Part Tambahan - Benar-Benar Tamat

510 23 27
                                    

27, April 2017.

Andini telah mengemasi barangnya. Dengan menggunakan jaket tebal, ia menahan dingin ibukota. Jam menunjukan pukul 05:00 Pagi. Tapi dia masih berada di kamarnya. Belum mau keluar untuk pergi ke Bandara.

Rasa sedih masih menyelimuti pikirannya. Seakan dirinya enggan untuk melangkah, menggapai cita-cita beasiswanya ke Jepang. Terbayang wajah Via, Varo , dan Daniel.

Andini tertegun, memandangi koper besar yang sudah siap di bawanya, "Andini, Ayo ke bandara... Pasti udah banyak yang nunggu loh." seru Susi, Ibunya.

Andini mengehela nafas panjang, antara yakin dan tak yakin. Ia mengangkat koper tersebut dengan lesuh, wajahnya tertunduk tak bersemangat.

"Iya, bu..." jawab Andini seadanya.

Melihat anaknya bersikap seperti itu, Bu Susi pun menjadi sedikit penasaran. Ada apa dengan dia?.
"Kamu kenapa Din? Kok kaya gak bersemangat gitu?" tanya Bu Susi lagi.

Andini pun hanya memberikan senyuman terbaiknya, seakan menutupi ke sedihan dalam hati, dengan di pancarkan lewat ekspresi. Ibunya balik tersenyum, "Kamu masih sedih ya..... Ibu mengerti kok pasti kamu masih memikirkan temanmu itu, yang kecelakan tadi malam." terka Bu Susi dengan terus menuntun anak sematawayangnya itu ke arah mobil yang sudah menunggu.

Andini tidak menjawab, ia masih tertunduk. Sementara sang Ayah telah berada di dalam mobil. Mobil tersebut adalah Mobil milik sekolah yang akan menghantar Andini ke Bandara.

"Andini, Anak Ayah yang cantik.... sini cepat mobilnya sudah mau jalan." teriak Pak Dodi penuh semangat menanti anak gadisnya naik.

Andini hanya menatap dengan senyum lesu, kemudian mempercepat langkahnya.
Saat ia sudah memasuki mobil, ia tidak banyak bicara. Matanya terus menatap kaca melihat pemandangan lalu lintas di kota.

"Kamu melamun mulu sayang..." Bu Susi kembali membuka suara, mencoba menyemangati Anaknya.

Andini menoleh, "enggak kok mah, oh iya nanti sebelum naik pesawat, aku mau ketemu Varo dulu ya mah." ujar Andini kepada sang Ibu.

Bu Susi sedikit terkejut, "Loh, memang Varo ikut ke Bandara?" tanyanya.

"Iya mah tadi malam sih, Varo bilang mau ngomong sesuatu sama aku" jawab Andini.

Bu Susi kembali terdiam, ia hanya mangut-mungut tanda mengerti.

"Emangnya mau ngomong apa kayaknya serius banget nih...." sunggut Pak Dodi, Ayah Andini.

Andini hanya tersenyum kecil, "Gak tau Andini juga yah," jawabnya.

Kemudian Pak Dodi menoleh ke belakang, "Jangan-jangan anaknya Pak Zain suka lagi sama anak bapak hehehe.. Bapak setujuh 200 persen..." ledek Pak Dodi sambil sedikit tertawa.

Andini kembali menoleh ke arah kaca mobil, iya tidak menggubris omongan sang Ayah. Jika Ayahnya tahu, sebenarnya Varo sudah menyatakan perasaannya.... Entahlah... Dia akan bersikap apa nanti.

Beberapa menit kemudian, Andini dan keluarga sampai di Bandara. Ia segera bergegas masuk, menunggu Pesawat yang akan di naikinya Take off.

Dengan sigap Andini segera menelpon Al Varo, "Haloo, Varo ada dimana? jadi ngomong?" tanya Andini.

"Jadi din, aku masih di luar nih... kamu belom masuk kan?" Varo kembali bertanya.

"Iya aku belum masuk... Kamu tunggu di situ ya aku ke sana."

Setelah itu Andini mematikan panggilannya. Ia pun meminta izin kembali kepada orangtuanya untuk menemui Alvaro sebentar.

Sesampainya di luar, Andini pun langsung melihat Varo sudah duduk di sebuah kursi panjang. Ia pun segera menghampirinya.

Dia, Andini [SELESAI √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang