Part 15

296 20 5
                                    

Sehabis membeli kebab dan berkeliling di Taman Bermain, Akhirnya aku pulang ke rumah. Tepat jam 17:00 Aku sampai di depan pintu rumahku.

“Ibu…. Varo pulang!” Panggilku sambil membuka pintu Rumahku.

Ibuku berlari menghampiriku, “Eh, udah pulang syukurlah.” Jawabnya sambil mencium keningku.

Aku berjalan dengan letihnya, “Aku bukan anak kecil lagi bu, tidak perlu cium kening segala” Ucapku malas.

Ibuku hanya tersenyum, “Kamu kan anak satu-satunya ibu, jadi ibu sangat menyayangimu… gimana sih” Elaknya.

Aku pun berhenti sejenak, dengan tas yang masih menggantung di bahuku dan kembali bertanya, “Kalau ibu punya anak lagi, aku gak di sayang dong?” Seruku keras.

“Kamu tetap nomer satu!” Ledeknya sambil mengelus pelan rambutku. Masih dengan raut wajah yang sama, ibuku tersenyum manis lalu kembali berjalan ke dapur.

“Ibu mau kemana?”

“Kamu kan baru pulang, pasti lapar!”

“Aku sudah makan kebab bu, mungkin nanti malam aku akan lapar lagi.”

“Eh, makan kebab dimana?”

“Di Taman bermain.”

Ibuku seperti terkejut tat kala aku memberitahu soal kebab yang aku beli.

“Nama kebabnya, Kebab Susi bukan?” Tanyanya lagi.

Aku menoleh ka arah Ibuku, mengangkat sedikit alisku lalu menjawab, “Iya….” Ibuku kemudian berjalan cepat kearahku, “Itu kebab, langganan Ayahmu. Kebab pak Dodi.”

“Maksud ibu?” Tanyaku bingung.

“Iya, dia itu teman Ayahmu. Setahu ibu Anaknya si Andini kalau tidak salah dia juga sekolah di Harapan, sama seperti kamu.”

Aku mengehela nafasku, “Andini? dia anak Pak Dodi?.” Ibuku mengangguk, “Terus, kenapa dia tadi yang berjualan.” Tanyaku lagi.

“Pak Dodi sepertinya punya dua Outlet kebab, yang satu mungkin di kelola oleh anaknya… ibu tidak tahu juga.” Jawab ibuku.

Aku berpikir keras, Ayahku dengan Ayah Andini ternyata teman akrab? Berarti, Ayah kenal Andini. Kemudian aku kembali bertanya dengan ibuku dengan penuh semangat, “Ayah tahu Andini bu?” Ibuku mengerlingkan matanya, “Kenapa kamu jadi menggebu-gebu bertanya soal Andini? Apa kamu mengenalnya?” Ibuku balik bertanya.

Aku bingung ingin menjawab apa. Jawab iya, atau tidak. Semua membuat ku serba salah. Aku melangkahkan kaki ku, rasanya aku sudahi saja obrolan ini.

“Hmmm… aku cuma tanya bu..” Ucapku, menyembunyikan rasa penasaranku.

“Ah sudahlah, nanti kalau Ayah pulang, kamu tanyakan saja padanya.” Keluh ibuku. Sepertinya ibuku sangat pusing bicara denganku. Padahal anaknya sendiri.

“Itu pasti…” Tanpa aba-aba aku langsung menjawab, dan membuat ibuku sedikit kaget serta terkejut. Matanya pun terbelalak tat kala aku berteriak seperti itu, “Anak aneh” bisiknya pelan.

Aku pun menyudahi obrolan itu dan bergegas pergi ke kamar untuk menunggu Ayahku datang.

Sekitar setengah jam aku menunggu, membuat perut ku kembali berbunyi. Rasa lapar pun kembali datang. “Kenapa harus lapar lagi, secepat ini” Keluhku dalam hati. Akhirnya aku pun beranjak dari tempat tidurku, menuju keluar dan mencari makanan di dapur. “Ibukan masak hari ini.” Perkataan itu masih sangat ku ingat tat kala aku baru datang tadi.

saat menuju ke meja makan, aku sudah melihat beberapa hidangan di sana. “Bu aku lapar,” Ucapku layaknya anak kecil. Ibuku yang sedang menonton Tv langsung tertawa kecil, “Kebab saja masih belum cukup untuk perutmu?” Aku mendengus pelan, “Kebab hanya cemilan untuku bu, sekarang kita makan yu!” Pintaku manja.

Dia, Andini [SELESAI √]Where stories live. Discover now