Part 21

235 11 17
                                    

Setelah Andini memenangkan juara ke satu dari kompetisi menggambar di Sekolahnya, ia segera mengurus segala keperluan beasiswanya ke Jepang. Andini pun sudah mendapatkan jadwal keberangkatannya. Tanggal 27, April 2017 itulah tanggal Kepergian Andini dari Indonesia.

Keesokan harinya ia kembali ke sekolah, semua murid yang ada di Sekolah Harapan Pelita memberikan ucapan selamat kepadanya. Setiap kali Andini melangkah, ia selalu di sapa layaknya aktris yang baru terkenal.

Andini hanya tersenyum tipis kemudian masuk ke dalam kelas. Hari ini ia tidak melihat Daniel, Andini pun berusaha menghubungi pacarnya, Namun handphonenya tidak aktif. Sampai pada akhirnya Jam pelajaran pertama pun di mulai.

Bel Istirahat berbunyi, Alvaro dan Via segera bergegas pergi ke Kantin.

“Varo…. kalau Andini ke Jepang, kamu bakal kangen gak?” Celetuk Via tiba-tiba.

Alvaro yang mendengar ucapan Via pun langsung menjawab pertanyaannya dengan cepat, “pasti” jawabnya.

Via memutar bola matanya, “kalo aku yang menang, terus pergi ke Jepang… Varo kangen gak?”

“Engga” jawab lagi Varo cepat.

Via mengerutkan dahinya, berhenti sejenak lalu mendengus kesal, “kok gitu?”

Varo menoleh ke arahnya, “Lagi kamu nanyanya aneh-aneh, ya namanya temen kalo pergi jauh, lama kelamaan pasti kangen Via… gimana sih?” gemas Varo lalu mencubit pelan kedua pipi Via.

Mata Via berbinar tat kala Varo menyentuh kedua pipinya dengan lembut, ia tidak merasa sakit namun malah menikmati.

“Via, kok gak sakit sih?” tanya Varo semakin kencang mencubit.

Via tersenyum lebar, “kan Varo yang nyubit.” gumamnya.

Varo melepas cubitannya, “Gombal deh, orang mah cowok yang gombal ini malah cewek…” melas Varo. Via tertawa lepas, “lagi Varo gak pernah gombal…” gerutuk Via halus.

Varo memalingkan wajahnya, “udah ah laper …” pekiknya lalu berjalan cepat menuju Kantin.

Via dan Alvaro pun sampai di Kantin, mereka memesan makanan seperti biasa. Kalau enggak nasi goreng ya mie goreng. Setelah menunggu beberapa menit makanan mereka pun sampai di mejanya. Varo melahap habis mie goreng miliknya… “Kok pedes banget ya?” cetus Varo.

“Pedes-pedes tapi habis.” jawab Via sinis.

“jadi pengen boker deh..” keluh Varo.

“Ihh jorokkk… Via kan belum kelar makan.” kesal Via.

Varo pun hanya menyengir layaknya kuda, “Aku ke toilet dulu ya…” ucap Varo dengan tergesa-gesa.

Via hanya mengangguk ringan, lalu menghibaskan tangannya menyuruh Varo segera pergi ke kamar mandi. Lalu kembali menyantap Nasi gorengnya yang belum habis di makannya.

Saat hendak menuju ke kamar mandi, Langkah Varo terhenti ketika melihat Andini yang sedang sibuk menelpon seseorang. Raut wajahnya mempetlihatkan kekhawatiran. Andini terus menerus mondar-mandir di depan gerbang sekolah. Rasa cemas semakin terlihat tat kala Andini menggigit salah satu kukunya. Varo yang melihat hal tersebut segera bergegas jalan ke arahnya. Ia tidak berniat untuk langsung bertemu Andini, melainakan bersembunyi di balik tembok lalu menguping pembicaraannya lewat telpon.

“Apa? ketaman? kenapa kamu tidak masuk sekolah hari ini?”

Begitulah kiranya percakapan yang Varo dengar dari jarak kurang lebih 4 meter. Varo terus menguping, Ia menerka bahwa Andini sedang berbicara dengan Daniel. Tak lama kemudian, tiba-tiba Andini menutup telponnya lalu berjalan keluar gerbang sekolah. Varo yang mengintip dari celah tembok segera membuntuti Andini.

Dia, Andini [SELESAI √]Where stories live. Discover now