Part 4

565 57 9
                                    

Mendengar jawaban ku, via pun terdiam. Kemudian kembali berbicara.

"Emangnya kamu mau makan siang dengan siapa?" Tanyanya.

Aku sedikit ragu untuk menjawab pertanyaannya kali ini. Aku tidak mau ada gosip bertebaran di kelas IPS-2. Jika kalian mau tahu, sedikit saja gosip masuk ke kelas kami, sudah di pastikan semua itu akan tersebar luas dengan sangat cepat. mengalahkan spam chat di Whatsapp ataupun Spam like di Instagram.

"Kamu gak akan kenal sama orangnya via..." Jawabku mengelak.

Via semakin penasaran, ia semakin terus memaksa ku untuk memberi tahu siapa itu orangnya. Karena dia sahabatku, kemungkian besar menjadi gosip itu sangat kecil.

"Dia Andini, kelas IPA-2 kalau tidak salah" Bisik ku pelan kepadanya.

"Andini pacaranya Daniel?" pekiknya keras.

Entah kenapa di situasi sedang banyaknya murid di dalam kelas, ia malah bisa-bisanya terkaget dan berbicara sekeras itu. Dengan sigap aku menutup mulutnya dengan tanganku. Memang sudah nasib, tiba-tiba semua murid di kelas memperhatikan kami berdua.

"Ada apa sih?"

"Kok dia nyebut-nyebut daniel!?"

"Iya nyebut-nyebut Andini lagi?!"

"Dia belum tahu saja-"

Semua murid-murid pun langsung bergosip ria. Mereka saling tanya satu sama lain. menghasilkan suara yang begitu gaduh di kelas. aku hanya bisa memegang kepala tat kala semua ini telah terjadi. Setelah itu ku lepaskan tanganku dari mulut via dan bergumam ke arahnya.

"Mulut mu itu kaya petasan ya vi, capek deh aku"

Via pun melebarkan matanya dan tersenyum seolah tak punya salah atas apa yang di perbuatnya.

"Maaf-maaf elah... Kok kamu bisa sih deket sama dia? hati-hati loh sama daniel" Gerutuk kembali via.

Kali ini aku benar-benar kesal dengannya, kenapa dia mesti membahas lagi soal itu. padahal baru saja murid-murid di kelas mengetahuinya. aku tidak habis pikir dengan otaknya via. Selang beberapa menit setelah via berbicara, aku langsung pergi meninggalkannya tanpa memberitahu apa alasannya.

"Varo? mau kemana?" Teriaknya keras.

Aku tidak menggubris panggilan via, aku tetap berjalan dan melangkah pergi untuk sekedar menenangkan pikiranku. mungkin toilet menjadi tempat yang tepat untuk saat ini.
Pikirku.

Aku pun bergegas menuju toilet. ku senderkan punggungku di tembok kamar mandi yang dingin dan lembab. Sedikit demi sedikit ku mulai menenangkan pikiran ku. Ku pijat kepalaku menggunakan kedua tanganku dengan jari jemariku yang sudah siap menekan kulit kepalaku.

Saat aku menengadahkan kepalaku dan bersender pada tembok yang keras, tiba-tiba suara panggilan dari luar kamar mandi menyadarkanku.

"Siapa di dalam, apa masih lama?" Teriakannya begitu keras, sambil terus-menerus memukul pintu toilet yang sedang aku gunakan.

"Iya sebentar!" Jawabku sambil menyalahkan wash, seolah-olah aku baru saja buang air kecil.

Aku menyentuh gagang pintu dan bersiap memutarnya. Entah kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang, tat kala akan membuka pintu tersebut.

"Ngik"

Ku buka perlahan pintu itu dan ku intip sedikit siapa yang ada di luar sana. Jantungku berdegup hebat tat kala aku mengetahui bahwa ia adalah seorang pria. Perlahan tapi pasti, pintu kamar mandi itu ku buka dan akhirnya melebar.

"Daniel?" Sapa ku.

Daniel tidak menyapa balik sapaan ku. Ia malah langsung menabrak ku dengan cukup kencang dan mendorong ku agar segera bergegas keluar dari kamar mandi yang ia ingin gunakan. Entah kenapa Daniel tiba-tiba bersikap sangat kasar saat tidak ada Andini.

"Inilah kesempatanku untuk menanyakannya..." Ujar ku dalam hati.

"Hei, Daniel!" Teriak ku kencang dari luar kamar mandi tersebut.

Belum ada sahutan namun, selang beberapa detik, tiba-tiba Daniel manyaut.

"Ada apa? apa ada yang tertinggal?" tanyanya.

"Aku hanya ingin bertanya padamu."

"Soal apa?"

"Soal wanita yang jogging bersamamu, minggu pagi kemarin. apa benar kau pacaran dengannya? kau tega sekali menduakan Andini."

Entah apa yang aku bicarakan. Aku begitu bersemangat tat kala bertanya soal itu kepadanya langsung. Mulut ku yang ceplas-ceplos langsung saja to the point dengannya.

Tidak ada jawaban dari Daniel di pertanyaanku yang terakhir. Kemudian Wash pun berbunyi. selang beberapa menit Daniel keluar dari Toilet. Aku yang ada tepat di depan pintu toilet, tiba-tiba sudah langsung di hadapkan oleh badannya yang cukup besar.

"Apa yang kau lihat?" Tanyanya kepadaku. Kali ini tatapan daniel berbeda dari sebelumnya, tatapannya sangat tajam ke arahku. Aku merasakan bahwa, tubuhnya sedang di rasuki oleh rasa amarah yang hampir keluar.

"Aku melihat kau dengan seorang perempuan, apakah kamu selingkuh dari andini?"

Aku menatap daniel dengan tatapan yang sama, sebagaimana ia menatapku. Entah apa yang aku rasakan saat menyebut nama Andini. Aku selalu ingin melindunginya, bahkan aku ingin selalu menjadi pahlawan untuknya. meski tidak di anggap sekali pun.

Setelah ucapanku tersebut, daniel tiba-tiba menarik kerah bajuku. Mengangkatnya dengan kedua tangannya yang sangat kekar. Tak heran, jika lengannya terlihat besar. dirinya adalah seorang atlet lari, beda dengan diriku, yang sangat malas dengan olahraga bahkan untuk lari saja butuh waktu 1 minggu sekali atau bisa sampai 1 bulan sekali.

Lengannya yang besar sedikit demi sedikit mendorongku ke arah tembok. benturan yang sangat keras saat mengenai tembok, sangat terasa begitu jelas di punggungku.

"Jangan ikut campur dengan urusan gw!" Ucapnya dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Meskipun dengan tatapan penuh amarah, itu tidak membuat ku takut sama sekali dengannya. ini malah menjadi tantangan sendiri untuk ku, agar dapat terus melindungi Andini dari seorang playboy seperti dia.

To be Continued...

Dia, Andini [SELESAI √]Where stories live. Discover now