Part 22

342 11 14
                                    

Bel pulang pun berbunyi.

“Eh Var, tadi kok kamu ke toilet lama banget sih?” tanya Via dengan wajah kesal.

“Oh… ya namanya boker, lama lah… kan mesti ngeden-ngeden dulu..” jawab Varo asal. Varo kali ini kembali berbohong padanya, ya mau tidak mau dia harus menyembunyikan masalah ini dari Via. tidak boleh ada yang mengetahui kecuali dirinya, Andini dan tuhan.

Via mengangkat alisnya, wajahnya terlihat memberikan ekspresi jijik saat Varo berbicara soal BAB, “jorok ih Varo, oh iya… kamu mau langsung pulang?” Via kembali bertanya.

Varo pun menenteng tasnya, “Iyalah emang mau kemana lagi…” jawabnya Singkat.

Varo pun berjalan lebih dahulu meninggalkan Via yang masih mau bicara.

“Var…” Via kembali membuka topik pembicaraan, menyusul Varo dan menyeimbangkan jalannya.

Varo menoleh singkat, lalu kembali lagi menatap lurus ke depan, “kenapa?”

“Varo gak mau jalan dulu gitu?? Via lagi mau makan Bakso nih di Jalan Amper. mau ikut gak?” ajak Via dengan senyum miring yang di pancarkannya.

kedua bibir Varo terangkat, mencoba berpikir, “Ehmm… gak bisa deh Vi, aku capek banget hari ini…. mau langsung tidur..” jawab Varo memberi penjelasan.

Via berdecak sebal, “kamu mah gitu Var… sekali aja deh, gimana?” Via kembali memaksa.

Varo menghela berat, “gak bisa… aku mau pulang… mau tidur.” Varo tetap dengan pendiriannya.

Via pun angkat tangan dengan urusan ini. Sahabatnya ini memang susah sekali di ajak nongkrong, mau kalian bertekuk lutut pun, dia akan tetap pada Omongannya yang pertama. Tidak ya Tidak.

Via memutar bola matanya, “Yaudah deh…. aku makan sendiri aja, kalo gak aku ajakAndre!” sunggut Via kemudian berjalan mendahului Varo.

Varo pun mengerutkan dahinya, berhenti sejenak lalu memutar bola matanya ke atas, “Via gak sakit kan?”

“Dia kenapa?”

“kaya ngasih kode-kode gitu?”

“apa ini strategi cewek?”

“buat bikin cowok cemburu?”

Varo hanya bisa mengobrol dengan dirinya sendiri. Ia pun kembali melupakan ucapan Via lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti.

Seperti biasa Varo selalu menunggu busway. Belum memiliki kendaraan membuatnya sulit untuk berpergian. Apalagi ongkos yang harus ia keluarkan, seakan hanya habis untuk pulang - pergi dari Sekolah ke rumah.

Sekitar 10 menit Varo menunggu Busway, akhirnya yang di tunggu-tunggu pun datang juga. Ia segera naik ke dalam Bus lalu duduk di pinggir jendela, ya memang itu sudah menjadi kebiasaannya. Sekitar 8 menitan Bus tersebut melajut, tiba-tiba mata Varo tertuju pada seorang gadis yang srdang berlari. Ia mempertajam pengelihatannya, “Itu kan Andini? mau kemana dia?” Varo menerka dalam hati. Kemudian ia segera memberhentikan bus yang sedang di naikinya, “Stop!” ucap Varo sambil memukul-mukul kecil bagian atas bus tersebut. Tak lama bus tersebut berhenti, mengikuti printah yang Varo ucapkan, setelah itu ia pun turun untuk mencari Andini yang baru saja di lihatnya.

“Aku yakin tadi itu Andini”

Varo segera berlari sambil memperhantikan kawasan sekitar, mencari kemana Andini pergi.

Matanya tersorot kepada plang Jalan.

“Jalan Amper”

Plang tersebut bertuliskan nama jalan yang sedang ia pijak.

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang