Part 6

429 38 8
                                    

“Aku sudah sering pulang denganmu niel, sekarang aku mau naik bus saja.” Jawab Andini.

Entah kenapa Jawaban andini kali ini membuat hati ku kembali terbuka. Jawaban simple dari bibir merahnya memberanikan diri menolak ajakan dari sang pacar.

“Aku gak merasa keberatan kok din, kita kan pacaran? aku sudah seharusnya mengantarmu dan melindungimu.” Ujar Daniel memaksa.

Melihat obrolan sepasang kekasih d hadapanku, membuatku sedikit muak. Terutama kepada Daniel, si playboy kelas kakap yang rasanya ingin sekali ku tonjok mulutnya, saat mengucapkan rayuan-rayuan palsu pada Andini.

“Bukan soal keberatan niel, aku ga mau aja terus-terusan merepotkan kamu.”

“Aku juga gak merasa di repotkan kok..” Jawabnya lagi.

Sepertinya akan terjadi pertengakaran antara mereka berdua. Aku sedikit kesal ketika Daniel terus memaksa Andini untuk pulang bersamanya. Selagi ia tidak mau kenapa ia harus memaksa seperti itu. Pacaran kan bukan berarti mereka harus menurut semua kemauan cowok. aku juga cowok tapi, jika aku punya pacar aku tidak akan mengekang pacarku seperti layaknya daniel.

“Sudah-sudah!” Potongku sambil sedikit menggebrak meja. Aku menjadi sedikit overprotektif ketika rasa bosan dan juga sakit hati menjadi satu.

“Kamu daniel (sambil menunjuk ke arahnya) Kenapa kamu jadi mengekang Andini seperti itu? kamu kan cowoknya? janganlah memaksa cewek seperti itu.” tambahku membela Andini .

Seperti yang ku katakan, Daniel adalah orang yang dingin namun, saat masalah pribadinya disentuh oleh seseorang. Dia akan memperlihatkan sisi buruknya meskipun, di depan pacarnya sekalipun.

“Kenapa kau ikut campur? tidak dengar saat di toilet tadi aku bilang apa?” Bentaknya ke arahku dengan tatapan yang sangat sinis.

Melihat Daniel bersikap kasar seperti itu, membuat Andini sedikit ketakutan.

“Daniel? kenapa kau kasar sekali” Ucap Andini kemudian berdiri dan memegang pundak Daniel untuk menyuruhnya kembali duduk.

Aku yang sudah capek menahan emosi, sangat ingin membongkar kebusukan pria ini. Sayang,niat buruk ku ini bisa ku tahan lantaran aku masih ingin melihat Andini yang bahagia. Aku takut saat aku berbicara tantang kejadian yang aku lihat hari minggu kemarin , malah akan membuat masalah baru dan membuat Andini makin tertekan. Karena suasana yang semakin buruk di situ, aku memutuskan untuk kembali ke kelas.

“Maaf sebelumnya, Aku permisi untuk kembali ke kelas ya.” Ujar ku kepada mereka.

“Aku yang harusnya minta maaf varo, karena topik pulang bareng semuanya jadi begini.”

Wajah Daniel masih memperlihatkan ekspresi yang begitu kesal. ia enggan menatapku, bahkan untuk memberikan salam saja tak mau. Aku yakin sekarang ia makin membenciku.

“Ini-bu..”

Belum sempat aku berucap tiba-tiba Via memanggilku dengan keras.

“Varoo!! Sini” Serunya dengan melambai-lambaikan tangannya.

Aku menganggap Via adalah malaikat penyelamatku hari ini. Bagaimana tidak, aku yang sedang di hadapkan  oleh pertanyaan-pertanyaan serta masalah, bisa dengan tenang pergi tanpa harus memikirkan alasan kenapa aku menghindar.

“Temenku Udah manggil, aku duluan ya Niel , din” Ucapku mengganti topik yang ingin ku ucapkan tadi.

Andini pun masih bingung atas apa yang terjadi antara aku dan Daniel. mungkin setelah itu, ia akan kembali bertengkar hanya untuk mempermasalahkan ada apa dan kenapa?.

Aku berlari menghampiri Via. wajah via terlihat begitu senang sementara aku, tidak. hari ini adalah hari yang sangat melelahkan menurutku.

“Ada apa vi?” tanyaku kepadanya.

Kami mengobrol sambil berjalan, menaiki anak tangga yang cukup banyak membuat ku sedikit lelah dan terkadang berhenti sejenak. Seorang cowok kok lemah, mungkin itu yang ada di pikiran orang-orang saat melihatku.

“Engga ada apa-apa kok…. aku cuma manggil kamu aja tadi, soalnya dari kejauhan kayaknya muka kamu tegang banget.” Jawabnya kembali bertanya.

Aku-pun berusaha menyembunyikan segala masalah yang sedang aku alami saat ini. Aku tersenyum lebar dengan terpaksa. Membuat via menjadi percaya akan alasan-alasan yang akan ku katakan padanya nanti.

“Oh itu,,,, tadi kita abis membicara film horor. Jadinya tegang gitu deh.” Jawab ku memberikan alasan.

Meskipun alasannya terkesan tak masuk akal tapi, aku berusaha menyimpan baik semua masalah itu di dalam diriku. biar aku yang menanggungnya. itu perinsipku. Mungkin sebagian orang akan berkata bodoh, punya sahabat tapi ga mau curhat. Aku bukan tipikal cowok yang menyusahkan sahabat dan mengharuskannya masuk ke dalam masalah yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Jadi, biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya. Sampai nantinya dia tahu sendiri.

Via memang anak yang sedikit polos dan ceplas-ceplos. Jadi dia tidak mempertanyakan lagi alasanku yang lainnya. Untuk menanyakan film yang di tonton saja tidak, apa lagi berentet sampai ke Alasan yang lebih mendalam.

To be Continued...

Dia, Andini [SELESAI √]Место, где живут истории. Откройте их для себя