06; ke rusia.

5.1K 607 85
                                    


Evelyn side.







"Thanks," ucapku sembari tersenyum tipis saat Jeno menaro secangkir coffee starbucks di depan mataku. Iya bener, Jeno mentraktirku.

Jeno duduk di hadapanku. "Jadi gimana rencana kamu selanjutnya?" tanya Jeno tiba-tiba.

"Aku akan mencari akar terjadinya masalah ini," ucapku tanpa memikir lagi.

Jeno malah menatapku tajam. "Jangan bodoh, Eve. Kalau kamu terlibat dengan masalah ini, kamu bakal dalam bahaya. Apa kamu nggak tau?"

Aku tertawa pelan. "Terus aku peduli? Yang paling aku pentingin sekarang adalah, cepat selesain masalah ini dan Jaemin aman. Apa kamu nggak mau, Jen?"

"Aku—"

"Kamu denger juga kan kemarin, kalau Jaemin suruh kita berdua jangan terlibat dalam masalah ini?" aku menghela napas pelan. "Semakin Jaemin mundur, aku bakal semakin maju. Aku nggak mau nasib Jaemin sama seperti kakak sodaranya."

Aku menatap Jeno lekat. "Aku pengin ngerubahin takdir Jaemin, Jen."

Jeno menyeruput coffeenya yang telah ia pesan barusan. "Takdir sudah diatur oleh Tuhan, Eve."

"Aku tau..." aku menundukkan kepalaku, sedih. "Tapi tidak salah kan kita mencoba dulu sebelum tau akhirnya bagaimana?"

Tiba-tiba, Jeno pindah tempat duduknya di sebelahku. Wajar dong, aku kaget? Tapi setelah itu, Jeno malah memelukku erat. "Jangan sedih. Kamu sedih begitu, hati aku nyesek banget."

Hatiku mencelos saat mendengar ucapan Jeno.

Jeno melepaskan pelukan kami secara sepihak lalu menatap gelang tangan yang kupakai berwarna perak silver itu. Perlahan, Jeno tersenyum tipis lalu menggenggam tangan kananku erat.

"Mungkin kamu nggak akan percaya sekarang, kalau kita berdua pernah ketemu di masa lalu. Dan— Jeno Jonathan, bener bener kangen sama Evelyn. Asal kamu mau tau," ujar Jeno pelan.

Tiba-tiba, Jeno mengacak rambutku pelan. "Nggak perlu kamu ingetin, aku bakal berusaha tolongin Jaemin. Aku cuman nggak pengin kamu terlibat, Eve. Ini bahaya, melebihi dari yang kamu bayangkan."

Aku tersenyum ke arah Jeno. "Kalau ada kamu, aku nggak perlu takut kan? Kamu kan bakal selalu lindungin aku, Jen. Hehehehe."

Melihat aku cengengesan seperti itu, Jeno malah menyentil dahiku pelan. "Kamu ya, bener bener keras kepala!"

Perlahan, kita berdua malah tertawa pelan. "Ayo, kita ngerubahin takdir seorang Jaemin Rivaldo sebelum semuanya berakhir," ucap Jeno sembari tersenyum tipis.

Aku mengangguk semangat. "Ayoo!"

××××

Bandara Soekarno—Hatta

Aku menatap Jeno yang berada di sebelahku dengan ragu. "Kamu serius kita bakal ke Rusia, Jen?"

Mendengar pertanyaanku, Jeno malah menggenggam tangan kiriku erat. "Dua bulan yang lalu, aku udah berusaha mencari tau akar masalah ini di Indonesia, tapi hasilnya nihil."

Kini, Jeno malah menatapku. "Akar masalah ini akan berada di dua tempat," Jeno menghela napas pelan lalu melanjutkan omongannya. "Satunya di moscow underground, satunya lagi di tempat lahirnya Jaemin."

"Moscow underground?" tanyaku.

"Iya bener, tempat dimana kakeknya Jaemin ditembak mati. Kita akan menelusuri satu persatu tempat yang berhubungan dengan akar masalah ini," ucap Jeno dengan penuh keyakinan.

𝙅𝙖𝙚𝙢𝙞𝙣 𝙍𝙞𝙫𝙖𝙡𝙙𝙤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang