Part 9

312 29 18
                                    

Setelah ku perhatikan lebih lama, tiba-tiba Cayla melihatku. Ia sedikit tersenyum kemudian berjalan pelan tanpa berkata apa-pun. Langkahnya bak model Thailand, membuat semua mata siswa yang berada di Kantin jadi tertuju padanya.

“Daniel.” Panggil cayla.

Daniel, Andini, dan Via pun menoleh ke arahnya.

Wajah via berubah datar tat kala melihat Cayla mulai menghampiri kami. Aku tahu via masih sangat kesal degannya.

“Siapa itu?” Tanya Andini keheranan.

“Itu siswi baru yang songong dan sombong!” Ceplos via dengan nada yang cukup tinggi.

“Eh, maksudmu via?” Tanya lagi Andini.

Mungkin andini masih tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh via, ya karena memang dia belum mengetahui siapa itu Cayla.

“Halo sayang!.” Sapa Cayla, yang tiba-tiba nyosor ke arah Daniel lalu memeluk erat tubuhnya.

“Aku suka deh kita bisa satu sekolah kaya gini…” Cayla terlihat begitu gembira tat kala bertemu daniel. Senyum lebar di pancarkan dari wajahnya.

“Eh,,”

Daniel pun menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia saat melihat Cayla ada di belakangnya. Aku paham apa yang sedang di rasakan Daniel sekarang. Mencari Alasan untuk berbohong, mungkin itu yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Andini yang melihat Kejadian itu, tiba-tiba langsung berdiri dan menarik tangan Cayla untuk sekedar berhenti dari memeluk pacarnya.

“Apa-apaan ini.” Pekik Andini.

Melihat perilaku andini terhadapnya, tiba-tiba Cayla berusaha melawan. Ia langsung mendorong Andini sampai meja yang sedang kami gunakan tiba-tiba bergeser dan minuman yang berada di depanku pun tumpah berantakan.

Aku tahu kenapa Andini bisa sekasar itu padanya, ini bukan salahnya tapi ini salah laki-laki berengsek itu. Daniel.

“Lo yang apa-apaan! Daniel ini pacar gw jadi ya seterah gw dong mau meluk dia!” Jawab Cayla, sambil menunjuk wajah Andini dengan jari telunjuknya.

Andini terdiam kala itu, melihat kejadian ini di depan mata kepala ku sendiri, membuat hatiku tersentuh untuk ikut campur dengannya.

“Daniel, Jelaskan sekarang padanya!” Seruku.

Wajah daniel berubah menjadi tegang tak karuan. Tatapan wajahnya menjadi lebih dingin dari sebelumnya.  Sementara itu wajah Cayla dan Andini pun memperlihatkan ekspresi yang sama, mereka menunggu jawaban dari Daniel.

“Bagaimana aku mau memulainya,,,,” Ujar Daniel dengan sedikit terbata-bata.

Melihat tingkah Daniel yang berubah kaku, membuat Andini naik darah. Ia kemudian langsung berteriak meminta kepastian padanya.

“Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan dia?”

“Aku memang pacaran sama dia din, tapi…. ini gak seperti yang kamu kira” Jawab Daniel berusaha memberikan penjelasan kepada Andini.

“Pacaran? Jadi Kamu  ngeduain aku niel?... aku sungguh tidak percaya… kamu bisa sejahat ini.”

Bola mata Andini yang membesar menandakan rasa perih di matanya. Genangan air mata sudah mulai terlihat dari balik kelopak matanya. Matanya pun seketika memerah saat mendengar penjelasan Daniel. Setelah itu ia pun akhirnya pergi meninggalkan Daniel dan juga Cayla. Aku yang berada di situ segera berlari mengejar Andini, sementara Daniel masih pada posisinya. Aku paham kenapa Andini bisa langsung pergi. Dia hanya tidak ingin air matanya di lihat oleh orang-orang di kantin.

“Andini” Panggil ku dengan keras.

Andini tidak menggubris panggilanku. Entah kenapa ia bisa berlari secepat itu, adakah pepatah yang mengatakan jikalau seorang perempuan sedang merasakan sakit hati bisa menjadi Atlet Lari? Entahlah. Aku terus mengejarnya, aku tidak peduli mau sampai kapan ia berlari. Aku hanya ingin di dekatnya sekarang. manjadi penenang hatinya dan juga penyejuk singkat untuknya.

Mataku terus mengikuti Ritme langkahnya, ia menuju keluar garbang sekolah.

“Eh, bukankah masih ada 1 jam Pelajaran lagi? kenapa ia malah keluar?” Ujar ku yang bertanya-tanya dalam hati.

💬DANIEL POV

Aku menatap ke arah Cayla, sementara Via terus berdiri di hadapan kami.

“Sebenarnya apa sih dengan semua ini???,,, Aku sangat pusing…” Gerutuk Via.

“Kau tidak mengejar Andini niel? dia kan pacarmu.” Tanyanya lagi.

Aku menoleh ke arah via dengan tatapan yang dingin, sementara Cayla terus tersenyum dengan jahatnya..

“Jangan natap-natap gitu dong…. seremmm, udah ah mending kabur aja.”

Entah kenapa via tiba-tiba pergi meninggalkan aku dan juga Cayla. Selang beberapa menit ia pergi, Cayla langsung berbicara kepadaku.

“Oh jadi nama Pacarmu itu Andini,, nama yang bagus….!”

Aku masih terdiam kaku tat kala Cayla mulai berbicara.

“Sebenarnya apa sih yang kau mau Cay? Kamu kan sudah tau kita pacaran ini karena Ibu mu memaksaku.” Pekik ku kepadanya.

Mata Cayla terbelalak tat kala mendegar ucapanku. Mulutnya yang tadinya tersenyum simpul entah kenapa tiba-tiba berubah drastis dari sebelumnya.

Cayla semakin mendekati ku.

“Kamu ini emang gak pernah sadar atau apa sih niel? Aku ini cinta sama kamu!” Jawab Cayla dengan cukup keras.

Semua murid yang ada di Kantin pun langsung menoleh ke arah kami. Wajah mereka terlihat kebingungan tat kala Cayla mengungkapkan perasaannya.

“Tapi… aku gak suka sama kamu Cay,,,” Jawabku lagi.

Aku tidak memperdulikan seberapa Sakitnya hati cayla saat aku mengatakan itu padanya. Memang hubungan ku dengan Cayla sebenarnya hanya sebatas Cinta yang di paksakan.

“Oke…. Aku akan bilang ke ibuku untuk memecat ayahmu hari ini juga!” Ancam Cayla.

Wajahku panik tat kala Cayla mengancamku. tapi aku berusaha santai menyikapinya. Entah apa yang membuat ku harus menerima cintanya pada saat itu. aku mengorbankan kebahagianku hanya untuk orang tua ku. Aku tidak masalah dengan hal itu.

To be Continued......

Dia, Andini [SELESAI √]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora