.

Duduk di samping Via? Itu artinya dia duduk di belakang ku di sebelah kiri, tepatnya. Calya pun berjalan dengan santainya. Menghampiri bangku kosong, yang sudah tersedia untuknya.

Saat hendak menarik kursi, tiba-tiba Via memanggil namanya.

“Cayla, aku via” Pekiknya, sambil mengulurkan tangannya.

Cayla menoleh kearahnya, matanya yang sedikit menyipit memperlihatkan ekspresi sinis kepadanya.

“Prakk”

Cayla menepak tangan via, uluran tanda perkenalan itu langsung di hancurkan dengan sikap sombong dan angkuh. Tidak ada yng melihat kejadian itu, hanya aku seorang.

Setelah itu Via pun tiba-tiba terdiam. Aku tahu pasti apa yang sedang di rasakan via. Mungkin rasa ingin memukulnya itu sudah terpikir dalam benaknya.

Cayla pun kemudian duduk di meja tersebut. Sementara itu, via masih memperhatikannya dengan ekspresi yang belum berubah tat kala cayla menepak tangannya.

“Via ada apa?” Panggil pak adi yang melihat Via terus menatap ke arah Cayla.

“Ohh- gak apa-apa pak,,, heeheh…” Jawab Via, kemudian membetulkan posisi tubuhnya kembali menghadap ke depan.

Setelah Cayla telah mendapatkan tempat duduknya, Pak Adi pun langsung keluar kelas dan tak lupa untuk berpesan.

“Buat murid-murid di sini, perlakukan Cayla dengan baik ya.” Ujarnya, sebelum pergi meninggalkan kelas.

Setelah itu Pak Arif kembali lagi menjelaskan materi ekonomi di papan tulisnya.

Bel Istirahat pun berbunyi, entah kenapa, tiba-tiba seluruh murid di dalam kelas langsung Berbondong-bondong mendatangi meja Cayla, Siswi baru. Sementara aku sendiri hanya melihat aksi mereka yang seperti binatang buas itu. Semua pertanyaan langsung di lontarkan layaknya Reporter mewawancarai artis. Aku dan Via pun saling menatap. kemudian melihat lagi ke arah Cayla yang sedang di kerumbuni oleh Murid-murid alay di kelasku.

Alis mataku terangkat. Bola mataku yang hitam pun ikut naik mengikuti ritme alisku.

“Lihat deh” Ujar ku kepada Via.

Via hanya menggelengkan kepalanya, kemudian pergi sambil menarik pergelangan tanganku.

“Ehh,, ehh,,, ehh mau kemana?”

Via tidak menggubrisnya, ia menarik paksa seolah ada yang ingin di bicarakan. Langkah kaki via begitu cepat tidak seperti biasanya.

Sesampainya di luar via pun melepaskan genggaman tangannya.

“Hufffff….”

Ia-pun langsung menghela nafas panjangnya. Sebelum akhirnya berbicara sesuatu.

“Gw gak suka tuh sama Anak baru itu, sombong banget.” Ujarnya dengan nafas yang sedikit berat.

Entah kenapa nada dan cara bicara via kali ini berbeda dari biasanya, biasanya dia sangat sopan dalam berbicara namun karena sedang emosi semua itu berubah.

Aku paham atas apa yang via rasakan saat ini. Mungkin dia sekarang sedang ada di puncak amarahnya. Ya bagaimana pun, mana ada orang yang tidak sakit hati di saat melakukan niat baik malah di balas dengan hal-hal yang menyakitkan, contohnya itu… Di tepak saat mengulurkan tangan. Itu sungguh tamparan keras bagiku untuk mengenalnya lagi.

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang