Part 19

221 15 24
                                    

Drtt Drttt

Handphone ku pun berbunyi. satu pesan masuk menghiasi notifikasi di layar kunci. Ternyata pesan tersebut datang dari Andre.

“Via, aku akan menjemputmu sekarang. Kamu masih di taman kan?” aku terkejut dengan isi pesan tersebut.

Varo menoleh ke arahku, berusaha mengintip layar handphone ku, “dari siapa?” tanya Varo penasaran.

Aku berusaha menyembunyikan pesan tersebut, mematikan layar handphoneku lalu menyembunyikan rasa panik yang ada di sekujur tubuhku, “bukan dari siapa-siapa, cuma pesan dari mama minta pulsa.” jawabku berusaha berbohong.

Varo memonyongkan bibirnya, mengangkat kedua alisnya seolah percaya kepadaku.

Sttsttt

“Eh”

Aku terkejut, tangan Varo dengan sigap tiba-tiba merampas handphone yang sedang ku gengam. Aku lengah di buatnya. Ia pun langsung menekan tombol power, lalu membaca pesan di layar notifikasi yang belum aku singkirkan.

“ini kan dari Andre? kenapa kamu bohong kepadaku?” tanya Varo dengan wajah yang sedikit kesal.

Aku menunduk malu, “maaf… aku bukan bermaksud bohong, tapi aku hanya tidak enak sama Varo kalau harus pulang sama Andre..” jawabku berusaha menjelaskan.

Varo memberikan handphone ku, “kenapa tidak enak? aku kan tidak keberatan. malah itu sangat bagus menurutku, yah karena aku tidak bisa menghantarmu pulang. kamu kan tahu sendiri Vi, rumah kita kan tidak searah. malah itu akan membuat ku lebih khawatir lagi. seharusnya kamu membalas pesan Andre sekarang, kasihan tuh nunggu” ucap Varo memberi alasan.

aku mendongakan kepalaku, berusaha menatapnya kembali, “jadi Varo mau aku pulang bareng Andre?” tanyaku memastikan.

Varo hanya mengangguk, “Varo gak mau pulang bareng via?” tanyaku lagi yang tetap nyerocos.

tiba-tiba Varo memegang bahuku, ia menatap ku dengan lembut, “Via, denger ya…. kamu itu anak gadis gak baik pulang sendirian, kita kan ga searah. Nanti kamu kalau sudah turun dari bus, siapa yang jagain?” jawab Varo.

“gak akan ada apa-apa kok, Via bareng Varo aja ya” aku memaksa.

Varo mengehela nafasnya, “aku harus bilang apa lagi sih Vi? kan su…”

Tin.. Tin.. Tin.

Belum sempat Varo melanjutkan omongannya, tiba-tiba Andre menmmbunyikan kelakson motornya. Ia berada tepat di belakangku. cahaya motor yang Andre sorotkan membuat ku susah melihat siapa Pria di motor tersebut..

“Tuh Andre, kamu bareng dia gih” ujar Varo menyuruhku.

Aku terdiam sejenak, menatap Varo dalam-dalam, “kok diam?” Varo kembali bertanya.

“Varo gak apa-apa pulang sendiri? biar aku temenin.. atau gak kita boti (bonceng tiga) gimana?” jawabku memberi penawaran kepada Varo.

Varo tertawa lepas, “apa sih Vi, aku laki-laki ya gak masalah lah pulang sendiri, yang harusnya bertanya bergitu itu aku, sudah kamu sekarang naik ke motor Andre, pulang sama dia kan beres.” Varo kembali menolak penawaranku dengan beribu alasannya.

“Varo gak peka banget sih… gue itu suka sama lo” batinku.

Aku menatap melas kepadanya, “yaudah Via nurut aja deh, udah malem juga.” Aku kalah, kini aku menuruti kemaun Varo. memang pada dasarnya susah menggapai hati yang tak mau di gapai.

Setelah itu dengan sangat terpaksa aku naik ke motor Andre, “Hati-hati Via, ndre jagain Via ya.” ucap Varo sambil tersenyum lebar kepadaku dan juga Andre.

Dia, Andini [SELESAI √]Where stories live. Discover now